tebuireng.co – Metaverse mengacu pada realitas virtual yang ada di luar realitas. Ini adalah kata majemuk dari “meta”, yang berarti transendensi dan virtualitas, dan “semesta”, yang berarti dunia dan alam semesta. Metaverse adalah awal baru untuk menciptakan sesuatu yang baru, seperti hari-hari awal Internet. Namun, apakah metaverse ini cocok apabila diaplikasikan ke dunia pendidikan?
Pada 29 Oktober 2021 lalu, dunia (khususnya netizen) digemparkan dengan pernyataan dari bos Facebook, yakni Mark Zuckerberg mengubah nama Facebook menjadi Meta. Hal ini dilakukannya karena bergeser menjadi perusahaan yang berfokus pada metaverse. Sebab, perusahaannya memiliki visi masa depan menjadi perusahaan metaverse. Namun, ternyata konsep metaverse sendiri pertama kali muncul pada tahun 1992, tepatnya dalam novel Snow Crash karya Neal Stephenson. Dalam novel ini, Stephenson mendefinisikan metaverse sebagai lingkungan virtual yang besar. Tak hanya di karya novel, metaverse juga pernah dikenalkan melalui film yang berujul Ready Player One yang rilis di Indonesia pada 28 Maret 2018, yang disutradari oleh sutradara ternama asal Amerika Serikat, yakni Steven Spielberg.
Setelah konsep metaverse bermunculan, berbagai perusaahan raksasa berlomba-lomba untuk melakukan berbagai upaya dan penelitian untuk membuat metaverse menjadi kenyataan. Beberapa diantaranya adalah Facebook, Tencent, Metaverse, Nvidia, dan lainnya. Metaverse mengacu pada dunia bersama virtual 3D, di mana semua aktivitas dapat dilakukan dengan bantuan layanan augmented (AR) dan virtual reality (VR).
Bisakah Metaverse Masuk ke Dunia Pendidikan?
Dalam roadmap metaverse The Acceleration Studies Foundation (ASF), disajikan 2 sumbu untuk menjelaskan jenis-jenis metaverse, salah satunya adalah augmentasi versus simulasi, dan yang lainnya adalah ‘intim versus eksternal’. Singkatnya, teknologi augmented dan simulasi dapat dibagi menurut apakah informasi tersebut akan diimplementasikan dalam realitas fisik atau realitas virtual.
Metaverse apabila diaplikasikan dalam dunia pendidikan, dapat muncul kemungkinan untuk pengalaman belajar yang formal dan informal yang baru dengan konsep 3D online. Tentunya didukung dengan alat-alat penunjang metaverse. Penerapan metaverse di dunia pendidikan akan mampu untuk menembus batas koneksi sosial antara individu dan menjadi pengalaman pendidikan yang istimewa. Apabila metaverse diterapkan dalam dunia pendidikan, sebenarnya sama efektifnya dengan pertemuan di dunia nyata. Selain itu, penerapan ini dapat menjadi faktor demokratisasi dalam pendidikan, yang memungkinkan partisipasi di seluruh dunia secara setara, tidak terikat lagi oleh batasan geografis (Girvan, 2018).
Apakah Indonesia Siap Menerapkan Metaverse sebagai Penunjang Pendidikan?
Ada banyak persiapan untuk menuju ke era pendidikan dengan sistem metaverse. Seperti dari segi ketersediaan software dan hardware, serta alat pendukung lainnya. Dari segi software (perangkat lunak), sudah banyak mutakhir dalam mengolah obyek 3D, seperti Unity dan Unreal Engine. Untuk segi hardware (perangkat keras), akan membutuhkan alat seperti perangkat virtual reality (VR) dan sudah banyak perusahaan yang mengembankan dan memproduksinya. Namun perlu diketahui, metaverse bergantung dengan teknologi 5G. Seperti yang disampaikan perusahaan teknologi Qualcomm, metaverse baru bisa lancar digunakan dalam kecepatan 200 Mbps, sedangkan batas kecepatan teknologi 5G sebesar 20 Gbps.
Di Indonesia sendiri, penyebaran teknolgi belum merata hingga ke pelosok negeri. Bahkan menurut data Kemenkominfo, berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJI1), jumlah pengguna internet di Indonesia pada Juli 2018 sebanyak 143,26 juta atau sekira 55% dari populasi. Artinya, masih terdapat 45% sisanya yakni sekira 117 juta masyarakat yang masih belum tersentuh internet. Sehingga, apabila ingin menerapkan metaverse dalam dunia pendidikan, perlu menyiapkan pemerataan jaringan internetnya juga agar penerapan pendidikan di metaverse ini berjalan dengan lancar. Selain itu, perlu mempertimbangkan juga dari segi kemanan data pribadi pengguna. Jangan sampai ada data pribadi pengguna yang bocor. Dikutip dari CNN Indonesia, perusaahan sebesar Facebook pun memiliki masalah dalam keamanan data penggunanya, yakni sebanyak 530 juta data penggunanya yang bocor.
Oleh: Ikhsan Nur Ramadhan, mahasiswa TI Universitas Hasyim Asy’ari.
Rujukan:
Yose Indarta, dkk. (2022). Metaverse: Tantangan dan Peluang dalam Pendidikan. Jurnal Basicedu.
Iswanto, dkk. (2022). Pemanfaatan Metaverse Di Bidang Pendidikan. Tematik: Jurnal Teknologi Informasi Komunikasi.
Yoursay.Suara.com. (2021, 1 Juli). 5 Fakta Jaringan 5G, Kecepatan Internet Mencapai 20 Gbps!. Diakses pada 5 Oktober 2022, dari https://yoursay.suara.com/kolom/2021/07/01/170500/5-fakta-jaringan-5g-kecepatan-internet-mencapai-20-gbps
Kominfo.go.id. (2018, 20 Juli). Belum Tersentuh Meski Tak Terpencil. Diakses pada 5 Oktober 2022, dari https://www.kominfo.go.id/content/detail/13518/belum-tersentuh-meski-tak-terpencil/0/sorotan_media
Terima kasih atas informasinya, sangat membantu para masyarakat kedepannya terutama dalam bidang teknologi. Perlahan, Indonesia mulai mengimplementasi teknologi yang canggih semacam Virtual Reality, Augmented Reality, bahkan Metaverse. Virtual Reality Indonesia pun sekarang semakin banyak dan berkembang pesat.