Pengasuhan anak (parenting) selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Salah satu figur yang memberikan inspirasi dalam pola asuh anak adalah pasangan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan istrinya, Nyai Sinta Nuriyah Wahid.
Bagi Gus Dur dan Nyai Sinta, salah satu prinsip utama dalam mendisiplinkan anak adalah memberi contoh langsung sebab disiplin bukan hanya soal menasehati secara verbal, tetapi lebih kepada bagaimana orang tua menjadi teladan dalam keseharian.
“Untuk membuat anak menjadi disiplin, kami selalu menunjukkan contoh tindakan yang nyata. Dengan begitu, mereka tahu mana yang harus dilakukan dan mana yang sebaiknya dihindari,” ujar Nyai Sinta dalam acara Festival Keluarga yang berlangsung di Mal Kasablanka, Jakarta Selatan, Sabtu (1/2/2025).
Metode ini sejalan dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umatnya. Menurut Nyai Sinta, pendekatan ini jauh lebih efektif dibandingkan sekadar memberikan perintah atau larangan yang terkadang justru membuat anak merasa tertekan dan memberontak.
“Apalagi anak zaman sekarang, kadang mereka justru marah ketika dipanggil atau disuruh melakukan sesuatu. Maka, kami selalu menghindari cara-cara yang bisa menimbulkan penolakan dari anak,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Nyai Sinta juga membagikan sebuah kisah yang menggambarkan bagaimana Gus Dur dan dirinya menanamkan nilai kepedulian sosial kepada anak-anaknya.
“Suatu hari, saat Mbak Alissa Wahid dan Yenni sedang naik mobil, mereka berhenti di lampu merah. Di sana, banyak anak kecil yang membersihkan mobil dan menjajakan dagangan mereka. Yenni pun marah dan berkata akan mengirim surat kepada Presiden agar anak-anak tersebut bisa disekolahkan. Mendengar hal itu, Gus Dur menasihatinya dengan lembut. Beliau mengatakan bahwa pada usia Yenni saat itu, pendapatnya belum tentu diperhatikan oleh Presiden. Sebagai gantinya, Gus Dur mengarahkan anaknya untuk mencontoh ibunya, yakni belajar setinggi-tingginya agar kelak bisa membantu orang lain,” cerita Nyai Sinta.
Menurutnya, parenting seperti ini akan lebih membekas di dalam hati anak dan membentuk karakter mereka hingga dewasa. Dengan pendekatan keteladanan, anak-anak akan lebih mudah memahami dan menginternalisasi nilai-nilai yang diajarkan.
Baca juga: Fatherless, Jadi Masalah Serius?