tebuireng.co – Evolusi adalah konsep terpenting dalam biologi (Enger & Ross, 2000). Bahkan ahli genetika, Dobzhansky (1973) mengatakan bahwa tidak ada yang masuk akal dalam biologi kecuali ditinjau dari sudut pandang evolusi. Evolusi memperluas cakupan penjelasan materialistik sampai kepada makhluk hidup (Campbell & Reece, 2001). Teori ini memasukkan positivisme dalam biologi, yaitu dengan menerangkan manusia dan kehidupan dari sisi materi (Jacob, 1992; Gould & Singer, 1981). Studi evolusi biologi memerlukan banyak pemahaman mengenai genetika, biokimia, embriologi, biogeografi, geologj, biologi, paleontologi, biologi molekuler, dan lain sebagainya (Indrianti, 2003).
Ironisnya, meskipun gagasan evolusi telah diterima oleh sebagian
besar saintis (Raven & Johnson, 1999), gagasan ini banyak ditentang masyarakat karena kontradiksinya dengan beberapa aspek ajaran dari beberapa agama (Stearns & Hoekstra, 2001). Hal yang paling kontroversial dari teori ini adalah upayanya menjelaskan asal-usul manusia dari proses alamiah (Berry & Hallam, 1989).
Dalam tulisan Ini saya ingin meluruskan kesalahpahaman yang masih terus ada dari dulu hingga sekarang, karena jarang sekali ada orang benar-benar mengerti teori evolusi. Supaya tidak salah paham lagi mengenai teori evolusi.
- MANUSIA BERASAL DARI KERA
Ini merupakan miskonsepsi basi yang ketinggalan zaman, kreasionis di Amerika bahkan tak lagi menggunakan argumen itu. Dimana salahnya? Pertama, dalam konsep teori evolusi (khususnya Darwin) tak ada kalimat atau materi yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera, silakan cari saja di bukunya langsung baik itu On the Origin of Species maupun The Descent of Man. Karena itu hanya salah paham maksud teori evolusi saja (Kover, 2015). Lalu bagaimana yang benar? Dalam biologi evolusioner, yang dimaksud dengan evolusi manusia merujuk ke definisi bahwa manusia dan primata lainnya membagi common ancestor yang sama (Stump, 2018).
Kalau begitu, kenapa dalam ilustrasi evolusi manusia ditunjukkan gambar manusia berevolusi dari kera? (Gambarnya nanti saya share di komen). Faktanya itu merupakan gambar yang keliru, nama gambar itu adalah March of Progress, dibuat oleh seorang seniman yang kurang mengerti sains, bernama Rudolp Zallinger pada tahun 1965 (Blake, 2018), tapi kemudian gambar itu banyak dicetak dan di copy di buku teks tanpa tau apakah ilustrasi itu tepat atau tidak. Kenapa gambar itu kurang tepat? Karena evolusi yang sesungguhnya bukan individual seperti itu, melainkan bercabang dan dalam jumlah yang besar (populasi).
Manusia punya moyang yang sama, itu maksudnya bagaimana? Maksudnya jutaan tahun lalu, moyang manusia dan kera lainnya masih belum terlalu berkembang, tapi karena pengaruh mutasi genetik dan seleksi alam, maka bercabanglah pemisahan moyang itu, ibarat kata layaknya pohon yang punya banyak cabang, satu ke kiri, satu ke kanan, begitulah yang terjadi pada manusia. Manusia dan kera punya cabang evolusi masing2, kera (Simpanse, Gorilla, dll) juga punya cabangnya masing-masing, jadi manusia memang tidak berevolusi dari kera. Lalu kenapa ilustrasi manusia purba mirip kera? Ya mungkin maksudnya adalah hominid seperti Ramaphitecus dan Australophitecus, itu bukan kera ataupun manusia, bisa dibilang mirip kera (ape-like) tapi bukan kera.
