Perayaan Idul Adha tidak hanya di negara mayoritas Muslim. Negara-negara berideologi komunis juga memiliki tradisi merayakan Idul Adha. Hal ini menarik untuk diulas karena ada yang beranggapan bahwa tradisi keagaman di negara tersebut sangat terbatas.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut tradisi unik Idul Adha di lima negara komunis dan bekas negara komunis:
People’s Republic of China/Republik Rakyat Tiongkok
Perayaan Idul Adha di China berbeda dengan Indonesia. Warga Muslim di China merayakan perayaan Idul Adha dalam empat hari. Warga Muslim China memanfaatkan moment Idul Adha untuk berkumpul dengan keluarga dan saling berbagi bingkisan. Mengumandangkan takbir dan shalat di mesjid merupakan hal yang lumrah terjadi di China saat Idul Adha. Saat puasa Arafah, muslim China juga mengadakan buka bersama.
Pada ASEAN Elites China Tour 2019, di bulan Febuari, Wakil Menteri Departemen Publisitas Pusat China Jiang Jianguo pada 2019 kepada para awak media dari Indonesia dan Malaysia saat itu menjelaskan bahwa Pemerintah China membebaskan masyarakat dengan beragam agama hidup berdampingan, mereka bebas menjalankan agama atau aliran kepercayaan.
Ketika rombongan berkunjung ke Provinsi otonomi, hal senada terlontar dari pernyataan Presiden Xinjiang Islamic Institute Abdurikif Tumunyaz. Bahkan para imam di sejumlah masjid di kawasan Xinjiang yang dikunjungi delegasi memberikan keterangan yang seragam mengenai bagaimana Pemerintah China menjamin kehidupan beragama bagi warganya.
Untuk membuktikan adanya kebebasan beragama utamanya bagi kaum muslim, delegasi yang diundang atas prakarsa Grup Penerbit Internasional China (CIPG) dibawa berkunjung ke sejumlah masjid baik di Beijing maupun di wilayah Pemerintah Otonomi Uighur Xinjiang (XUAR).
Di Beijing, terdapat 71 masjid dengan jumlah muslim sekitar 260 ribu orang dari total 23 juta muslim di China yang tersebar di berbagai daerah dengan konsentrasi terbesar di Xinjiang, Ningxia, Gansu dan Qinghai. Sedangkan jumlah imam di Beijing ada 150 orang. Di ibu kota China, ada masjid tertua khas dinasti Ming yang berumur 800 tahun. Nama Dongsi diambil dari lokasi keberadaannya di Distrik Dongcheng, masjid yang juga menjadi tempat lahirnya Akademi Islam China pertama itu.
Federasi Rusia/Russian Federation (Russia)
Rusia bisa dikatakan pewaris terbesar Uni soviet (Negara Komunis), tapi komunisme sebagai ideologi negara telah mati di Rusia. “Sebuah ideologi tidak bisa dibuat sebagai dasar negara atau kewajiban,” bunyi Pasal 13 Konstitusi Rusia yang disahkan pada 1993. Ini adalah perbedaan yang sangat mencolok dibandingkan dengan Konstitusi Uni Soviet. Secara umum, Rusia tidak benar-benar berupaya menyingkirkan masa lalu komunisnya. Misalnya, terdapat 5.400 patung Vladimir Lenin, sang pendiri Uni Soviet, di seluruh negeri. Masyarakat Rusia yang berideologi komunis juga masih ada.
Perayaan Idul Adha tetap berjalan layaknya di negara-negara lain. Shalat Id dilakukan di jalan-jalan besar di Rusia karena kurangnya jumlah masjid di Rusia. Namun, penyembelihan hewan kurban depan umum dilarang oleh pemerintah. Warga Muslim Rusia biasanya akan berkumpul dan sekedar makan bersama untuk mengisi liburan Idul Adha.
Warga juga berkurban dalam perayaan Idul Adha. Sebagian dari mereka mencari sendiri domba yang akan dikurbankan. Nantinya daging kurban itu juga akan dibagikan kepada mereka yang membutuhkan. Presiden Vladimir Putin pun ikut mengucapkan selamat Idul Adha kepada umat Islam Rusia. Dalam pesan ucapannya, pemimpin Kremlin ini menyebut nilai-nilai Islam berfungsi untuk memperkuat kerukunan antaretnis dan melestarikan keragaman budaya di negaranya.
Pesan ucapan Putin dipublikasikan di situs Kremlin pada hari Selasa (20/7/21) waktu setempat. “Hari raya kuno ini, yang berakar dari berabad-abad yang lalu, menarik orang percaya pada asal-usul dan nilai-nilai Islam, menyerukan belas kasihan, keadilan dan kesalehan, sikap peduli dan ramah terhadap orang lain,” kata Putin.
“Cita-cita kemanusiaan dan moral yang luhur ini, yang menjadi landasan semua agama dunia, berfungsi sebagai kekuatan pemersatu yang kuat, berkontribusi untuk memperkuat kerukunan antaretnis dalam masyarakat dan melestarikan keragaman budaya dan tradisi otentik rakyat kita,” lanjut dia.
Islam adalah agama terbesar kedua di Rusia setelah Ortodoks, dengan jumlah pemeluk mencapai sekitar 25 juta orang. Di beberapa wilayah yang mayoritas penduduknya muslim, perayaan hari raya Islam berlangsung meriah. Seperti di Republik Tatarstan (semacam provinsi di Rusia) merupakan wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Di kota ini terdapat 55 masjid dan Masjid Kul Sharif merupakan masjid utama yang mampu menampung 6.000 jamaah. Shalat dimulai pukul 5 pagi dengan didahului khutbah.
Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara)
Sebagai negara komunis, Korea Utara (Korut) sudah lama memberlakukan aturan yang ketat soal agama. Tapi, pada kenyataannya, Islam seolah mendapatkan lampu hijau di sini. Terbukti dengan data agama yang menyematkan nama Islam di sana. Jumlahnya sendiri sangatlah kecil, bahkan tak sampai satu persen.
Dunia selalu menganggap Korut adalah negara yang kaku dan kejam luar biasa. Padahal, di satu sisi negara ini selalu menunjukkan toleransi yang besar. Terutama soal perayaan-perayaan agama, termasuk Islam.
Sudah bolak-balik kedutaan Indonesia di sana melakukan berbagai macam acara Keislaman. Mulai dari Nuzulul Qur’an sampai dengan perayaan Idul Adha dan Idul Fitri. Tak ada masalah, pemerintah sana baik-baik saja dengan itu. Makanya, ini jadi bukti jika Korut sebenarnya adalah negara yang sangat toleran. Hanya saja tidak seperti di Indonesia yang bisa turun jalan dan takbir hingga larut malam.
Baca Juga: Tata Cara Shalat Idul Adha
Rata-rata penduduk Korut adalah penganut Juche, meskipun demikian tak berarti agama lain tidak bisa berkembang di sini. Beberapa agama populer dunia juga mendapatkan tempat, termasuk Islam. Korea Utara dan Islam mungkin bukan padanan yang pas, tapi faktanya Islam berkembang di sana meskipun sangat lambat. Mayoritas Muslim di Korea Utara adalah diplomat, duta besar dan orang asing lainnya. Masih
Belum ada data yang pasti terkait jumlah penduduk asli Korea Utara yang muslim. Meskipun jadi minoritas, tapi tak ada tekanan bagi para orang asing untuk menjalankan syariat Islam. Muslim yang ingin shalat, di kota Pyongyang ada sebuah masjid yang dibangun kedutaan besar Iran. Masjid ini bisa dibilang sebagai pusat agama Islam di sini. Uniknya, turis Muslim yang ingin shalat pun dipersilakan untuk datang ke masjid ini.
Republik Kuba
Dilansir dari Antaranews.com, Islam di negara Komunis Kuba terus tumbuh dan berkembang. Duta Besar RI untuk Kuba Nana Yuliana pada April 2021 berkunjung ke masjid Abu Bakar Al-Siddiq di provinsi Holguin, yang berjarak sekitar 10 jam berkendara dari Havana. Pada 2015, pemerintah Kuba memberikan satu gedung untuk dijadikan masjid di Havana. Namanya, Masjid Abdallah. Perayaan hari besar Islam juga diizinkan di negara ini seperti hari raya Idul Adha.
