tebuireng.co – Penipuan jurnal internasional disampaikan oleh Prof Dr Uli Kozok dari University of Hawaii at Manoa. Prof Uli Kozok merupakan seorang peneliti bahasa, budaya dan sastra Batak. Uli Kozok lahir di Hildesheim dan bersekolah di kota Norden, negara bagian Niedersachsen, di sebelah barat laut Jerman.
Beberapa hari yang lalu ia menemukan sebuah artikel yang kebetulan berkaitan dengan penelitiannya yang diduga ada unsur penipuan jurnal internasional. Artikel itu berjudul “Nommensen and Bataknese (The Representation of Apostle)” di Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal) Vol 5, No 2, May 2022, Hal. 9291-9297.
Menurutnya, artikel jurnal yang ditulis dalam bahasa Inggris memiliki tata bahasa yang cacat berat sehingga hampir tidak dapat dimengerti, dan juga tidak menambah pengetahuan mengenai budaya atau sejarah suku Batak.
Terlebih lagi, artikel ini juga bukan artikel yang baru, tetapi sudah pernah dipublikasikan oleh pengarang yang sama dengan judul yang sama rancu, yaitu “Literary Study Nommensen, Apostel in Bataknese” di dalam Journal of Advanced English Studies 4 (2), 2021. Kedua artikel sekitar 90% identik.
“Ketika melihat laman Budapest International Research and Critics Institute-Journal saya jadi curiga karena mereka membanggakan diri dengan impact factor yang tinggi dari perusahaan abal-abal CiteFactor. Lagi pula judul jurnal mengandung nama ibu kota Hongaria Budapest sehingga mengisyaratkan bahwa jurnalnya berasal dari Eropa,” tulisnya di facebook, Senin (14/11/2022)
Dikatakan, pemilik BIRCI-Journal adalah Muhammad Ridwan yang bertempat tinggal di Desa Bandar Klippa, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara.
Ia bukan hanya memiliki BIRCI tetapi 13 lagi majalah “ilmiah” termasuk jurnal dengan nama aneh seperti “Britain International of Exact Sciences Journal“.
Muhammad Ridwan menggunakan gelar akademis “PhD (cand)” yaitu calon S3 di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU). Menurut whois.com situs Internet bircu-journal.com juga terdaftar oleh M Ridwan dengan nomor telepon 081375313465 dan email bukharyahmedal@gmail.com.
Lalu ia terkejut melihat betapa populer jurnal ini di kalangan akademikus Indonesia: Sejak 2018 BIRCI-Journal menerbitkan setiap tahun empat edisi. Terbitan pertama Januari 2018 baru memuat 5 artikel, pada Januari 2019 meningkat menjadi 42 artikel, dan Januari 2021 bertambah lagi menjadi 162 artikel yang dipublikasikan.
Namun BIRCI baru naik daun pada tahun 2022: edisi pertama (Januari 2022) memuat 761 artikel, edisi No 2 (Mei 2022) 934 artikel, dan No 3 (Agustus 2022) 1007 artikel!
“Ketika saya menelusuri 100 artikel pertama BIRCI Journal edisi Agustus 2022 ternyata semua artikel ditulis oleh warga negara Indonesia dengan topik pembahasan yang hampir selalu berkaitan dengan Indonesia. Jadi jelas bukan jurnal internasional,” sesalnya.
Pria yang menikah dengan perempuan Melayu ini kemudian mencari artikel Marudut Bernadtua Simanjuntak di Google Scholars. Ternyata artikel yang baru terbit enam bulan yang lalu sudah disitir 304 kali dan hari ini sudah meningkat lagi menjadi 328 sititan.
Namun, ternyata semua 328 artikel yang menyitir artikel M B Simanjuntak berasal dari sumber yang sama, yaitu artikel-artikel VOSTUVE yang diunggah ke researchgate.net dengan tujuan untuk mendongkrak impact factor BIRCI.
VOSTUVE adalah “Vocational Student’s Perspective in Literacy Reading” tetapi tidak dapat ditemukan di mana-mana alias jurnal fiktif dan hanya dicptakan dengan tujuan mengakali h-index Google Scholar yang menunjukkan berapa kali artikel dari sebuah jurnal disitir (dikutip).
Ke-328 artikel VOSTUVE tidak ada hubungan apa pun dengan artikel M B Simanjuntak. Misalnya ada “Paper Review of Cyberbullying Speech Patterns Among Indonesian Students” yang ditulis oleh Adinda Dwina Agustin.
Teks artikel itu tidak merujuk kepada artikel M B Simanjuntak, tetapi di dalam Daftar Pustaka tercantum artikel M B Simanjuntak.
“Dengan cara licik seperti itu BIRCI berhasil mendongkrak h-value-nya, dan para dosen yang percaya bahwa BIRCI adalah jurnal yang bonafid tertipu membayar publication fee yang mahal untuk jurnal yang sesungguhnya merupakan jurnal pemangsa,” tandas Prof Uzok.