tebuireng.co – Menolak Insecure dengan bersyukur adalah cara terbaik seorang Muslim menjalankan hidup. Manfaat bersyukur banyak diajarkan oleh ulama berdasarkan ketentuan Al-Qur’an dan hadis.
Manusia dilahirkan dengan berbagai potensi yang terus mengalir. Namun, hal tersebut tidak dapat diaktualisasikan ketika seseorang mengalami kemunduran kepercayaan diri atau yang biasa dikenal dengan insecurity.
Istilah insecure ini sempat menjadi trending topik di kalangan pengguna sosial media, terutama kaum muda. Hal tersebut terjadi seiring dengan perkembangan sosial media yang tidak dapat dimungkiri oleh generasi milenial.
Rentetan kemajuan tersebut, membuat seseorang dengan mudah membagikan momen-momen bahagia atau kesuksesannya kepada publik. Tanpa disadari, hal itu ternyata mampu berdampak pada kesehatan mental pengguna lainnya.
Di mana seseorang kemudian membading-bandingkan dirinya dengan keberhasilan orang lain. Tentu saja yang bisa mengatasi dan mengontrol kondisi itu adalah manusianya sendiri, terlebih ketika mengalami perasaan insecurity tersebut.
Sebaiknya, perasaan insecure tersebut segera diatasi. Menanggapi hal itu, kita sebagai generasi muslim memiliki Al-Quran yang menjadi pedoman yang sungguh menguatkan pribadi kita sebagai manusia. Salah satunya dapat dilihat pada ayat 139 surat Ali Imron.
وَلَا تَهِنُوْا وَ لَا تَحْزَنُوْا وَاَ نْتُمُ الْاَ عْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (Ali Imran: 139)
Adapun cara untuk menolak rasa insecure tersebut bisa dilakukan dengan ma’rifatun-nafsi, khusnudzon, dan bersyukur.
1. Ma’rifatun Nafsi
Teradapat berbagai ungkapan yang menyatakan bahwa barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhannya. Hal ini dapat disejajarkan dengan konsep diri atau self concept, yakni terkait bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri.
Maka, ketika seseorang merasa insecure, ia secara tidak sadar telah merendahkan dirinya sendiri dengan tidak mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepadanya.
2. Khusnudzon
Memiliki pikiran yang selalu positif dan tidak berperasangka buruk tentu akan menjadi pengobat hati tersendiri bagi seorang manusia. Pandangan yang selalu positif ini akan senantiasa memberikan harapan dan semangat untuk menuju kesuksesan serta kebahagiaan.
Selain itu, khusnudzon harus dibarengi dengan keyakinan dan tindakan. Sebagaimana kalimat yang terus beriringan dalam Al-Qur’an, yaitu iman dan amal, yang tidak lain merupakan penegasan dari harus adanya keyakinan dan tindakan tersebut.
3. Bersyukur
Bersyukur di sini lebih kepada meyakini bahwa segala sesuatu yang ditakdirkan untuknya merupakan yang terbaik baginya. Oleh karena itu, sudah seyogyanya manusia senantiasa merasa bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan.
Apalagi, setiap manusia memiliki prosesnya masing-masing yang berbeda.
Selalu ingatlah bahwa Allah akan melipatgandakan nikmatnya ketika kita bersyukur.
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
Oleh: Dinna