Pengurus ACT sering kirim dana ke luar negeri, bahkan beberapa negara sasarannya adalah negera rawan konflik dan banyak teroris.
“Ada juga salah satu karyawan yang melakukan selama 2 tahun melakukan transaksi pengiriman dana ke negara berisiko tinggi dalam hal pendanaan terorisme. Seperti 17 transaksi dengan nominal Rp1,7 miliar,” jelas kepala PPTAK Ivan Yustiavandana dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (6/7/2022).
Ivan menambahkan pihaknya juga telah memberikan laporan hasil analisis ke aparat penegak hukum. Terutama terkait dugaan dana yang mengalir untuk aktivitas terlarang di luar negeri baik langsung atau tidak langsun
Pengurus dan karyawan Aksi Cepat Tanggap (ACT) terpantau melakukan transaksi tanpa melalui yayasan atau lembaga. Para pengurus dan karyawan itu melakukan secara individu.
“PPATK melihat ada beberapa individu di dalam yayasan yang juga secara sendiri-sendiri melakukan transaksi ke beberapa negara dan pihak yang sekarang masih diteliti lebih lanjut,” kata Ivan Yustiavandana
Ivan mencontohkan salah seorang pengurus ACT melakukan pengiriman dana periode 2018-2019, hampir senilai Rp500 juta ke sejumlah negara, yakni Turki, Kirgistan, Bosnia, Albania dan India. Bahkan ada salah satu karyawan ACT bertransaksi dengan negara berisiko tinggi.
Sementara itu, pada 9 November 2021, tim ACT mengumumkan pengumpulan donasi untuk keluarga Suharno dan anaknya bernama Rizal di laman Indonesia Dermawan, situs milik Aksi Cepat Tanggap.
Suharno, istri dan Rizal mengalami kecelakaan setelah truk yang tak kuat menanjak di Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunungkidul, mundur dan melindas sepeda motornya pada 25 Oktober 2021. Namun kaki kanan istri Suharno, Isti Utami, harus diamputasi.
Pasca itu, pengurus Aksi Cepat Tanggap (ACT) Cabang Bantul mendatangi rumah keluarga itu di Dusun Sanggrahan, Kecamatan Dlingo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kepada Suharno, pengurus ACT menyodorkan berkas penggalangan donasi untuk dia dan keluarganya
Foto Rizal berumur lima tahun yang sedang menangis beserta foto rontgen kakinya yang patah terpajang. Tertulis di situs itu: “Satu Keluarga Terlindas Truk, Bantu Adik Rizal dan Orang Tuanya Sembuh”.
Sebulan berselang, tim ACT Bantul kembali menyambangi rumah Suharno. Suharno, ayah dari anak yang terlindas truk dan sempat dijadikan ACT untuk galang donasi. Galang donasi untuk korban kecelakaan terkumpul ratusan juta, ACT ternyata hanya serahkan uang tunai Rp 3 Juta
“Mereka membawa uang tunai Rp 3 juta, bahan kebutuhan pokok, satu kruk kaki, dan kasur senilai sekitar Rp 3 juta,” tulis Tempo.
Kepada Tempo Suharno mengaku tidak mengetahui berapa donasi yang terkumpul untuk keluarganya. Sementara untuk pengobatan di rumah sakit, mereka menggunakan Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Saat Tim ACT kembali datang beberapa bulan kemudian untuk mengadakan pendampingan psikologi terhadap Rizal dan orang tuanya. ACT hanya berjanji membangun bengkel kayu dan peralatan tukang untuk Suharno, membelikan kaki palsu untuk istrinya, serta merenovasi rumah.
Pertengahan Juni lalu, Suharno bertanya kepada tim ACT Bantul soal janji yang belum terwujud. Karena sebelumnya, ia mendapat informasi bahwa donasi yang terkumpul mencapai Rp 412,207 juta dari target Rp 520 juta.
Ia mempertanyakan kapan duit yang disumbang lebih dari 6.000 donatur itu akan disalurkan. Namun, Suharno tak mendapat jawaban pasti.