tebuireng.co- Menurut KH. M. Afifudin Dimyathi atau Gus Awis selalu ada peranan perempuan di balik kesuksesan seorang laki-laki. Menurutnya, tokoh-tokoh besar tidak pernah lepas dari peranan perempuan di belakangnya.
Dr. KH. M. Afifudin Dimyathi., L.c., M.A atau yang kerap disapa Gus Awis lahir pada 7 Mei 1979 di Jombang, Jawa Timur. Ia anak dari pasangan KH. Ahmad Dimyathi Romly dan Hj. Muflichah.
Ayahnya adalah seorang putra dari KH. Romli At-Tamim, Mursyid (guru) Thoriqoh Mu’tabaroh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah yang sanad kemursyidannya sampai kepada Sulton Auliya’, Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani hingga Nabi Muhammad Saw. Sementara, ibunya adalah putri dari KH. Ahmad Marzuki Zahid Langitan yang nasabnya sampai ke Sunan Bonang, Tuban.
Gus Awis dalam akun Facebooknya, menjelaskan bahwa perempuan memiliki peran besar dibalik kesuksesan setiap tokoh-tokoh besar. Hal tersebut ia buktikan dengan menyebutkan satu contoh kisah tokoh besar yang diabadikan oleh al-Qur’an. Yaitu, kisah heroik Nabi Musa AS yang diberi banyak cobaan tapi ia tetap mampu melaluinya dengan kuat dan tabah.
Pada kisah kehidupan Nabi Musa AS. sebelum diangkat menjadi Rasul, terdapat peran besar para perempuan hebat yang ikut andil di dalamnya. Diantaranya;
Pertama ibu Kandungnya. Ia dikaruniai ibu yang sangat perhatian dan mengkhawatirkan keadaannya. Pada waktu itu, ada suatu peraturan yang menyatakan bahwa setiap anak laki-laki dari Bani Israil yang lahir harus segera dibunuh. Karena sangat khawatir anak yang dilahirkannya dibunuh oleh Fir’aun, maka Yukabad, ibu Musa segera meletakkan Musa kecil ke dalam sebuah peti lalu menghanyutkan peti tersebut ke sungai Nil. Namun, untuk memastikan anaknya tetap aman, ia menyuruh anak perempuannya yang bernama Maryam untuk mengawasi dan mengikuti kemana arah hanyutnya peti tersebut. Sebagaimana yang dikisahkan dalam surah al-Qasas ayat 7:
وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّ مُوْسٰٓى اَنْ اَرْضِعِيْهِۚ فَاِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَاَلْقِيْهِ فِى الْيَمِّ وَلَا تَخَافِيْ وَلَا تَحْزَنِيْۚ اِنَّا رَاۤدُّوْهُ اِلَيْكِ وَجَاعِلُوْهُ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ
Kami mengilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia (Musa). Jika engkau khawatir atas (keselamatan)-nya, hanyutkanlah dia ke sungai Nil (dalam sebuah peti yang mengapung). Janganlah engkau takut dan janganlah (pula) bersedih. Sesungguhnya Kami pasti mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya sebagai salah seorang Rasul.”
Kedua ibu angkatnya. Ibu angkat Nabi Musa adalah Asiyah, istri Fir’aun yang mengasuhnya dan menyelamatkannya dari ancaman Fir’aun yang ingin membunuhnya. Sebagaimana yang dikisahkan dalam surah al-Qasas ayat 9:
وَقَالَتِ امْرَاَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِّيْ وَلَكَۗ لَا تَقْتُلُوْهُۖ عَسٰٓى اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ
Istri Firʻaun berkata (kepadanya), “(Anak ini) adalah penyejuk hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya. Mudah-mudahan dia memberi manfaat bagi kita atau kita mengambilnya sebagai anak.” Mereka tidak menyadari.
Ketiga saudarinya. Saudari Nabi Musa, Maryam yang memperhatikan perjalanan peti di sungai Nil, demi memastikan keselamatannya. Sebagaimana yang dikisahkan dalam surah al-Qasas ayat 11:
وَقَالَتْ لِاُخْتِهٖ قُصِّيْهِۗ فَبَصُرَتْ بِهٖ عَنْ جُنُبٍ وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَۙ
Dia (ibu Musa) berkata kepada saudara perempuan Musa, “Ikutilah jejaknya.” Kemudian, dia melihatnya dari kejauhan, sedangkan mereka (pengikut Firʻaun) tidak menyadarinya.
Dan keempat istrinya. Istri Nabi Musa, putri dari Nabi Syuaib AS. yang melobi ayahnya dalam rangka mencarikannya pekerjaan. Sebagaimana yang dikisahkan dalam surah al-Qasas ayat 26:
قَالَتْ اِحْدٰىهُمَا يٰٓاَبَتِ اسْتَأْجِرْهُۖ اِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْاَمِيْنُ
Salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku, pekerjakanlah dia. Sesungguhnya sebaik-baik orang yang engkau pekerjakan adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.”
Baca juga: Tongkat Nabi Musa dan Empat Nasihat