• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Menjual Agama Demi Kepentingan Ekonomi

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2022-01-23
in Akidah, Kebangsaan, Pesantren, Tebuireng
0
Menjual Agama Demi Kepentingan Ekonomi

Menjual agama demi kepentingan ekonomi sudah ada sejak dulu (ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co – Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menjelaskan jika sejak dahulu sudah banyak orang-orang yang menjual agama demi kepentingan ekonomi. Orang saleh meluruskan tujuan ini dengan membuat garis besar “menyembah Allah”.

“Dulu kurban itu dipakai ajang tokoh-tokoh Quraisy untuk mendapatkan daging yang bagus diatasnamakan ka’bah. Sejak dulu agama ini dijual,” jelasnya seperti dikutip dari akun youtube RZM Barokah Cannel, Ahad (23/1/22).

Menurut Gus Baha, sejak dulu agama memiliki prospek yang cerah dalam mendatangkan keuntungan ekonomi. Agama itu bisa menyedot wisata religi, seperti ka’bah yang bisa menarik banyak pengunjung.

Oleh karena itu pula, saat itu gerakan membuat gerakan ka’bah tandingan, perhitungannya juga ekonomi. Ketika Abrahah mau buat ka’bah tandingan perhitungannya juga ekonomi.

Pembesar Yahudi tidak mau iman ke Nabi Muhammad salah satu yang melatarbelakanginya yaitu takut kehilangan pengikut. Ketika tidak memiliki pengikut, secara otomatis penghasilan berkurang.

“Kalau ikut Muhammad, saya anak buah, yang kasih saya siapa. Itu pikiran tikoh Yahudi saat itu. Jadi perhitungannya juga ekonomi,” tegas Gus Baha.

Dikatakan, manusia akan ribet juga kepentingan ekonomi yang didahulukan. Islami datang kan bukan untuk itu tapi memaklumi itu. Inilah hebatnya Nabi Ibrahim ketika berdoa agar keluarganya dicukupi ekonominya agar bisa menyembah Allah dengan tenang. Menyembah Allah tujuan utama.

Demi salat menjaga ekonomi, jangan demi ekonomi meninggalkan salat. Pemikiran inilah yang bagus menurut Islam karena berorientasi menuju Allah.

“Menurut Islam, kita ini ingin anak-anak kami bersujud kepada Allah dan melakukan salat, tapi mereka itu manusia yang ketahanan hidupnya butuh makan. Tolong ekonominya dijaga ya Allah,” katanya menirukan doa Nabi Ibrahim.

Baca Juga: Sufi Makhluk Ekonomi

Hal yang serupa menurut Gus Baha juga terjadi dalam politik. Dulu orang saleh terjun ke politik seperti Kiai Hasyim Asy’ari dan Kiai Ahmad Dahlan untuk menjaga agar menyembah Allah tidak asing dan dilarang.

Andaikan tidak ada orang Islam yang cakap politik terutama yang saleh maka aturan akan dibuat oleh orang yang tidak menghormati salat. Bisa jadi salat dan pengajian dianggap larangan.

Umumnya negara dikelola tergantung yang menjabat. Jika yang menjabat anti salat maka peraturan akan dibuat tidak jauh dari itu. Maksiat dianggap tidak ilegal dan salat dan pengajian malah dianggap ilegal.

“Dari dulu, kiai-kiai itu ya berpolitik, karena tidak ingin negara ini diatur oleh orang yang anti salat. Mulai sebelum kemerdekaan hingga merdeka,” ungkap tokoh asal Rembang ini.

Gus Baha menegaskan, bila kemudian dalam politik ada oknum-oknum dari umat Islam yang melenceng dengan menjual agama demi kepentingan ekonomi maka itu keluar dari tujuan utamanya.

Tujuan besar yaitu menjaga Hak Asasi Manusia (HAM) seperti hak beragama, hak belajar dan beribadah. Tidak bisa dibayangkan bagaimana Indonesia seperti Korea Utara yang kebebasan dibatasi.

Namun, uniknya dulu tidak ada benturan antara tokoh Islam seperti KH Muhammad Hasyim Asy’ari dan Kiai Ahmad Dahlan. Cara dakwahnya berbeda karena menyesuaikan lokasi dakwah. Model politik juga sedikit beda, tapi dulu tidak ada masalah. Yang mempermasalahkan itu tidak tahu masalahnya.

“Berkahnya orang salih berpolitik maka negara ini berkonstitusi secara islami meskipun tidak negara Islam. Kita lunak pada orang yang bermaksiat itu karena ingin mereka kembali baik, bukan membenarkan maksiatnya,” tandas Gus Baha

Tags: EkonomiGus BahaGus Baha'KH. M. Hasyim Asy’ariManusia EkonomiMenjual AgamaNahdlatul UlamaSantri
Previous Post

Gus Mus Melakukan Silaturahim Ke Aqobah, Ini Pesannya

Next Post

Tere Liye, Buku Bajakan Hingga Kritik Pemerintah

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Tere Liye, Buku Bajakan Hingga Kritik Pemerintah

Tere Liye, Buku Bajakan Hingga Kritik Pemerintah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Kesunahan saat Meminum Air Zamzam menurut Sayyid Abu Bakar Syatha
  • Keutamaan Air Zamzam, Benarkah Bisa Menjadi Sebab Terkabulnya Doa?
  • 7 Kesunahan dalam Ibadah Haji
  • Pengertian Mahram dan Macam-macamnya
  • Buka Sidang PUIC ke-19, Prabowo Ungkap Kepemimpinan Tokoh Islam sebagai Teladan

Komentar Terbaru

  • Universitas Islam Sultan Agung pada Perluas Dakwah NU, LD PBNU Kirim 34 Dai ke 8 Negara dan 8 Provinsi di Indonesia
  • Visit Website pada Sikap Buya Arrazy Hasyim Terkait Pengeras Suara
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Ijazah Pelancar Rezeki dari Gus Baha
  • IT Telkom pada Ingin Anak Hebat? Ini Cara Tirakatnya
  • Sutrisno pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng