Pesan Nabi Muhammad saw untuk umatnya tentang bulan safar terekam dalam hadisnya. Safar merupakan bulan kedua dalam kalender hijriyah setelah bulan muharom. Bulan safar diyakini oleh sebagian orang sebagai bulan kesialan. Beberapa orang meyakini bahwa menikah di bulan safar akan mendatangkan kesialan. keyakinan ini menimbulkan keraguan bagi sebagian orang yang ingin melangsungkan pernikahannya di bulan safar. Ironisnya, keyakinan ini berkembang di Indonesia, terutama di tanah jawa yang sebagian penduduknya beragama islam.
Islam sebagai agama mengajarkan pemeluknya untuk tidak mudah percaya dengan mitos atau kepercayaan tertentu. Keyakinan terhadap suatu hal harus sejalan dengan ajaran-ajaran islam yang berpedoman pada al-qur’an dan hadis.
Bulan safar sebagaimana bulan-bulan hijriyah lainnya tidak berkaitan dengan keburukan ataupun kesialan apapun. Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini merupakan murni atas kehendak Allah swt. sehingga tidak bisa dikaitkan dengan waktu atau tempat tertentu. Beberapa peristiwa bersejarah membuktikan bahwa bulan safar bukanlah bulan kesialan, seperti pernikahan yang dilakukan oleh ali bin abi thalib dan fatimah az zahro yang dilangsungkan pada bulan safar. Begitu juga pernikahannya nabi muhammad saw. dan khadijah sebagaimana dijelaskan oleh habib abu bakar al-adni dalam kitab mandzumah syarh al-atsar fi ma waroda min syahr safar.
Nabi muhammad saw juga mewanti-wanti kepada umatnya agar tidak terpengaruh dengan mitos atau keyakinan tertentu seperti keyakinan atas kesialan yang terdapat pada bulan safar. Nabi mengatakan dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh imam bukhori dari abu huroiroh nabi bersabda :
لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الْأَسَدِ
Artinya : “Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula tanda kesialan, tidak (pula) burung (tanda kesialan), dan juga tidak ada (kesialan) pada bulan Safar. Menghindarlah dari penyakit judzam sebagaimana engkau menghindar dari singa.” (HR Bukhari).
Hadis ini merupakan respon atas keyakinan masyarakat jahiliyah yang meyakini bahwa setiap sesuatu memiliki pengaruh yang mengarah pada kebaikan atau kesialan. Mereka juga meyakini bahwa suatu kejadian bisa terjadi karena sebab waktu, zaman atau peristiwa lain yang mempengaruhinya. Padahal segala sesuatu di dunia ini terjadi atas kehendak Allah swt. bukan karena yang lain. Sehingga keyakinan terhadap bulan safar sebagai bulan kesialan tidaklah benar.
Penulis: Farhan Syah Putra, Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Pesantren Tebuireng
Editor: Thowiroh