tebuireng.co– Dalam perkembangannya, pesantren tidak serta merta mengadopsi teori-teori pendidikan modern yang dicurigai merusak tatanan yang sudah ada. Pesantren hanya mengambil hal baru dan hal yang baru tersebut memang lebih baik, namun ia tetap mempertahankan tradisi dan ciri khasnya.
Hal ini dikenal dengan prinsip “al-muhafadoh bil qodim al sholih wal akhdzu bil-jadid al-aslah,” yaitu memelihara peninggalan lama yang baik dan mengambil hal yang baru yang ternyata lebih baik. Dengan prinsip ini lama-kelamaan pendidikan pesantren mengalami penyesuaian dengan pendidikan modern.
Penyesuaian tersebut melalui proses adopsi dan adaptasi terhadap tuntutan zaman namun tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dan tujuan. Jika pesantren pada perkembangannya menyesuaikan diri dengan pendidikan modern, maka pada kurikulumnya juga mengalami pergeseran. Pada struktur kurikulum tersebut juga memasukkan pelajaran umum termasuk pelajaran sains.
Baca juga: SMA Trensains Tebuireng Masuk Top 1000 SLTA di Indonesia
Pertanyaan yang muncul adalah bagaimanakah konsep pendidikan yang ideal untuk pesantren saat ini. Bagimanakah cara mengajarkan sains yang selaras dengan prinsip-prinsip pendidikan pesantren. Untuk menjawab pertanyaan tersebut dalam artikel ini, penulis mencoba megusulkan pandangan baru tentang reformasi pendidikan pesantren dan pola-pola pengajaran sains dengan mengadopsi pemikiran Agus Purwanto pada buku Ayat-ayat Semesta (AAS) dan Nalar Ayat-Ayat Sesmesta (NAAS) tentang konsep pesantren sains sebagai paradigma baru pada pendidikan pesantren.
Pesantren dan pola pendidikannya pesantren merupakan Lembaga pendidikan yang unik, tidak saja karena keberadaannya yang sudah lama, tetapi juga karena kultur, metode, dan jaringan yang diterapkan oleh Lembaga pesantren tersebut. Karena keunikannya, pesantren telah melahirkan para ulama, kaum terpelajar, dan para cendikiawan muslim.
Pada zaman penjajahan, pesantren menjadi basis perjuangan kaum nasionalis-pribumi dalam melakukan perlawanan terhadap kaum kolonial. Di Jawa Timur, revolusi jihad yang digagas kaum pesantren membangkitkan semangat juang para santri untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia .
Revolusi jihad merupakan catatan seruan yang dikeluarkan oleh NU yang ditujukan kepada Pemerintah Republik Indonesia dan umat islam Indonesia untuk berjuang membela tanah air dari penguasaan kembali pihak Belanda dan pihak asing lainnya beberapa waktu setelah proklamasi kemerdekaan (Tim PSB, 2015). Resolusi jihad merupakan fatwa terpenting untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, fatwa ini merupakan salah satu produk dari pendidikan pesantren.
Jika ditinjau dari pola Pendidikan di pesantren, proses belajar-mengajar pada masa klasik menggunakan system tradisional. Bahkan hingga kini sistem tersebut tetap dipertahankan oleh sebagian pesantren, walaupun Sebagian yang lain sudah memodifikasinya dengan metode-metode modern yang lebih sistematis dan efektif.
Seiring dengan perkembangan zaman, metode klasik seperti metode sorogan (Individual Learning Process), bandongan (Collective learning Processes), dan metode hafalan digantikan dengan metode musyawarah/ bathsal-masa’il /metode diskusi dan metode mudzakarah/metode yang membahas isu-isu sosial (Amrusi, 2012).
Pada perkembangan selanjutnya, pesantren tidak hanya mengajarkan ilmu agama tetapi juga ilmu umum, salah satu contohnya adalah konsep Madrasah Nizhamiyah yang digagas oleh KH. Wahid Hasyim (Menteri Agama RI pertama).
