• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Penyair Jenaka nan Kontroversial

tebuireng.co by tebuireng.co
2021-03-28
in Tasawuf, Tokoh
0
Penyair Jenaka nan Kontroversial

sumber gambar https://dongengceritarakyat.com/cerita-dongeng-lucu-abu-nawas-memantati-sultan/

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Kota Kelahiran & Pengembaraan Mencari Ilmu

Abu Nawas alias al-Hasan bin Hani’, lahir di Bastan, salah satu wilayah di Khuziztan, Persia, pada tahun 141 H. Di sebagian referensi menyebutkan bahwa ia lahir pada tahun 145 H. Ia termasuk di antara jajaran penyair besar pada masa Dinasti Abbasiyah, tepatnya di kepemimpinan khalifah Harun al-Rasyid. Sang bibit pujangga ini kemudian berpindah ke Basrah dan tumbuh berkembang di sana. Di kota ini Abu Nawas diperkenalkan dengan bahasa dan kesusasteraan.

Abu Nawas sering menghadiri pertemuan-pertemuan yang membicarakan masalah bahasa dan sastra. Ia bertemu dengan seorang penyair amoral dari Kufah, Walibah bin Habab al-Asadi dan banyak belajar darinya. Perlahan ia memperhalus gaya bahasanya dan membawanya ke puncak kesustraan Arab. Kemudian berpindah ke Kufah untuk mendalami ilmu kesusasteraannya kepada Walibah. Di Kufah, bakat Abu Nawas digembleng oleh Walibah. Ia diperintahkan untuk hidup bersama orang-orang Arab Badui serta memperdalam dan memperhalus bahasanya.

Tidak berselang lama, kemudian Ia pergi ke Baghdad untuk menemui penguasa pemerintahan waktu itu yaitu khalifah Harun al-Rasyid (memerintah tahun 786 – 809 M/ 170-193 H). Disinilah ia kemudian menemukan dunianya yakni dunia kesusasteraan, atau lebih tepatnya dunia kepenyairan.

Ketenaran sebagai Seorang Penyair Ketokohan figur Abu Nawas ternyata tidak hanya diakui umat Islam, orang-orang Barat pun juga mengakuinya. Mereka memandang karya-karya Abu Nawas adalah sebuah kekayaan peradaban dunia dari abad pertengahan yang begitu berharga. Salah satu karyanya adalah Alfu Lailah wa Lailah yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Thousand and One Night. Karya lain yang tidak kalah populer adalah syair/puisi dengan judul al-I’tiraf (pengakuan). Berikut adalah syair yang dimaksud:

Pengakuan

Wahai Tuhanku! Aku bukanlah ahli surga

Aku pun tak kuasa berada di dalam neraka jahim

Maka limpahkanlah taubat (ampunan) kepadaku

Sungguh, Engkaulah Dzat yang mampu mengampuni dosa, betapapun besarnya dosa itu

Dosa-dosaku teramat banyak bagaikan butir-butir pasir

Maka berilah aku taubat wahai Dzat yang memiliki keagungan

Semakin hari umurku terus berkurang

Sementara dosa-dosaku semakin hari semakin bertambah

Wahai Tuhanku! Hamba-Mu sang pelaku dosa telah datang kepadaMu

Mengakui segala dosa dan memohon ampunan kepada-Mu

Jika Engkau mengampuni, maka Engkau yang berhak mengampuni

Jika Engkau menolak, kepada siapa lagi aku berharap selain kepada Engkau?

Syair tersebut sudah sangat masyhur di berbagai kalangan. Mulai kaum muda, orang tua, ilmuan, tokoh agama, hingga masyarakat bawah, semuanya mengenal dan membaca syair ini. Abu Nawas juga terkenal sebagai seorang penyair yang sangat mengagungkan khamr  (minuman keras). Salah satu syair karyanya tentang khamr  yang dikarang menjelang wafat adalah khamriyyat.

Ya Tuhan, jika dosa dalam diriku terlampau banyak

Aku tahu, bahwa ampunan-Mu pasti lebih banyak

Jika tak ada orang yang berharap pada-Mu kecuali orang-orang baik

Lantas kepada siapa si pendosa akan memohon perlindungan?

