tebuireng.co- Pesantren dalam pandangan Gus Reza Zahid Lirboyo. Pesantren merupakan lembaga yang sudah ada dan dikenal sejak dulu sebagai tempat paling ideal dalam mendalami ilmu agama. Seiring perkembangan zaman dinamika keilmuan di pesantren tidak hanya terfokus pada ilmu keagamaan saja namun menjadi lebih kompleks dan bercabang hingga di berbagai ilmu lainnya.
Santri tidak hanya dibekali untuk menguasai ilmu agama namun mereka juga diajari berbagai ilmu lainnya agar kemudian mampu menjadi ahli dalam berbagai ilmu tersebut seperti IT, enterpreneur, seni dan lain-lain.
Selain untuk mengalap barakah kiai, hal inilah yang menjadikan mayoritas masyarakat cenderung yakin menjadikan pesantren sebagai salah satu tempat terbaik dalam menimba ilmu.
Dewasa ini, pembangunan lembaga pesantren sudah begitu pesat. Hal ini memudahkan berbagai kalangan masyarakat untuk menjangkaunya. Namun disisi lain, hal tersebut menjadi sebuah tantangan baru bagi masyarakat untuk lebih selektif dalam memilih lembaga pesantren yang benar-benar memuat unsur pesantren di dalamnya.
Dalam hal ini, pengasuh pondok pesantren Lirboyo Al-Mahrusiyah Kediri yakni Gus Reza Ahmad Zahid (Gus Reza) memaparkan pandangannya mengenai pesantren. Menurutnya, dengan berbagai keberagamannya masing-masing, pesantren yang ideal setidaknya harus mencangkup tiga substansi yang menjadi komponen dasar di dalamnya.
Wakil Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim tersebut melanjutkan bahwa tiga hal tersebut adalah yang pertama rul al-tarbiyah (semangat pendidikan) yakni pesantren harus mendorong para santrinya agar semangat dalam menuntut ilmu, berketerampilan yang baik, dan mampu untuk terus berinovasi mengikuti kebutuhan di setiap zaman.
Kedua adalah adanya ruhh al-diniyah (semangat keagamaan) yakni pesantren harus mampu mengajarkan ilmu agama yang baik, memberi teladan cara beragama yang baik dan mendorong santri untuk mendakwahkannya. Sehingga nilai-nilai agama tetap bisa dilaksanakan baik ketika masih di pesantren ataupun setelah keluar dari pesantren
Terakhir adalah pesantren harus memiliki ruh al-ijtima`iyah (semangat sosial-kemasyarakatan).yakni pesantren harus selalu berinteraksi dan berkontribusi dalam berbagai persoalan sosial-kemasyarakatan. Dalam artian pesantren harus menjadi pendamping masyarakat sehingga persoalan mereka tercerahkan dengan benar.
Ketiga hal tersebut menjadi kunci yang harus selalu dilestarikan oleh pesantren sebagai tempat menimba ilmu. Meski secara fisik bangunannya terlihat seperti pesantren, apabila tidak memiliki 3 elemen kunci pesantren tersebut maka belum ideal untuk dikatakan pesantren.
Mengutip dari NU Online, Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim tersebut juga menuturkan bahwa pesantren merupakan muara intelektual yang didalamnya telah berisi komponen intelek seperti kiai, ustadz-ustadzah dan para santri sendiri yang mana mereka semua selalu berpikir kritis, melakukan penelitian, peka dengan problematika sosial masyarakat dan turut mencari solusi.
Baca juga: Biografi Gus Ahmad Kafabihi Lirboyo