Madrasah Nizhamiyah adalah konsep pendidikan pesantren yang mengolaborasikan ilmu agama dengan ilmu umum, presentase ilmu umum lebih besar dari pada ilmu agama. Selain mengajarkan bahasa arab dan belanda, madrasah ini mengajarkan bahasa inggris dan ketrampilan mengetik. Meskipun begitu, konsep madrasah ini tidak mengubah sistem pengajian kitab kuning dan sistem musyawarah yang menjadi ciri khas pesantren (Tim PSB, 2015).
Saat ini konsep tersebut lebih dikenal dengan istilah Pesantren Modern yang mengajarkan ilmu sains, sosial, dan ilmu-ilmu umum yang lain. Namun jika ditinjau dari konten yang dipelajari belum ditemukan pesantren yang fokus mempelajari sains dengan ayat-ayat kauniyah sebagai objek kajiannya, serta belum ditemui pesantren yang menempatkan al-Qur’an sebagai basis epistemologi dalam pengembangan sains. Padahal didalam al-Qur’an itu sendiri terdapat banyak informasi terkait dengan sains dan jumlahnya jauh lebih banyak dari pada informasi tentang hukum islam (Fiqih).
Pemikiran Agus Purwanto Dalam Wacana Perkembangan Ilmu Kontenporer Ayat-Ayat Semesta dan Nalar Ayat-Ayat Semesta adalah dua buku yang membahas ayat-ayat kauniah yang di dalamnya digunakan sebagai sumber ilmu pengetahuan. Ayat-ayat al-Qur’an digunakan sebagai sumber ilmu pengetahuan untuk melahirkan teori dalam ilmu pengetahuan. Ayat-ayat al-Qur’an digunakan sebagai sumber ilmu pengetahuan atau yang biasa disebut sebagai epistemologi ilmu.
Nalar Ayat-Ayat Semesta banyak menjelaskan tentang teori ilmu pengetahuan modern yang kemudian diuraikan melalui pendekatan wahyu. Sebagian lain ada yang menguraikan ayat-ayat kauniah yang digunakan sebagai sumber inspirasi atau sebagai epistemologi yang lahir dari wahyu. Seperti dalam surah Az-Zumar yang membahas tentang delapan pasang hewan ternak yang diturunkan dari langit.
Apa maksud hewan turun dari langit? Mengapa diturunkan, langit yang mana? Apakah dari bintang, bulan atau benda langit mana? Dari inspirasi tersebut menurut Agus Purwanto dapat lahir teori baru atau muncul bidang ilmu baru yang bisa disebut dengan ilmu astrogenetika atau astrobiologi. Dari sini ilmuwan para ilmuwan biologi dan para astronom bisa bekerja sama untuk melakukan penelitian dengan menggunakan surah Az-Zumar sebagai pijakan. Al-Qur’an sebagai hudaan linnas.
Al-Qur’an menyuruh manusia mempelajari sistem skema penciptaan, keajaiban-keajaiban alam, sebab dan akibat seluruh benda-benda yang ada, kondisi organisme yang hidup, seluruh tanda-tanda kuasaan Tuhan yang ada di alam eksternal manusia dan kedalaman-kedalaman batin jiwa manusia. Al-Qur’an menyuruh berpikir dan merenungkan seluruh aspek-aspek penciptaan dan menyuruh manusia menggunakan nalar dan fakultas-fakultas lainnya untuk menemukan rahasia alam (Gusyani, 2011).
Perkembangan pemikiran Agus Purwanto di bidang islamisasi ilmu jika dirunut dengan pendahulunya, ia tidak lagi membahas landasan dasar filsafat ilmu itu sendiri, tetapi turunan dari pemikiran itu sendiri untuk menjadikan al-Qur’an sebagai sumber ilmu. Jika Al Attas dengan konsep islamisasi ilmu adalah landasan filosofisnya, maka Agus Purwanto mencoba menurunkan filosofi tersebut kerana teoritik yang kemudian dilanjutkan pada ranah praktik.
Gagasan utama Agus Purwanto dalam kedua bukunya adalah analisis teks, diharapkan para ilmuwan mampu melahirkan teori dari analisis teks tersebut. Tetapi ia juga menyatakan untuk melahirkan sebuah teori masih perlu perjalanan panjang seperti penelitian, pengamatan, dan perkembangan ilmu pengetahuan dari waktu ke waktu dan diperlukan lembaga pendidikan sebagai wujud dari aplikasi dari tuangan gagasan tersebut.
