tebuireng.co – Ngaji filsafat fitrah manusia bersama pakar adalah salah satu cara menikmati hidup. Kali ini ngajinya ke tokoh intelektual Islam Dr Fahkrudin Faiz  yang menjelaskan konsep fitrah kodrat manusia.
Ketika kita mencermati berbagai macam konsep fitrah manusia dalam sudut pandang filsafat, beberapa fitrah manusia dibagi menjadi 4 cluster.
Pertama, manusia sebagai makhluk intelek yang memiliki intelegensi, berbeda dengan makhluk lainya dan ini menjadi anugerah luar biasa dari Allah SWT.
Pada kajian makhluk intelek ini, manusia sering disebut homo sapiens (manusia berfikir). Karena salah satu fitrah manusia sebagai makhluk yang berfikir atau sering di terjemahkan sebagai animal racional.
Manusia juga disebut sebagai makhluk intelek ialah Homo Mensura (manusia penilai). Konsep ini dikemukakan oleh filsuf Yunani bernama Pytagoras, peran manusia untuk menetapkan semua standar nilai kehidupan berupa kebaikan, keadilan dan hukum.
Kemudian Homo Raccentis (manusia perasa), kepekaan rasa yang nampak pada kejernihan angan-angan seseorang. Dalam menghadapi kehidupan di dunia, manusia tidak serta merta menerima keadaan ini apa adanya melainkan dapat merasakan kepekaan antar makhluk lain.
Selanjutnya ada Homo Volens (manusia berkeinginan), manusia tidak akan pernah puas pada satu titik tetapi selalu ingin suatu hal yang baru dan terus ingin menemukan hal yang baru.
Kemudian ada Homo Educandum (dapat dididik) manusia dapat dilatih untuk menjadi apa yang dicitakan atau ingin membentuk karakter yang sedemikian rupa asalkan terbuka untuk dididik dan dibentuk.
Kedua, manusia sebagai makhluk sosial yang memiliki hubungan interaksi dengan makhluk yang lainya, Homo Socius (makhluk bergaul), manusia perlu berinteraksi dengan yang lain disadari maupun tidak manusia tidak akan terlepas dari peran manusia lain.
Selanjutnya ada Homo Economicus (memenuhi kebutuhan), manusia sebagai makhluk yang selalu ingin memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan primer maupun sekunder.
Hal ini lah yang menjadikan manusia akan terus memenuhi hasratnya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Lalu ada Homo Concored (beradaptasi), kehidupan manusia ini sangat beragam ada yang sangat kaya, sangat miskin ada yang berbahagia dalam hidupnya dan ada pula yang selama hidupnya mendapatkan cobaan.
Dahulu bangsa kita sempat dijajah selama kurang lebih 350 tahun, itu pun masih dapat beradaptasi karena di antara kekhususan yang diberikan oleh Tuhan adalah kemampuan manusia untuk beradaptasi, kemampuan survival dalam menghadapi situasi apapun.
Ketiga, manusia sebagai makhluk Tuhan, dalam kajian filsafat kategori ini dibagi menjadi dua homo.
Pertama Homo Viator (mencari jati diri) manusia yang senantiasa mencari hakikat jadi dirinya melihat lebih jauh untuk apa dia ada di dunia ini.
Pergolakan filosofis sejak zaman yunani sampai era kontemporer seperti sekarang ini ringkasnya adalah bagaimana manusia berusaha untuk memahami dan mencari jati diri.
Yang kedua adalah Homo Religius (mengabdi Tuhan), sering kita dengar bahwa dalam diri manusia itu ada dorongan fitrah untuk beragama atau bertuhan.
Maka tak heran bagi sebagian golongan yang memilih untuk tidak mempercayai Tuhan (atheis) pada satu titik terlemahnya akan ada timbul dorongan untuk kembali mempercayai adanya Tuhan karena dalam diri manusia sudah ada fitrah untuk mempercayai adanya Tuhan.
Keempat, manusia sebagai makhluk bekerja. Ada 3 macam homo dalam konsep keempat ini.
Pertama Homo Mechanicus (bergerak teratur), manusia makhluk yang beraktivitas, mereka bergerak dengan teratur, memiliki skema pola sehingga dapat memahami ritme mekanika hidup manusia itu sendiri.
Yang kedua Homo Faber (bekerja/berkarya), merupakan sebuah konsep yang menggambarkan manusia sebagai pekerja.
Maka kerja bersifat esensial dalam diri manusia bagian dari kodrat manusia. Maka ketika manusia hanya diam tidak melakukan apa-apa pasti tidak akan merasa nyaman karena jika ia tidak mengerjakan sesuatu maka ia akan kehilangan makna hidup.
Yang terakhir ada Homo Ludens (bermain), manusia sebagai makhluk bermain, dengan anugrah yang diberikan oleh Tuhan maka manusia berhak memilih apa yang akan dia perbuat atau melakukan tindakan yang dapat membahagikannya.
Keputusan dalam mengambil tindakan atas dasar perbuatan manusia merupakan inti dari sebuah permainan. Begitu pula dengan keputusan ia merupakan cerminan dari inti permainan tersebut.
Begitulah ngaji filsafat fitrah manusia bersama Dr Fakhrudin Faiz, dengan dalil rasional (aqli) mampu melahirkan pemikiran yang sedemikian rinci mengenai semua yang ada di alam ini.
Dirangkum oleh Badar Alam K Â