tebuireng.co – Pentingnya membaca bagi generasi muda adalah topik pembahasan utama ketika Ketua Baznas Jombang Didin Ahmad Solahudin mengisi materi di sekolah media Tebuireng Initiatives yang dilaksanakan di Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy’ari, Jumat (28/10/2022).
“Knowledge makes you powerfull. Ilmu pengetahuan adalah kunci untuk menjadi kreator. Dan pondasi utama ilmu pengetahuan, berawal dari tradisi membaca yang baik. Selama tradisi membaca kita rendah, jangan pernah berharap jadi kreator yang cakap dan inspiring,” jelasnya.
Menurut pria yang akrab disapa Gus Didin ini, mahasiswa dan generasi muda saat ini kurang mau baca buku. Baik baca buku secara ofline, online atau dari pdf dan website terpercaya. Bekal literasi yang amat buruk inilah yang membuat tak banyak kreator yang inovatif dan inspiring tercipta dari dunia perguruan tinggi.
“Mau bukti ? Cek saja dari yang sederhana, berapa buku yang dibaca mahasiswa S1 sepanjang kuliah ? 100, 200, 300 buku? Jangan jangan, hanya 20 buku, yang kesemuanya buku diktat. Ini menjadi PR kita bersama,” imbuhnya.
Ia menambahkan, generasi muda saat ini lebih mementingkan ijazah formalitas dari pada substansi kedalaman ilmu. Padahal saat ini beberapa perusahaan besar tidak lagi memberikan syarat ijazah untuk masuk, lebih mengutamakan skill.
Perusahaan seperti Tesla, Google, Netflix hingga Apple tak lagi mensyaratkan lulusan S1 (college degree) untuk bisa mendaftar lowongan kerja yang mereka sediakan.
Ia lalu mengutip ucapan dari pendiri Tesla, Elon Musk yang menyebutkan sepanjang seseorang punya skills yang ekselen dalam pekerjaan yang dibutuhkan, silakan saja daftar.
Perusahaan tidak akan melihat apakah seseorang itu lulusan S1 atau SMA. Perusahaan tidak peduli dengan gelar akademik ini, yang lebih penting terbukti punya skills yang tangguh.
Oleh karenanya, anak muda harus siapkan diri menjadi pemeran utama perubahan sekarang dan di masa depan salah satunya lewat baca buku agar punya wawasan luas.
Anak muda, apalagi berbasis pesantren dan terbiasa ngaji kitab kuning, tetap punya kewajiban juga untuk memiliki wawasan, skill, mentalitas dan relasi yang kuat.
Lulusan S1 jika tidak dibekali kemampuan literasi yang memadai membuat mereka menjadi generasi muda yang teorinya terkadang lemah serta tak didukung hard skill yang kuat.
“Ingat, sekarang banyak pekerjaan atau perusahaan yang tak mensyaratkan pendidikan S1. Mengapa? Karena belajar bisa di mana saja. Ilmu pengetahuan bisa kita peroleh dari mana saja, di era digital ini,” imbuh Gus Didin.
Dikatakan, saat ini Indonesia punya potensi besar menjadi pemain besar di dunia. Karena, saat Indonesia memperoleh bonus demografi ini, momentum di mana golongan usia produktif lebih banyak dibanding usia non produktif. Bonus ini harus dimaknai sebagai momentum anak muda untuk berbenah.
Anak muda perlu dibekali skill leadership, karakter, penguasaan bahasa asing dan teknologi informasi, menjadi syarat mutlak untuk memenangi pertarungan.
“Jangan minder dan rendah diri. Meski dari kota kecil, tapi kalian membawa nama besar Tebuireng ! Tebuireng akan menebarkan keberkahan untuk jalan hidup kalian. Yakinlah, khidmah di Tebuireng akan mampu menjadi titik pijak sukses di masa depan,” tegasnya.
Bagi Gus Didin, di era digital ada banyak cara menjadi seseorang yang memiliki literasi bagus asalkan mau baca buku. Teknologi memberikan kemudahan bagi yang ingin belajar.
“Cek saja, content kreatif dan edukatif bertebaran di internet. Mulai kini luangkan waktu setiap hari, sejam saja, disiplin, konsisten belajar dan terus belajar, sesuai minat dan passion kalian,” tandasnya.