Aku telah memohon kepadaMu dengan penuh hormat sebagaimana Engkau perintahkan

Jika Engkau menolak gapaian tanganku ini, siapa lagi yang dapat mengasihaniku?

Tak ada bagiku tali penyambung antara aku dan Engkau kecuali harapan

Dan demi keagungan ampunan-Mu aku pun berserah diri kepada-Mu

Meskipun kedua syair di atas penyampaiannya dengan bahasa yang berbeda, keduanya mengandung maksud yang sama, yakni permohonan ampunan kepada Tuhan atas dosa yang  telah dilakukan si Penyair. Di sisi lain, penyair juga sedang menggambarkan bahwa ia mengakui dosa-dosa yang  pernah ia perbuat.

Tokoh Sufi Jenaka

sumber gambar

Sebagai rakyat yang hidup di bawah kekuasaan khalifah, Abu Nawas sering menyelipkan kritiknya lewat humor-humor jenaka. Uniknya, setiap humornya selalu mengena dan membuat khalifah tidak bisa marah dan berbuat apa-apa.

Dalam sebuah kisah diceritakan, suasana keramaian di pasar Baghdad dihebohkan dengan celotehan Abu Nawas. Ia menyeru kepada orang-orang seraya berkata “Aku lebih kaya dari Allah, dan aku adalah orang yang paling benci dengan barang haq (kebenaran) dan paling suka dengan barang batil.”  Tak ayal, pernyataan Abu Nawas membuat geger seisi pasar, yang memang penduduk muslim taat. Ia memberi tantangan kepada semua orang yang mendengar ungkapannya yang kontroversi itu. Barangsiapa yang bisa menafsirkan penyataan itu, Abu Nawas akan memberinya hadiah. Tapi jika orang itu gagal, Abu Nawas berhak menerima hadiah. Khalifah Harun al-Rasyid tertarik untuk menerima tantangan itu, akan tetapi Ia tidak berhasil.

Kemudian Abu Nawas menjelaskan, “Aku lebih kaya dari Allah, karena aku mempunyai anak, sedangkan Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Aku paling benci dengan barang haq (kebenaran), kematian adalah kebenaran, begitu juga neraka. Bukankah kita tidak menyukai keduanya? Terakhir, aku paling suka dengan fitnah, harta benda dan anak-anak kita adalah fitnah. Bukankah kita sangat menyukai mereka?”

Mendengar penjelasan Abu Nawas, suasana yang mulanya tegang menjadi cair dan penuh gelak tawa. Semua orang terhibur dan takjub mendengar penjelasan Abu Nawas. Karena khalifah gagal menafsirkan perkataan Abu Nawas, Ia terpaksa memberinya hadiah. Wallahu a’lam bissowab. (HAL 56)

Oleh: Abdillah Afabih

Tags: Abu NawasHumor IslamiHumor Syar'iJenakaLegendaTokoh IslamUlama Humoris
Previous Post

Ngaji dan Seni di Pesantren Cigaru

Next Post

Penghuni Surga Kebanyakan Adalah Orang Bodoh

tebuireng.co

tebuireng.co

tebuireng.co adalah Media Tebuireng Initiatives yang bertujuan untuk meneruskan cita-cita besar Gus Sholah dan para masyayikh tebuireng

Next Post
Penghuni Surga Kebanyakan Adalah Orang Bodoh

Penghuni Surga Kebanyakan Adalah Orang Bodoh

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Tafsir Surah Al-Hasr Ayat 18: Pentingnya Mengelola Waktu dengan Baik
  • Haji Akbar, Pengertian dan Keutamaannya
  • Masih Relevankah Mengikuti Organisasi?
  • Enggan Haji Padahal Mampu, Ini Pendapat Para Ulama
  • Benarkah Emas Bertahan di Situasi Apapun?

Komentar Terbaru

  • IT Telkom pada Ingin Anak Hebat? Ini Cara Tirakatnya
  • Sutrisno pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Telkom pada Ingin Anak Hebat? Ini Cara Tirakatnya
  • Technologeek IPTEC pada Metaverse adalah Masa Depan Dunia Pendidikan Juga?
  • Khoirul pada Veve Zulfikar Basyaiban Keturunan Rasulullah?
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng