Lonjakan Syukur kepada Allah SWT
Ada permasalahan penting, apabila kenikmatan terus ditambah, apakah rasa syukur juga terus ditambah?
Ya, rasa syukur juga terus harus ditambah dari seorang hamba. Semakin ditambah kenikmatannya, maka semakin kuat keharusannya untuk bersyukur kepada Allah SWT.
Timbal Balik atas Kenikmatan
Bersyukur kepada Allah SWT bukanlah termasuk dari timbal balik atas suatu kenikmatan. Karena membalas kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah SWT adalah perkara yang tidak mungkin. Sesuatu apapun tidaklah dibutuhkan oleh Allah dari hambaNya, sebagaimana firmanNya:
(لن ينال الله لحومها ولا دمائها)
“Daging-daging dan darah yang mereka kurbankan tidak akan sampai kepada Allah SWT.” (QS. Al-Hajj: 37)
Telah diriwayatkan bahwa Nabi Dawud as berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana hamba bersyukur padaMu, padahal syukurku kepadaMu sendiri adalah suatu bentuk kenikmatan dariMu atasku.” Maka Allah SWT berfirman, “Sekarang kau bersyukur kepadaKu wahai Daud.”
Maksudnya, kamu telah betul-betul bersyukur tatkala kamu telah mendaku ceroboh untuk berlaku syukur atas Pemberi nikmat.
Imam As-Syafi’i berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak membutuhkan rasa syukur atas nikmat-nikmat yang telah Ia berikan kecuali dengan membalas nikmat baru yang mengharuskan untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat itu.”
Segala puji bagi Allah yang tidak membebani kita untuk mengembalikan (memberikan balasan) nikmat yang telah diberikan kepada kita. Akan tetapi memberi kita ampunan, mengasihani kekurangan kita, dan Ia SWT mengaruniakan kita kenikmatan yang sempurna lagi banyak, serta menerima syukur kita yang sedikit. Sulaiman At-Taimi berkata, “Sesungguhnya Allah SWT memberi nikmat kepada para hambaNya dengan kekuasaanNya, dan megharuskan mereka untuk mensyukuri berdasarkan kemampuan masing-masing hambaNya.”
Kitab : As-Syukru
Pengarang : Muhammad Shaleh Al-Munjad
Penerbit : Majmuah Zad lin-Nasyr
Tahun : 2009
Hal : 25 – 26
Pemateri : Dr. Fathur Rohman, M.Pd.I
Penerjemah : Wildan Ulumul Fahmi & Yeyen Nur Fian