Apa buktinya manusia membagi moyang dengan kera lain? Salah satu jawabannya adalah kesamaan genetika manusia dengan Simpanse dan kera lainnya berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2005, penelitian tahun 2012 juga sama, ditemukan kesamaan genom dan genetika (Prufer et all, 2012). Tapi apa maksud manusia punya kesamaan genetik dengan kera lain? Kalian bisa baca tulisan dari science writter lulusan biologi, Helen Thompson dari Majalah Smithsonian disini (https://www.smithsonianmag.com/smart-news/what-does-being-99-percent-chimp-mean-180955645/). Jadi ya manusia memang tidak berasal dari kera, sehingga buang saja pertanyaan, kalo manusia berasal dari kera, kenapa kera masih ada?, kecuali anda memang suka denial, ya itu terserah anda mau bodoh selamanya, atau ada yang belum paham, nanti bisa tanyakan.
- EVOLUSI HANYALAH TEORI
Ini juga merupakan salah kaprah masyarakat awam, terutama yang agamis. Karna faktanya kata ‘teori’ dalam sains jelas sangat berbeda dengan kata ‘teori’ dalam kehidupan sehari-hari –ex: ekonomi, sosiologi (Stump, 2018). Kita memang harus tau perbedaan antara hipotesis, teori.
Hipotesis
Hipotesis adalah penjelasan yang diajukan untuk benar-benar dapat teruji (Allain, 2013). Ya bahasa simpelnya dugaan awal untuk solusi dari suatu masalah, jadi jika dalam sains terdapat masalah atau data baru, maka ia akan jadi hipotesis dulu, karena selain harus objektif, hipotesis juga harus melewati percobaa berulang kali.
Teori
Dalam kehidupan sehari hari, teori biasa diartikan sebagai pendapat suatu individu atau kelompok tertentu. Tapi dalam sains itu artinya beda lagi. Dalam sains, teori didefinisikan sebagai penjelasan tentang aspek alam dan alam semesta yang telah berulang kali diuji dan diverifikasi sesuai dengan metode ilmiah menggunakan protokol pengamatan, pengukuran, dan evaluasi hasil yang diterima (National Academy of Sciences, 1999).
Itu artinya ketika suatu hipotesis sudah terbukti berulang kali dan bisa diverifikasi, maka ia akan disebut teori. Apakah teori itu fakta? Dalam sains jawabannya iya, teori adalah fakta. Richard Dawkins (2000) mengatakan bahwa evolusi adalah fakta. Wilson dan Eisner (1973) juga mengatakan bahwa proses evolusi adalah fakta yang benar benar terjadi. Suatu teori bukanlah fakta yang tidak pasti atau fakta yang kurang sempurna. Tidak pula menggambarkan tingkat kepercayaan yang lebih rendah (Mayr, 1986). Teori adalah gagasan sistematis yang mencoba menjelaskan mengapa dan bagaimana fakta-fakta yang ada di dunia kita ini eksis dan berinteraksi (Luthfi & Khusnuryani, 2005). Apel jatuh dari pohon ke tanah itu fakta, teori gravitasi Newton mencoba menjelaskan mengapa hal itu bisa terjadi. Lalu apakah evolusi merupakan fakta? Bukan, jika kita mengartikan fakta sebagai kebenaran hakiki yang tidak perlu diuji dan dibuktikan (Luthfi & Khusnuryani, 2005).
Teori evolusi adalah teori ilmiah tentang seleksi alam dan proses-proses lain yang menyebabkan evolusi (Futuyma, 1986). Biologi evolusi sebagai sains tidak akan pernah menemukan kebenaran final. Ia terus difalsifikasi, diverifikasi, dan kemajuannya dicapai dengan asumsi (conjectures) dan penolakan (refutation) (Indrianti, 2002).
Jadi pertanyaan akhir, apakah evolusi itu fakta? jawabannya ia, tapi kita tidak bisa menganggapnya sebagai fakta hakiki yang tak terbantahkan, artinya sejauh ini evolusi masih tetap fakta yang butuh verifikasi lebih lanjut. Jadi jangan salah paham lagi.
- ADAM DAN MANUSIA PURBA, DULUAN MANA?
