Pabrik Gula (PG) Tjoekir terus berupaya menjalankan bisnis produksi gula dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan. Pimpinan Pabrik Gula Tjoekir, Abdul Azis Purmali, menyampaikan latar belakang kerja sama dengan Bank Sampah Tebuireng (BST) sebagai bagian dari komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan lingkungan.
Dalam wawancara dengan General Manager PG Tjoekir, ia menekankan bahwa industri gula pada dasarnya berfokus pada produksi, menciptakan nilai ekonomi, dan menggerakkan perekonomian. Namun, tanggung jawab terhadap lingkungan tidak boleh diabaikan.
“Saat kami sibuk berproduksi, selalu ada ruang untuk perbaikan agar lebih memperhatikan dampak terhadap lingkungan,” ujarnya.
Dinas Lingkungan Hidup juga mengingatkan bahwa meskipun PG Tjoekir telah memberikan manfaat bagi banyak orang, perhatian terhadap lingkungan akan menjadikan perusahaan semakin baik dan berkah bagi masyarakat.
Seperti yang diketahui bahwa PG Tjoekir sudah bagus industrinya, tetapi akan lebih baik jika lebih memperhatikan lingkungan agar semakin sempurna dalam memberikan manfaat dan menjaga warisan.
Menanggapi hal ini, Pabrik Gula Tjoekir mulai mencari informasi serta menjalin komunikasi dengan berbagai pihak, termasuk kepala desa dan Bank Sampah Tebuireng. “Kami mendukung Bank Sampah Tebuireng dengan memilah sampah dari internal kami, lalu menyedekahkannya dalam bentuk yang telah terpilah,” kata perwakilan manajemen.
Sebagai bentuk kontribusi lebih lanjut, manajemen Pabrik Gula Tjoekir berencana meningkatkan dukungan terhadap Bank Sampah Tebuireng, termasuk dalam pengelolaan kompos. Selama ini, kompos hasil produksi mereka telah dimanfaatkan oleh para petani dengan respons positif, meski masih dalam bentuk alami.
Ke depan, perusahaan berharap dapat mengolahnya lebih lanjut menggunakan teknologi agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Upaya ini juga menjadi wujud nyata kehadiran Pabrik Gula Tjoekir di tengah masyarakat Desa Cukir.
Kerja sama ini juga diharapkan dapat memperluas jangkauan edukasi mengenai pengelolaan sampah. “Menurut kami, Bank Sampah Tebuireng sudah diakui. Harapan kami, tidak hanya menjangkau sekitaran pondok pesantren, tetapi juga memberikan edukasi tentang pengelolaan sampah kepada masyarakat luas. Dengan luas pabrik mencapai 20 hektare, kami sendiri merasakan pentingnya pengelolaan sampah yang baik,” tambahnya.
Manajemen Pabrik Gula Tjoekir juga menegaskan bahwa prinsip 3P (Profit, People, Planet) menjadi bagian dari nilai utama perusahaan. Profit berfokus pada keberlanjutan bisnis, People dalam hal pemberdayaan tenaga kerja, serta Planet sebagai bentuk tanggung jawab terhadap lingkungan. “Mari kita tumbuhkan industri gula yang lebih hijau,” pungkasnya.
Penulis: Maulida Fadhilah Firdaus
Editor: Thowiroh
Baca juga: Berkunjung ke BST, Santri Muallimin Belajar Cara Mengelola Sampah