Pentingnya artikulasi yang baik dijelaskan dalam oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari dalam kitabnya yang berjudul Adabu al-Alim Wa al-Muta’allim yang menyebutkan beberapa hal yang harus dimiliki guru sebagai pembicara di kelas.
Pertama, hendaknya seorang guru tidak menyampaikan materi pelajaran dengan suara yang sangat keras. Suara yang sangat keras, bisa saja mengganggu kenyamanan pendengar. Kriteria ini disandarkan pada salah satu hadis nabi yang diriwayatkan oleh al-Khatib al-Baghdadi yang berbunyi.
إن الله تعالى يحب الصوت الخفيض الخفي ويكره الصوت الرفيع
Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai suara yang pelan dan samar. Dan Allah tidak menyukai suara yang keras.
Selain tidak terlalu keras, hendaknya seorang guru juga tidak terlalu pelan suaranya saat menyampaikan materi yang diajarkan. Kriteria ini menempati posisi yang kedua. Mengenai suara keras atau lirih, indikatornya adalah sejauh mana lawan bicara bisa mendengar dengan baik.
Selain kadar suara, yang perlu diperhatikan juga adalah tempo pembicaraan. Hendaknya seorang guru tidak terlalu cepat saat menyampaikan materi. Sebab, hal itu bisa menyebabkan kalimat yang disampaikan menjadi tidak jelas karena tumpang tindih.
Selain itu, mengatur tempo juga sebagai pertimbangan memberi waktu bagi pendengar untuk mencatat hal-hal penting dari pembicaraan. Imam Tirmidzi dalam kitab Syamail al-Muhammadiyah menjelaskan bahwa para audiens Rasulullah saw mudah menghafal apa yang disampaikan Rasulullah sebab beliau mampu mengatur tempo pembicaraan dengan baik.
Pentingnya mengatur tempo pembicaraan oleh Kiai Hasyim disandarkan pada cara Nabi saw saat berbicara. Bahkan, untuk memastikan pendengarnya paham akan sesuatu yang disampaikan olehnya, Nabi saw tidak segan mengulangi kalimatnya hingga tiga kali.
Menentukan lokasi majelis juga tidak boleh sembarangan. Hendaknya majelis ilmu dilaksanakan di tempat yang jauh dari kegaduhan. Selain kegaduhan suara di luar majelis, kegaduhan dalam majelis juga harus dihindari.
Yang dimaksud kegaduhan dalam majelis adalah perdebatan yang tidak terarah. Kiai Hasyim mengutip pernyataan Imam Syafi’i yang dikutip oleh Syaikh Al-Rabi’ dimana dirinya mengatakan bahwa Imam Syafi’i tidak segan-segan mengingatkan lawan bicaranya ketika pembicaraan mereka mulai melebar terlalu jauh dari topik utama.
Kriteria-kriteria yang telah disebutkan di atas tidak hanya cocok untuk diterapkan oleh guru di dalam kelas. Namun juga bisa diimplementasikan oleh seorang da’i saat berdakwah maupun seseorang yang sedang berbicara dengan orang lain.
Disarikan dari ngaji kitab Adabu al-Alim Wa al-Muta’allim yang dibacakan oleh KH. Abdul Hakim Mahfudz (Pengasuh Pesantren Tebuireng)
Penulis: Ahmad Fikri
Editor: Thowiroh
Baca juga: Lima Nilai Utama dalam Muqaddimah Kitab Kiai Hasyim