Menyambut lebaran Idul Fitri dengan tradisi Meugang di Aceh adalah salah satu tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu.
Tradisi dalam menyambut lebaran di berbagai wilayah menjadi hal yang lumrah. Luasnya wilayah di Indonesia menjadi salah satu alasan padatnya adat serta budaya yang ada di dalamnya.
Salah satu wilayah yang memiliki tradisi unik dalam menyambut lebaran adalah Aceh. Salah satu wilayah di ujung utara pulau Sumatra dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia ini memiliki tradisi Meugang yang dilaksanakan menjelang lebaran.
Meugang merupakan sebuah tradisi memasak daging untuk dibagikan kepada orang yang membutuhkan dan untuk disantap bersama keluarga. Daging yang digunakan bisa berasal dari hewan sapi, kerbau, atau kambing.
Selain dilaksanakan dalam menyambut lebaran, baik lebaran Idul Fitri maupun Idul Adha, tradisi ini juga biasa dilaksanakan ketika hendak menjelang Ramadan.
Menurut masyarakat setempat, tradisi ini sudah ada sejak zaman kerajaan, yakni pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Dahulu, Sultan Iskandar Muda biasa memerintahkan para petinggi istana untuk membagikan daging kepada rakyat, utamanya fakir, miskin, dan orang yang membutuhkan.
Tradisi ini pun kemudian terus diwariskan kepada kepemimpinan kerajaan selanjutnya secara turun-temurun dan bahkan masih tetap terlaksana sampai sekarang. Hingga saat ini, Meugang menjadi bagian penting dari masyarakat Aceh.
Pada umumnya, tradisi ini bertujuan untuk membagikan atau menyedekahkan rezeki yang mereka punya berupa daging yang telah diolah agar orang lain, utamanya fakir miskin juga bisa merasakan kebahagiaan ketika lebaran.
Menurut Marzuki, dalam penelitiannya, ia menyebutkan bahwa Meugang merupakan salah satu wujud dari tafsir agama yang diamalkan dalam bentuk budaya masyarakat Aceh.
Sebagian masyarakat Aceh bahkan meyakini bahwa Meugang merupakan bagian dari agama yang tidak boleh ditinggalkan meski sebagian yang lain tetap menganut keyakinan bahwa Meugang hanyalah adat istiadat yang boleh dilaksanakan dan boleh tidak.
Marzuki Menjelaskan, salah satu alasan mengapa Meugang dikatakan sebagai sebuah tafsir agama karena hal tersebut terlihat oleh hal-hal yang melatarbelakangi diadakannya tradisi Meugang dalam masyarakat Aceh.
Selain Meugang dilaksanakan ketika menjelang Ramadan, hari raya Idul Fitri, dan Idul Adha. Meugang juga dilaksanakan sebagai momentum untuk bersedekah yang mana bersedekah merupakan salah satu perkara yang dianjurkan dalam Islam.
Sebagian besar masyarakat melakukan Meugang hanya dengan memakan daging bersama keluarga dan sanak saudaranya sendiri. Meski ada sebagian lainnya yang kerap kali mengundang anak yatim untuk makan bersama di rumahnya. Demikian tradisi unik dalam menyambut lebaran yang dilaksanakan oleh masyarakat Aceh.
Wallahua’lam bisshowab.
Baca Juga: Dua Ulama Pejuang Aswaja dari Sumatra