Ketua Asosiasi Ma’had Aly se-Indonesia (Amali) KH Nur Hannan atau yang akrab disapa Kiai Hannan turut menanggapi wacana pemerintah untuk meliburkan sekolah selama bulan Ramadan.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hasyim Jombang tersebut juga mendukung sikap pengasuh pesantren se-Jombang yang menolak libur satu bulan penuh selama Ramadan sebagaimana yang diberitakan oleh media tempo beberapa hari lalu. “Saya mendukung sikap ini jika tujuannya adalah untuk menjaga tradisi pendidikan keagamaan dan memperkuat spiritualitas santri,” ungkapnya.
Meski demikian, Kemenag juga masih melakukan kajian terkait kebijakan libur sekolah selama bulan Ramadan sehingga dapat dikatakan bahwa kebijakan tersebut masih belum final.
Selain itu, masih belum ada kejelasan seandainya libur sekolah benar-benar diterapkan, akankah siswa yang menyandang status santri juga harus dipulangkan rumah? Dalam artian, pesantren juga harus meliburkan seluruh kegiatannya karena pesantren merupakan lembaga pendidikan di bawah naungan Kemenag.
“Jika kebijakan ini diterapkan secara luas, penting untuk memastikan agar tidak mengurangi intensitas pembinaan nilai-nilai spiritual, khususnya bagi santri,” tegasnya Kiai Hannan.
Menurutnya, pesantren memiliki karakteristik yang berbeda dari pada sekolah pada umumnya. Di pesantren, kegiatan pembelajaran dan pendidikan tidak berhenti di ruang-ruang kelas sekolah saja. Bahkan, suasana asrama atau kamar santri juga bisa menjadi instrumen pembelajaran dan Pendidikan.
Kiai Hannan beranggapan bahwa akan ada resiko menurunnya kualitas pembinaan jika santri harus dipulangkan dari pesantren saat bulan Ramadan dampak libur sekolah.
“Ada risiko menurunnya kualitas pembinaan, terutama bagi santri yang mungkin tidak mendapatkan dukungan keagamaan yang memadai di rumah,” tambahnya.
Ketua Amali tersebut mengaku tidak mempermasalahkan libur sekolah di bulan Ramadan, baik sekolah yang ada di bawah naungan pondok pesantren atau tidak selama pondok pesantren diberikan haknya untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran khas pesantren atau non formal dalam bulan Ramadan.
Ia menjelaskan bahwa pesantren memiliki tradisi menyambut bulan Ramadan dengan menyiapkan banyak kegiatan untuk tujuan terlaksananya pendidikan dan pengajaran yang lebih intens.
Hal tersebut juga menjadi landasan baginya tentang kriteria pesantren ideal saat menghadapi bulan Ramadan. Bahkan, tidak jarang kegiatan yang diselenggarakan juga melibatkan masyarakat umum dengan harapan santri bisa berlatih menyesuaikan dirinya sebelum benar-benar terjun ke masyarakat. “Pengajian kitab kuning, pelatihan dakwah, dan pengabdian masyarakat,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Fikri
Editor: Thowiroh
Baca juga: Ketum PBNU Tanggapi Wacana Libur Sekolah Selama Bulan Ramadan