tebuireng.co – Perjuangan Kiai Wahid Hasyim layak untuk ditiru oleh masyarakat Islam Indonesia, terkhususnya santri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.
Dilahirkan di Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, pada 1 Juni 1914, sejak kecil Kiai Wahid Hasyim muda hidup di lingkungan pesantren. Dia anak yang jenius dan otodidak.
Perjuangan Kiai Wahid Hasyim muda dimulai sejak umur 7 tahun, dia sudah mulai mempelajari kitab kuning di Pesantren Tebuireng. Kitab kuning yang dipelajari di antaranya adalah Fathul Qarib, Minhajul Qawim, Mutammimah, dan lain-lain.
Setelah lulus dari Pesantren Tebuireng saat berusia 12 tahun, Kiai Wahid Hasyim muda mulai melakukan pengembaraan mencari ilmu ke berbagai pesantren seperti Pondok Siwalan Panji, Sidoarjo dan Pesantren Lirboyo, Kediri hingga usia 15 tahun.
Pada tahun 1932, usia 17 tahun, Wahid berangkat ke Mekkah bersama sepupunya, Muhammad Ilyas dan menetap disana selama 2 tahun. Mereka memperdalam ilmu pengetahuan seperti nahwu, shorof, fiqh, tafsir, dan hadis. Dia menguasai beberapa bahasa asing disamping fasih bahasa Arab.
KH Abdul Wahid Hasyim merupakan salah seorang tokoh nasional yang tergabung dalam BPUPKI dan Panitia Sembilan yang menyusun Piagam Jakarta, sebuah piagam yang melahirkan proklamasi dan konstitusi negara.
Muhammad Hatta, mantan Wakil Presiden RI, pernah menyatakan bahwa tujuh kata dalam sila pertama tersebut adalah ide KH Abdul Wahid Hasyim.
Tidak hanya berhenti disitu, perjuangan Kiai Wahid yang lainnya yaitu ketika terjadi pemberontak PKI Madiun, KH Wahid Hasyim sebagai panglima hizbullah mendatangi Panglima besar Soedirman untuk minta petunjuk.
Pak Dirman menegaskan akan dihadapi oleh tentara Siliwangi. Pak Dirman justru minta tolong Wahid Hasyim untuk mengkondisikan pasukan hizbullah mempertahankan ibukota RI Yogyakarta kalau Belanda melakukan agresi militer. Wahid Hasyim menyetujui.
Mereka berdua bersahabat. Pak Dirman dibesarkan oleh Muhammadiyah dan Wahid Hasyim dibesarkan Nahdlatul Ulama. Kini kedua ormas itu menjadi ormas terbesar di Indonesia.
KH Wahid Hasyim adalah putra pendiri Nahdatul ‘Ulama KH Hasyim Asy’ari. Ia wafat dalam Usia sangat muda (38 tahun). Beliau adalah pahlawan nasional. Sama seperti ayahnya yang juga pahlawan nasional. Dan putranya KH Abdurrahman Wahid (Gusdur) jadi presiden RI Ke 4.
Demikian perjuangan Kiai Wahid secara ringkas dalam mencintai negara dan Indonesia. Semoga bisa menginspirasi kita semua.
Alfatihah…