Kunjungan tersebut dilakukan untuk melihat keberadaan dan jejak Islam di berbagai provinsi di Kuba. Dalam kunjungan tersebut, Dubes Nana diterima oleh Imam masjid Abu Bakar Al-Siddiq bernama Yunus yang didampingi istrinya Fatimah. Menurut Nana muslim sudah datang ke Kuba sejak abad ke-16. Saat itu, Spanyol, yang menjajah negara itu, membawa budak-budak dari Afrika Barat yang beragama Islam untuk dipekerjakan di kebun-kebun.
Pada 2018, jumlah muslim di Kuba mencapai jumlah 9.000. Ini adalah prestasi besar, karena pada era 1990-an jumlah mereka hanya 12 orang. “Islam akan tumbuh secara alami. Partai Komunis telah membuat keputusan untuk membuka pluralitas agama,”ujar Profesor Ilmu Politik di Universitas Emory di Atlanta Michael Leo Owens sebagaimana diberitakan newsweek.com.
Karena tidak ada sejarah Islam di Kuba, banyak Muslim di pulau itu adalah orang-orang yang baru masuk Islam. Mereka banyak menjalin komunikasi dengan Muslim dari berbagai negara, seperti Amerika, Eropa, dan Timur Tengah.
Pada awal 1990, segelintir warga Muslim di Kuba menghadapi kemungkinan penganiayaan oleh rezim tersebut karena telah mempraktikkan agamanya. Sekarang mereka memiliki kepemimpinan, guru, dan masjid yang dibuka di Havana sejak Juni 2015. Pada saat pembukaan, pengurus masjid menyumbang pakaian Muslim kepada pria dan wanita dan juga anak domba kepada jamaah selama bulan Ramadhan.
Republik Sosialis Vietnam
Partai Komunis sudah memerintah Vietnam cukup lama, sejak Amerika Serikat dikalahkan dalam perang dua dekade melawan Viet Cong. Etnis Cham merupakan penganut Islam di Vietnam (80 %). Dulu etnis Cham menganut Hindu, yang merupakan mayoritas penduduk di Kerajaan Champa, yang menguasai wilayah selatan dan tengah Vietnam. Tetapi kemudian secara bertahap mereka berpindah menganut Islam.
Jatuhnya Kerajaan Champa ke tangan Dinasti Nguyen pada 1832 mendorong terjadinya eksodus pertama muslim Champa ke selatan. Hal serupa terjadi pada 1975 saat Vietnam dikuasai komunis. Dua peristiwa besar itu diyakini membuat eksistensi muslim di Vietnam tidak berkembang dengan baik.
Islam di Vietnam memang sudah ada sejak berabad-abad lalu, yaitu sekitar abad ke-14, namun perkembangannya tidak seperti di negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia dan Indonesia. Hal itu diungkapkan oleh Lamijo, M. Phil, dalam acara Bincang Ramadhan bertajuk ‘Kaum Minoritas Islam di Asia Tenggara’ secara virtual pada Senin, 11 Mei 2020. Di ibu kota Hanoi ada satu Masjid An-Noor yang sudah berdiri sejak 1890. Kalau di Ho Chi Minh City ada dua masjid yang didirikan orang keturunan Indonesia, yaitu Al Rahim dan Musulman.
Meski negara berhaluan komunis, umat beragama mendapat hak dan jaminan kebebasan menjalankan keyakinan mereka. Seperti sesama Muslim di seluruh dunia, Cham di Distrik 8 selain bebas melakukan shalat lima waktu di masjid, mereka juga leluasa menjalankan puasa Ramadhan dan perayaan Idul Adha. Termasuk keleluasaan menunaikan haji ke tanah suci, Makkah dan Madinah. Memakai nama muslim juga dibebaskan. Perayaan Idul Adha seperti di Desa Xa Suoi Day, Distrik Tan Chau, Provinsi Tay Ninh, Vietnam, setelah pelaksanaan Salat Id di Masjid Jamiul Ni Amah, puluhan warga berkumpul di tanah lapang. Sebanyak 13 sapi, digiring menuju tanah lapang untuk dipotong dan dibagikan kepada warga.
Komunitas muslim di Vietnam saat bisa dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, komunitas muslim imigran yang berkembang di kota-kota besar seperti Ho Chi Minh, Tay Ninh, dan An Giang. Kedua, komunitas muslim Champa, yang merupakan komunitas muslim lokal paling awal di Vietnam dan mendiami dataran pantai Vietnam Tengah di Annam Lama.