tebuireng.co- Muhammad Ali, mantan petinju dunia abad-20 yang namanya sudah harum sebagai boxer kelas berat. Ali yang lahir pada 17 Januari 1942 Louisville, Amerika Serikat, memiliki nama lahir Cassius Marcellus Clay, Jr. Diketahui, Ali dipastikan meninggal di usia 74 tahun, pada 3 Juni 2016 Arizona, Amerika Serikat. Dikarenakan penyakit Gangguan Pernapasan dan Parkinson yang sudah lama ia derita.
Ali adalah sosok juara muda, ayah yang baik, pekerja keras, dan teladan yang cerdas. Ali lahir dari keluarga ekonomi menengah ke bawah, ibunya hanya buruh cuci dan ayahnya sebagai pelukis papan billboard. Karirnya sebagai petinju, berawal dari dirinya yang berusia 12 tahun, ketika sedang kehilangan sepeda BMX, Ali kecil mengadu kepada seorang polisi muda. Joe Martin, sekaligus juga seorang petinju di Louisville, Martin mengajari tinju kepadanya, supaya Ali bisa menghajar pencuri sepeda itu sendiri. Dari hal inilah, namanya sebagai petinju dikenal oleh dunia. Juara golden medal diraihnya ketika usia 22 tahun, kemenangan yang bisa membawa kekayaannya di usia muda.
Lambut laun nama Muhammad Ali bukan hanya dikenal lantaran sebagai legenda tinju, melainkan Ali sebagai wajah Islam di bumi Amerika Serikat. Berita kontroversial darinya, yang berani secara lantang menyerukan dua kalimat syahadat di atas ring tinju, setelah pertandingannya melawan Liston tidak akan pernah dilupakan oleh para penggemarnya.
Petinju dari Louisville itu kemudian menjelma sebagai muslim yang berani dan sekaligus sosok yang rendah hati. Diketahui Muhammad Ali pernah menolak mengikuti wajib militer AS, dikarenakan keterlibatan Amerika Serikat dalam perang melawan Vietnam. Akibat tindakannya itu, Ali dijatuhi skors dan pencabutan gelar juaranya oleh Komisi tinju AS. Kemudian Ali hanya mengatakan: “saya tidak ada masalah dengan orang Vietnam, dan tidak satupun orang Vietnam yang menyebut saya dengan panggilan Nigger!” Nigger adalah sebutan orang kulit putih untuk orang kulit hitam.
Selain pemberani Ali merupakan sosok yang toleran. Jawaban yang membuat rakyat Inggris terkesan kepadanya adalah, ketika Ali diundang menjadi bintang tamu dalam Interview di Newcastle, United Kingdom, Inggris. Salah seorang penonton melontarkan pertanyaan: “mengapa Anda mengubah keyakinan menjadi muslim?”
Jawaban Ali begitu bijak, tanpa ada unsur merendahkan agama manapun Ali mengatakan: “saya dibesarkan sebagai seorang pembaptis, setelah saya keliling dunia, saya menemukan ada 600 juta muslim di dunia, dan memiliki keyakinan yang taat. Ibarat saya menuliskan danau, ombak, laut, mereka memiliki nama yang berbeda-beda namun tetap isinya adalah air. Sama seperti agama, yang memiliki nama yang berbeda-beda namun isinya tetap Tuhan dan kebenaran. Hanya diungkapkan dengan cara dan waktu yang berbeda, tapi agama itu akan baik jika pengikutnya menaati dengan benar apa yang ada dalam agama itu. Saya memilih islam, sebab saya tidak pernah melihat kasih sayang yang begitu besar, sholat 5 waktu, semua wanitanya menutup aurat, dan semuanya adalah saudara. Saya memilih islam sebab itu berkaitan dengan saya, saya sebagai Kristen Amerika yang tidak bisa masuk gereja orang kulit putih. Bagi orang Kristen, itu mungkin bagus bagi mereka namun tidak bagus bagi saya, Hitam selalu dianggap buruk di Barat. Jadi kemudian saya merasa baik ketika saya di Saudi Arabia. Saya bisa duduk bersama Presiden Khadafi, sebab saya orang muslim, ketika saya kristen, saya tidak pernah bisa duduk dengan pemuka agama Kristen. Ketika muslim saya bisa duduk dengan Saddam Husein, Presiden NASA, dengan Syaid Khan sebelum wafat, dan seorang Raja dari Abu Dhabi, mereka menyambut saya sebagai seorang saudara, inilah alasan saya memilih menjadi muslim”
Muhammad Ali menjadi gambaran citra muslim di publik Amerika. Ia menjadi sosok muslim yang taat dan selalu memiliki cara unik untuk menghindari ma’siat, dimana dia selalu membawa korek api kemanapun dia pergi. Ali mengatakan “saya tidak merokok, tetapi korek api dalam kantong saya, akan selalu saya bawa untuk menjaga dari perbuatan maksiat, setiap hati saya tergerak untuk melakukan maksiat, saya membakar satu batang, dan merasakan panasnya di telapak tangan saya, dalam hati saya mengatakan, panasnya api neraka pasti lebih dahsyat daripada api korek ini”
Muhammad Ali, petinju dunia legendaris itu memberikan banyak inspirasi dan pelajaran bagi kita semua untuk bisa mensyukuri banyak hal. Segala perjuangangannya mendapatkan hak-hak seluruh orang kulit hitam, begitu menonjol. Disayangi, dihormati oleh seluruh jagat Inggris dan Amerika merupakan hidayah yang Allah berikan dengan langsung mengangkat derajatnya.
Baca juga: Malcolm X: Tokoh Pejuang Hak Asasi Manusia