Trensains, Konsep Reformasi Pendidikan Pesantren Trensains merupakan lembaga pendidikan setingkat SMA yang baru berdiri di Indonesia. Pesantren sains (Trensains) adalah sebuah konsep pesantren yang bertujuan untuk mengkaji sains kealaman secara mendalam, baik melalui pembelajaran, penelitihan ilmiah maupun percobaan-percobaan ilmiah yang mengacu pada ayat-ayat kauniyah (Tim kurikulum, 2014).
Trensains merupakan implementasi dari pemikiran Agus Purwanto dalam wacana perkembangan islamisasi ilmu kontemporer. Melalui dua buku yang ditulisnya yaitu Ayat-Ayat Semesta (AAS) dan Nalar Ayat-Ayat Semesta (NAAS), digunakan sebagai pijakan oleh Trensains untuk melahirkan teori dalam ilmu pengetahuan. Sementara ayat-ayat al-Qur’an digunakan sebagai sumber ilmu pengetahuan (epistemologi ilmu).
Gagasan dan pemikiran-pemikiran Agus Purwanto tersebut diaplikasikan dalam konsep pendidikan yang disebut Pesantren Sains (Trensains). Trensains adalah lembaga setingkat SMA yang berbasis pesantren. Sebagai lembaga pendidikan, fokus kajian Trensains adalah bahasa arab, filsafat dasar, dan ilmu alam (fisika, kimia, biologi, matematika, dan astronomi) dengan menekankan pada pemahaman Al-Qur’an dalam setiap aktivitas pembelajarannya.
Trensains (Pesantren Sains) adalah konsep sekolah yang tidak menggabungkan materi Pesantren dengan ilmu umum sebagaimana pesantren modern. Trensains mengambil kekhususan pada pemahaman Al-Qur’an, Al Hadist dan Sains kealaman (natural science) dan interaksinya. Poin terakhir, interaksi antara agama dan sains merupakan materi khas Trensains yang tidak ada pada pesantren modern.
Trensains memiliki tujuan : 1) meningkatkan wawasan para santri melalui pengkajian yang mendalam, penelitian ilmiah, dan percobaan-percobaan ilmiah. 2) meningkatkan ketrampilan para santri dalam bidang bahasa, pemanfaatan ilmu fisika, kimia, biologi, astronomi, dan sebagainya, dalam rangka memahami dan membuka rahasia-rahasia alam semesta. 3) meneguhkan sikap akan kemaharajaan Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta beserta seluruh isinya melalui pendekatan fisika, kimia, biologi dan ilmu pengetahuan lainnya (Tim kurikulum, 2014).
Kurikulum Trensains dirancang sedemikian rupa sehingga santri diharapkan mampu menguasai tool ilmu dasar seperti Bahasa Arab, Ulumul Qur’an, Ulumul Hadist, Filsafat dasar. Adapun fungsi Trensains yaitu 1) menyiapkan tenaga peneliti ilmiah profesinal dengan berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan, 2) menyiapkan tenaga peneliti ilmiah professional sebagai wahana untuk mengungkap rahasia yang ada dalam ayat-ayat kauniyah, mengembangkan bidang penelitian ilmiah (Tim kurikulum, 2014).
Konsep pendidikan Trensains merupakan konsep pendidikan yang mereformasi konsep pendidikan pesantren yang telah ada sebelumnya, dengan konsep utamnya yaitu menjadikan al-Qur’an sebagai sumber kajian utama dalam pembelajaran dan menjadikan al-Qur’an sebagai epistemologi pengembangan sains. Kedepan konsep pendidikan Trensains diharapkan dapat melahirkan ilmuwan sains kealaman, tegnolog, dan dokter yang memiliki kedalaman filosofis serta keluhuran akhlaq.
Oleh: Abdul Ghofur, S.Pd, Pengembang Kurikulum SMA Trensains Tebuireng
Baca juga: Tawaran Jokowi untuk Pembangunan Ekonomi NU
Baca juga: Santri Ideal di Era 5.0 Itu Seperti Apa?