tebuireng.co- Ning Ita Fajria Tamim merupakan sosok dokter muda inspiratif yang lahir dari Pesantren dan tidak hanya berprofesi sebagai dokter namun juga aktif sebagai penulis buku.
Bukunya yang berjudul Daily Insight telah terjual hingga menembus angka 3000 eksemplar karena sangat diminati oleh para pembaca. Buku tersebut merupakan jawaban dari berbagai pertanyaan yang mungkin masih sering mengusik dan menjadi keresahan beberapa anak muda dan bahkan orang dewasa.
Sebagai tokoh yang lahir dari pesantren, Ning Ita Fajria aktif mengembangkan dakwahnya baik secara offline ataupun online. Ia sering diundang sebagai pemateri dalam acara seminar di berbagai tempat seperti kampus dan beberapa pesantren untuk membahas isu kekinian dalam kacamata medis.
Selain itu, ia juga sering  berdakwah di media sosial dengan membagikan konten-konten inspiratif seputar masalah dan keluhan yang dialami masyarakat utamanya anak muda seperti mental health, self love dan beberapa isu seputar perempuan. Di instagram, akun dokter muda tersebut dengan nama @itafajriatamim telah diikuti oleh 27,5 rb pengikut.
Dalam sebuah kesempatan, alumni S2 Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Universitas Airlangga ini menjelaskan tentang pentingnya perempuan untuk terus berusaha mendapatkan akses pendidikan yang tinggi, karir yang bagus dan selalu ambisius dalam mengembangkan diri dan potensi yang dimiliki.
Hal tersebut karena menurutnya bisa membuat perempuan jauh lebih mandiri, mempunyai kebahagiaan yang relatif tinggi serta peluang mendapatkan jodoh dengan kualitas yang sama. Baginya perempuan boleh mempunyai mimpi asalkan paham pula dengan kewajibannya.
Baca Juga : Profil Ning Jazil, Istri Gus Kautsar
Sebagai tokoh yang bergelut di dunia kedokteran dan mempunyai DNA pesantren, Istri dari pengasuh Pondok Pesantren Nazhatut Thullab Sampang Madura tersebut juga sempat memberikan opini mengenai marak kasus kekerasan seksual yang terjadi di Pesantren.
Menurutnya, salah satu cara untuk meminimalisir terulangnya kasus yang sama ialah memetakan beberapa celah yang yang harus diperhatikan. Diantaranya seperti pemahaman sikap wajar antara guru dan murid karena sering kali kekerasan seksual yang terjadi akibat ketidaktahuan korban bahwa ada beberapa tindakan yang dialaminya bernilai pelecehan dan kekerasan seksual dan sebenarnya termasuk kejahatan
Penyebab terjadinya pelecehan dan kekerasan seksual juga bisa terjadi karena ketidakberanian korban melakukan perlawanan karena menjaga adab dan faktor remeh yang seringkali diabaikan padahal berpotensi menjadi pintu celah terjadinya pelecehan dan kekerasan seksual di lingkungan pesantren yakni setting tempat atau lokasi yang seharusnya berada dalam pengamanan yang baik. Dengan mengetahui hal-hal tersebut, diharap menjadi warning yang bisa diperhatikan sambil lalu dibenahi sehingga tidak melahirnya kasus kekerasan ataupun pelecehan seksual baru di pesantren.
Baca juga: Profil Ning Sheila, Influencer dari Lirboyo