tebuireng.co – Peringatan Quran tentang krisis iklim begitu banyak. Al-Quran menegaskan bahwa kehidupan manusia pun bergantung terhadap keseimbangan lingkungannya.
Indonesia juga mengalami deforestasi sangat hebat. Deforestasi adalah suatu peristiwa hilangnya hutan alam beserta dengan atributnya yang diakibatkan oleh penebangan hutan. Penebangan hutan sendiri bertujuan mengubah lahan hutan menjadi non hutan
Beberapa ayat Al-Quran mengenai keserakahan manusia terdahulu. Adapun beberapa ayat peringatan Al-Quran tersebut adalah sebagai berikut.
- Q.S Al-A’raf ayat 85 dan Hud ayat 84-85 – Umat Nabi Syu’aib yang penuh korupsi dan kecurangan dihancurkan dengan gempa yang dahsyat.
- Q.S. Hud ayat 94 dan Al-Syu’ara’ – Umat Nabi Shaleh yang kufur dilanda hedonism serta cinta dunia yang berlebihan dimusnahkan dengan keganasan virus yang mewabah dan juga gempa.
- Q.S. Al-Fiil ayat 1-5 – Raja Abrahah yang berambisi mengambil alih Ka’bah sebagai bagian dari keinginannya untuk memonopoli segala sumber ekonomi juga dihancurkan dengan cara yang mengenaskan.
- Q.S. An-Najm ayat 52 dan Q.S Hud ayat 40 – Umat Nabi Nuh yang keras kepala dan diwarnai berbagai kezaliman dihancurkan dengan banjir besar.
Kondisi di atas seharusnya bisa menjadi gambaran sekaligus perumpamaan untuk kita agar senantiasa menjaga dan mengontrol hawa nafsu yang disinyalir sebagai penyebab dari terjadinya krisis lingkungan tersebut. Sebagaimana Firmal Allah dalam Q.S. Al-Mu’minun ayat 71.
وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَـقُّ اَهْوَآءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمٰوٰتُ وَا لْاَ رْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّ ۗ بَلْ اَتَيْنٰهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُّعْرِضُوْنَ
“Dan seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka, pasti binasalah langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya. Bahkan Kami telah memberikan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu.” (QS. Al-Mu’minun 23: Ayat 71)
ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum 30: Ayat 41)
Dari kutipan-kutipan ayat di atas, maka jelaslah bahwa Al-Quran telah berkali-kali melarang manusia untuk berbuat kerusakan di muka bumi. Sebab, mustahil manusia bisa hidup tanpa adanya keseimbangan alam.
Oleh karena itu, perkembangan yang terjadi juga harus senantiasa diimbangi dengan upaya merawat alam semesta.
Sepanjang dua dekade terakhir, Indonesia tercatat telah menyumbang 58,2 persen deforestasi hutan tropis akibat industri pertambangan. Hal tersebut dituliskan dalam laporan studi terbaru Stefan Giljum berdasarkan tinjauan 26 negara tropis selama periode 2000-2019.
Tak heran apabila pemanasan global pun turut diperparah dengan fenomena tersebut. Sebab, bumi sebagai tempat tinggal manusia, kini bisa dibilang telah kehilangan keseimbangannya. Akibatnya, krisis iklim tidak dapat dibendung dan menghadirkan banyak bencana serta wabah.
Seperti yang telah diketahui bersama, di era industry dan globalisasi saat ini, berbagai sektor kehidupan memang banyak ditentukan oleh teknologi dan industri. Pertumbuhan ekonomi pun menjadi tolok ukur bagi kemajuan suatu negara.
Tak dapat dimungkiri, apabila dalam kehidupan sehari-hari, kehadiran teknologi tersebut pun mengubah pola hidup masyarakatnya. Hal tersebut juga termasuk dalam perilaku menguasai alam sehingga timbul anthropocentris.
Hal tersebut mengindikasikan, tak sedikit manusia yang melihat bahwa alam merupakan objek yang dapat dieksploitasi demi keperluan egoism dan keserakahan. Akibatnya, tanggung jawab terhadap alam pun luput dari perhatian.
Seorang intelektual Islam sekaligus guru besar di berbagai universitas Barat, Sayyed Hossein Nashr, memandang bahwa krisis lingkungan atau ekologi merupakan akibat dari krisisnya spiritual manusia modern.
Krisis spiritual tersebut kemudian menunjukkan bagaimana manusia hanya sekedar memuaskan dirinya terhadap keinginan yang tidak ada batasnya.
Ironisnya, berbagai bencana dan wabah yang menewaskan jutaan manusia seakan tidak membuat manusia sadar untuk membenahi hubungannya dengan alam.
Wallahua’lam
Oleh: Dinna