tebuireng.co – Pemilu 2024 sebentar lagi, beberapa partai mulai menawarkan kadernya untuk jadi wakil rakyat dan pemimpin negara. Begini tips memilih pemimpin dalam Islam yang bisa jadi pegangan masyarakat Indonesia.
Beberapa waktu belakangan ini, pemberitaan media di Indonesia sudah diramaikan oleh nama-nama kandidat calon pemimpin baru di masa yang akan datang. Pasalnya, Pemilu 2024 nanti, Indonesia akan menggelar pesta demokrasi untuk memilih anggota legislatif, bupati, gubenurdan presiden.
Agar tidak salah memilih pemimpin, kita sebagai masyarakat muslim telah diberikan benang merah oleh Rasulullah tentang apa saja kriteria seorang pemimpin yang layak dipilih.
Hal ini mengingat betapa urgensi kepemimpinan dalam Islam dan menempati posisi yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat sertabernegara.
Karena pada tangan seorang pemimpinlah kendali keharmonisan dan kemaslahatan berada. Oleh karena itu, kita sebagai pemilih juga harus mengetahui dengan benar kriteria calon pemimpin yang ideal.
Menilik konsep yang identik dengan seorang pendidik, yang diwariskan oleh Ki Hajar Dewantara, juga bisa menjadi pedoman dalam menentukan sikap dari seorang pemimpin.
Di antara konsep tersebut yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha (di depan menjadi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun semangat), Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan).
Paham kepemimpinan tersebut layak diwariskan kepada generasi penerus bangsa, termasuk para calon pemimpin, karena mengandung paham yang sarat akan filosofi. Di samping itu, sebagai seorang muslim, kita pun harus menilik kriteria pemimpin yang disampaikan oleh Rasulullah.
Memilih Pemimpin Ideal dalam Pandangan Hadis
Konsep kepemimpnan dalam Islam sendiri pun menempati posisi yang krusial, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw:
“Jika ada dua orang di antara kamu, maka angkatlah pemimpin.”
Kriteria pemimpin yang ideal menurut pandangan Islam adalah seorang individu yang mampu meminimalisir kemungkinan terjadinya kekacauan dalam masyarakat.
Sederhananya, seorang pemimpin harus mampu menciptakan pelembagaan konflik yang adil. Sehingga, konflik yang terjadi tidak mengalami ekskalasi lebih jauh.
Namun, tak dapat dimungkiri, posisi strategis dan terbatasnya kedudukan pemimpin, ternyata dapat menyebabkan adanya perbutan kepemimpinan.
Menyikapi hal tersebut, Rasulullah pun telah memberikan penegasan bahwa jangan sekali-kali mengangkat dan membaiat seseorang yang sangat ambisius menjadi pemimpin.
Dalam suatu riwayat, diceritakan bahwa Abu Darda, seorang ahli zuhud, tatkala meminta kepada Nabi untuk diberikan posisi, kedudukan atau jabatan di tengah masyarakat, Nabi menolak permintaan tersebut.
“Janganlah engkau angkat menjadi pemimpin orang-orang yang meminta jabatan.”
Selain itu, dalam memilih pemimpin, Rasulullah pun memiliki beberapa kriteria yang dapat menjadi pegangan. Di antaranya adalah seorang pemimpin yang dipilih harus memiliki sifat Shidiq (jujur), Amanah (terpercaya), Tabligh (komunikatif), dan Fathanah (cerdas).
Demikianlah uraian mengenai tips memilih pemimpin yang ideal menurut ajaran Rasulullah yang bisa dijadikan pesangon dalam proses Pemilu nantinya. Dengan meneladani Rasulullah, semoga kita dapat memilih pemimpin yang membawa kemaslahatan.
Wallahua’lam
Oleh: Dinnatul