tebuireng.co – Mengubah insecure menjadi bersyukur adalah salah satu cara untuk mencapai ketenangan jiwa. Terutama pada kaum muda. Namun, bagaimanakah sudut pandang Islam untuk mengubah insecure menjadi bersyukur?
Sudah tak asing lagi mendengar kata insecure dari kalangan manapun, yang nantinya akan berujung dengan mengeluh dan tak pernah bersyukur. Hal ini banyak terjadi karena mereka merasa bahwa dirinya tidak seperti orang lain yang jauh lebih baik dari pada mereka. Padahal setiap individu jelas memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Terkadang seseorang berfikir bahwa dia harus berada di paling atas agar dia selalu dipuji dan disanjung. Padahal nyatanya di atas langit masih ada langit. Dalam artian tanpa ia sadari bahwa di luar sana masih banyak orang yang jauh lebih mampu darinya.
Haruskah menjadi seperti mereka yang dapat menggapai langit? Dan haruskah bersaing agar selalu berada diatas langit? Telah dijelaskan di dalam kitab Bulughul Marom, bab adab, yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh r.a. :
عنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: انْظُرُوا إِلَى مَنْهو أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.متفق عليه
Artinya: “Pandanglah orang yang (keadaannya) di bawahmu dan janganlah engkau pandang orang yang (keadaannya) di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu lebih gampang untuk tidak meremehkan nikmat yang Allah berikan padamu”. Hadis Muttafaq alaih.
Hadis ini masih bersifat umum. Maksud dari hadis ini adalah memberi petunjuk bagi orang yang masih belum bersyukur. Maksud dari pandanglah orang yang ada di bawah adalah dalam urusan harta dan dunia. Sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Subulus Salam, bahwa ketika kita melihat orang yang diuji dengan beberapa penyakit, maka kita akan berfikir bahwa ada hal yang jauh lebih penting dari pada segalanya, yaitu nikmat sehat yang merupakan pokok dari segala nikmat. Kemudian ketika kita melihat orang yang diuji dengan kondisi fisik yang tidak sempurna, maka kita akan berfikir bahwa ada hal yang lebih penting, yaitu selamat dari gangguan-gangguan itu yang dapat membuat kita sengsara. Dan jika kita melihat orang yang sangat miskin dan terlilit hutang, dari hal itu kita tahu bagaimana agar kita terbebas dari kedua hal tersebut dan kita sadar dengan semua nikmat yang Allah berikan kepada kita. Jika kita menyadari nikmat Allah yang begitu luas dan tanpa melihat orang lain, maka kita tidak akan ada kata insecure dalam hidup dan kita akan senantiasa bersyukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya yang mungkin kita anggap remeh tapi sebenarnya sangat berharga.
Kemudian ada kalanya kita melihat ke atas, yakni orang yang senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepadanya dan orang yang senantiasa bertaubat, lantaran hanya senang terhadap nikmat Allah. Namun, masih belum bisa mensyukurinya. Selain itu, kita juga harus melihat ke atas perihal urusan ilmu dan agama. Dalam hal ini kita dapat menjadikan orang-orang yang ahli agama sebagai panutan agar kita tidak terjerumus dalam kelalaian dan kebodohan. Kita juga tak perlu insecure karena kita masih belum tahu atau merasa bersaing karena kita lebih tahu.
Dapat kita simpulkan, bahwa tanpa kita sadari banyak nikmat Allah yang telah kita anggap remeh padahal sangat berharga. Tak perlu melihat orang lain, lihat apa yang kurang dalam diri kita, sehingga mengingatkan kita untuk selalu bersyukur. Hilangkan insecure dan mari tingkatkan syukur.
Oleh: Yusi Nurlaili Khabibah
Baca Juga: Cara Menyikapi Nikmat Allah