Pengertian, ciri, dan keutamaan dari haji mabrur penting untuk diketahui. Hal ini karena dalam menunaikan rukun Islam yang kelima ini tidaklah mudah, tapi sisi positifnya umat Islam tetap berlomba-lomba untuk bisa melaksanakannya.
Antusias dalam melaksanakan ibadah haji kerap kali membuat lupa untuk memperhatikan mabrur (diterimanya) amal tersebut. Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata memperhatikan diterimanya amal ibadah adalah lebih penting daripada memperhatikan amal ibadah itu sendiri.
Secara pengertian, haji mabrur adalah haji yang memiliki predikat diterima oleh Allah SWT yang mana hal tersebut sangat berkaitan dengan pemenuhan syarat, rukun, dan wajib, serta menghindari hal-hal yang dilarang dengan penuh kehati-hatian untuk mengharap ridho Allah SWT.
Meski demikian, tidak ada orang yang berhak menetapkan akan diterima atau tidaknya ibadah yang dilakukan karena hal tersebut tetap menjadi kuasa Allah. Namun, terdapat beberapa ciri yang disebutkan dalam hadis mengenai haji mabrur. Seperti yang dijelaskan dalam kitab Umdatul Qari karya Imam Badrudin al-Aini:
سئل النبي ما بر الحج قال إطعام الطعام وطيب الكلام وقال صحيح الإسناد ولم يخرجاه
Artinya: “Rasulullah Saw ditanya tentang haji mabrur. Rasulullah kemudian berkata, ‘Memberikan makanan dan santun dalam berkata.’ Al-Hakim berkata bahwa hadis ini sahih sanadnya, tetapi tidak diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.”
Dari hadis di atas bisa dipahami bahwa diantara ciri dari haji mabrur adalah meningkatanya kepekaan dan kepedulian, tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tapi juga terhadap orang lain di sekitarnya. Seperti lebih santun dalam bertutur kata, menebar kedamaian bagi sesama makhluk-Nya, serta mudah berbagi kepada orang lain yang kekurangan. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
وَلَـٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ وَٱلۡمَلَـٰٓٮِٕڪَةِ وَٱلۡكِتَـٰبِ وَٱلنَّبِيِّـۧنَ وَءَاتَى ٱلۡمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ ذَوِى ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَـٰمَىٰ وَٱلۡمَسَـٰكِينَ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِيلِ وَٱلسَّآٮِٕلِينَ وَفِى ٱلرِّقَابِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّڪَوٰةَ وَٱلۡمُوفُونَ بِعَهۡدِهِمۡ إِذَا عَـٰهَدُواْۖ وَٱلصَّـٰبِرِينَ فِى ٱلۡبَأۡسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلۡبَأۡسِۗ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْۖ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ
Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaikan (al-birr), akan tetapi sesungguhnya kebaikan itu ialah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS Al-Baqarah: 177)
Mengenai keutamaan haji mabrur, Nabi Saw bersabda:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ سُمَيٍّ مَوْلَى أَبِي بَكْرِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ السَّمَّانِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf, telah mengabarkan kepada kami Malik dari Sumayya, Maula Abu Bakar bin ‘Abdur Rahman dari Abu Shalih as-Samman dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: ‘Umrah ke ‘umrah berikutnya menjadi penghapus dosa antara keduanya dan haji mabrur tidak ada balasannya kecuali surga’”. (Shahih Bukhari No. 1650)
Allah SWT akan memberikan balasan surga bagi siapa yang melaksanakan ibadah haji yang mabrur. Dan surga merupakan sebaik-baiknya balasan bagi siapa yang dikehendaki oleh Allah. Wallahua’lambissowab
Penulis: Thowiroh
Editor: Ikhsan Nur Ramadhan
Baca Juga: Kriteria Mampu dalam Ibadah Haji