tebuireng.co – Penamaan Ramadan menurut ahli lughoh dijelaskan oleh Al-Alim Al-Allamah Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi (w. 676 H) atau yang masyhur dengan panggilan Imam An-Nawawi dalam kitabnya Tahdzibul Asma’ wal Lughot.
Di kitab tersebut ia menerangkan beberapa qoul (pendapat) ulama ahlul lughoh (pakar bahasa) tentang penamaan bulan Ramadan. Setidaknya ada tiga qoul yang dikemukakan olehnya:
Pertama, Ramadan berasal dari kata ar-Ramdu (الرمض)
أحدها: أنه مأخوذ من الرمض، وهو حر الحجارة من شدة حر الشمس، فسمى هذا الشهر رمضان؛ لأن وجوب صومه صادف شدة الحر، وهذا القول حكاه الأصمعي
[النووي ,تهذيب الأسماء واللغات ,3/126]
Untuk pendapat yang pertama, An-Nawawi menuliskan bahwa Ramadan diambil dari kata Ar-Ramdu (الرمض). Ar-Ramdu sendiri memiliki arti panasnya batu karena pengaruh sengatan sinar matahari (حر الحجارة من شدة حر الشمس).
Akar kata ini digunakan dalam nama bulan Ramadan karena kewajiban berpuasa jatuh bertepatan dengan masa atau musim panas yang amat terik.
Qoul pertama ini diungkapkan oleh Abdul Malik bin Quraib Al-Ashma’i (w. 216 H), seorang pakar bahasa dan sastra Arab yang juga dikenal sebagai penyair ulung di masa kekhalifahan Harun Ar-Rasyid, dibuktikan dengan puisi tersohornya yang berjudul Shautu Shafiril Bul Bul.
Kedua, Ramadan diambil dari kata ar-Ramiid (الرميض)
والقول الثاني: وهو قول الخليل: أنه مأخوذ من الرميض، وهو من السحاب والمطر ما كان في آخر القيظ وأول الخريف، سمي رميضًا؛ لأنه يدرأ سخونة الشمس، فسمي هذا الشهر رمضان؛ لأنه يغسل الأبدان من الآثام
[النووي ,تهذيب الأسماء واللغات ,3/126]
An-Nawawi melanjutkan pembahasan qoul yang kedua dengan mengambil pendapat salah satu pakar bahasa Arab, Al-Kholil bin Ahmad Al-Farahidi, ahli tata bahasa Arab dan pencipta Ilmu Arudh, yakni ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah syair (sajak) bahasa Arab.
Al-Kholil mengatakan bahwa Ramadan berasal dari kata Ar-Ramiid (الرميض). Arti Ar-Ramiid sendiri adalah awan atau hujan yang turun di akhir musim panas, masuk musim gugur (وهو من السحاب والمطر ما كان في آخر القيظ وأول الخريف).
Awan atau hujan ini disebut Ar-Ramiid karena dapat menghilangkan atau melunturkan panasnya sengatan matahari.
Oleh karena itu, dengan berpatokan pada makna Ar-Ramiid ini, maka Al-Kholil berpendapat bahwa bulan Ramadan dinamakan seperti itu (Ramadan) karena bulan yang mulia ini dapat menghilangkan, membersihkan, atau melunturkan badan (jiwa) dari dosa.
Ketiga, Ramadan diambil dari ungkapan orang Arab “رمضت النصل”
والقول الثالث: أنه من قولهم: رمضت النصل أرمضه رمضا، إذا دققته بين حجرين ليرق، فسمي هذا الشهر رمضان؛ لأنهم كانوا يرمضون أسلحتهم فيه ليقضوا منها أوطارهم في شوال قبل دخول الأشهر الحرم، قال: وهذا القول يحكى عن الأزهري
[النووي ,تهذيب الأسماء واللغات ,3/126]
Pendapat yang terakhir ini datang dari Abu Manshur Al-Azhari, ahli gramatikal bahasa Arab serta salah satu tokoh leksikologi bahasa Arab dengan kitab fenomenalnya berjudul Tahdzib Al-Lughoh.
Dia menyatakan bahwa Ramadan diambil dari ungkapan atau pernyataan Arabiy (orang Arab) “رمضت النصل” yang artinya menajamkan atau mengasah pedang dengan dua batu agar pedang tersebut menjadi tajam (رمضت النصل أرمضه رمضا، إذا دققته بين حجرين ليرق).
Maka menurut Al-Azhari, bulan Ramadan diberi nama Ramadan karena orang Arab dahulu biasanya mengasah senjata mereka di bulan ini (Ramadan), sebagai persiapan mereka menghadapi peperangan di bulan Syawal, sebelum masuk bulan Haram (bulan-bulan yang dilarang berperang di dalamnya).
Terakhir, An-Nawawi menutup kajian penamaan Ramadan menurut ahli lughoh ini dengan menukil ucapan Al-Wahidi:
قال الواحدي: فعلى قول الأزهري: الاسم جاهلي، وعلى القولين الأولين يكون الاسم إسلاميًا
[النووي ,تهذيب الأسماء واللغات ,3/127]
“Al-Wahidi mengatakan, berdasarkan qoul Al-Azhari (pendapat yang ketiga), maka Ramadan adalah nama yang telah ada sejak zaman Jahiliyah (sebelum Islam). Sedangkan berdasarkan dua pendapat yang pertama, yakni qoul Al-Ashma’i dan Al-Kholil, menandakan bahwa Ramadan adalah nama Islami, nama yang muncul setelah datangnya agama Islam”. Wallahu A’lam.
Oleh: Syifa’ Q.