Kita juga harus tau dulu manusia purba mana yang dimaksud, jika yang maksud adalah hominid, seperti Australophitecus, perkiraan hidupnya sekitar 4.18 sampai 2 juta tahun yang lalu (Ward & Hammond, 2016), itupun tergantung jenisnya bagaimana. Jika yang dimaksud adalah Homo Sapiens, maka bisa dibilang itu bukan lagi manusia yang purba sekali, melainkan sudah modern, penelitian tahun 2017 lalu menemukan bahwa Homo Sapiens sudah ada sekitar 300.000 tahun yang lalu, itu dihitung berdasarkan penemuan fossil manusia di Jebel Irhoud, Maroko (Richter et al, 2017). Artinya manusia modern sudah ada sejak 300.000 tahun yang lalu.
Lalu kapan Nabi Adam ada? Beberapa sejarawan Islam seperti Al-Maghluts (2008) mengatakan bahwa nabi Adam baru ada sejak 6000-5000 tahun yang lalu. Itu artinya usianya masih sangat muda. Tapi karna Adam adalah tokoh ‘fiktif’, kebenaran hakikinya susah ditemukan, karena ia tak meninggalkan fosil atau spesimen apapun. Hal ini didukung oleh bukti bahwa dalam kisah nabi Adam dikatakan bahwa teknologi pertanian sudah ada, tepatnya di kisah Habil dan Qabil yang bertani. Maka kita harus lihat dulu sejarah pertanian itu sendiri.
Zaman dimana biji-bijian liar dikumpulkan lalu kemudian dimakan diperkirakan terjadi sekitar 105.000 tahun yang lalu (Mercader, 2009). Kemudian beberapa tanaman zaman Neolitik mulai dibudidayakan di Levant sekitar 9500 SM (11.520 tahun yang lalu) (Zeder, 2011), dan domestikasi padi dan beras dilakukan di Cina sekitar 6200 SM (8220 tahun yang lalu) (Molina et al, 2011). Berdasarkan data diatas kita bisa katakan bahwa manusia purba maupun homo sapiens awal sudah lebih lama ada di bumi dibandingkan dengan Adam dan cucunya.
Pertanyaan kecil: Apakah adam berevolusi dari besar jadi kecil?
Secara data tak ada penemuan begitu, perubahan ukuran badan manusia tidak berubah secara signifikan sejak dulu, walaupun penelitian dari Cambridge University tahun 2011 mengatakan bahwa manusia menyusut ukurannya sejak 10.000 tahun yang lalu dikarenakan aktivitas pertanian (Bracconier, 2011) tapi itu tidak merujuk ke manusia super raksasa setinggi 30 m, secara teori juga tidak mungkin bisa manusia sebesar itu, karena adanya Square Cube Law (kalian bisa cari tau lebih lanjut tentang penjelasannya), intinya jika mau direalisasikan dengan data dan logika, kemungkinan ukuran nabi Adam tidak sampai 30 m.
Bagaimana kita tau bahwa tengkorak mirip manusia zaman dulu itu adalah manusia? Mungkin saja kan itu cuma kera?
Untuk mengetahui tengkorak (fosil) dari spesimen yang terkubur adalah manusia atau bukan, kita bisa menentukannya lewat tes DNA, genetika, mitochondrial eve, homologi dan anatomy. Kemudian kita komparasikan mana yang sesuai.
Baik kera purba ataupun manusia purba, Mereka semua memiliki dua ciri yang membedakan antara satu sama lain, baik yang hidup atau yang sudah punah (Smithsonian, 2020).
MANUSIA
- Gigi taring kecil pada jantan
- Sumsum tulang belakang memasuki tempurung otak lebih jauh ke depan.
KERA
- Gigi taring besar pada jantan
- Sumsum tulang belakang memasuki tempurung otak lebih jauh ke belakang
“Tetap saja saya tidak mengakui manusia purba”, ya itu terserah anda saja, mau percaya atau tidak datanya tetap ga akan berubah kok. Tulisan ini merupakan tulisan ulang dengan sedikit tambahan data, karena postingan saya sebelumnya di grup di hapus.
DAFTAR PUSTAKA:
E.D Enger & Ross F.C. (2000). Concepts in Biology (2nd ed). (Massachussets: Sinauer Longman).
Dobzhansky, T. (1973). “Nothing in Biology Makes Sense Excepts in the Light of Evolution”. American Biology Teacher. 35: 125-129.
Cambell, N.A & Reece, J.B. (2001). Essential Biology. (USA: Addison-Wesley Longman).
Oleh: Muhammad Arif