Tradisi buka luwur merupakan upacara penggantian luwur atau kain mori yang digunakan membungkus nisan, cungkup, dan bangunan di sekitar makam Sunan Kudus. Tradisi tersebut dilaksanakan setiap tanggal 10 Asyuro dan menjadi suatu tradisiĀ keagamaan yang tetap terjaga dan terus dilestarikan secara turun temurun dari setiap generasi untuk menghormati Sunan Kudus sebagai leluhur.
Para ulama disana sengaja tidak menyebut tradisi ini dengan sebutan haul karena dikhawatirkan akan muncul kesalahpemahaman di tengah masyarakat bahwa Sunan Kudus wafat pada tanggal 10 Muharram.
Rangkaian acara dalam tradisi ini dimulai sejak tanggal 1 Muharram hingga 10 Muharram sebagai puncak acara. Acara pertama adalah pengajian malam 1 Muharram yang biasanya dilaksanakan di serambi Masjid Al-Alqsha Menara Kudus. Acara ini dimulai pada jam 20.00 selama kurang lebih dua jam.
Kemudian dilanjut dengan acara pelepasan luwur pasarean di hari tanggal 1 Muharram. Acara ini dimulai dari jam 06.00 dengan pembacaan tahlil dan do’a bersama. Selanjutnya Luwur yang telah dilepas dari nisan dibawa ke Pendopo Tajug untuk dirapikan dan disimpan.
Pada tanggal 2 Muharram terdapat acara Munadharah Masail Diniyyah. Acara ini merupakan forum berkumpulnya para alim atau orang yang memiliki pengetahuan ilmu fiqih untuk membahas masalah-masalah yang muncul di kalangan masyarakat yang belum ada hukum dan dalilnya. Acara tersebut menjadi salah satu acara penting untuk mengenang jasa dan teladan Sunan Kudus dalam penyebaran agama Islam.
Acara selanjutnya dari rangkaian tradisi buka luwur adalah Doa Rasul dan Terbang Papat. Acara tersebut biasa dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram. Terbang papat merupakan salah satu kesenian khas Kudus yang hingga kini masih dimainkan oleh masyarakat. Dimulai pada jam 20.00 di serambi masjid Al-Aqsha Menara Kudus dan pada waktu yang sama tokoh masyarakat juga menggelar doa rasul yang bertempat di rumah Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus.
Pada tanggal 9 Muharram juga dilaksanakan khotmil Quran sebanyak 9 kali yang dibacakan secara bil ghoib oleh para hafidz Al-Quran. Dalam momen ini, setiap pahalanya diniati untuk dihaturkan kepada raden kanjeng Sunan Kudus.
Pada tanggal yang sama juga terdapat acara santunan anak yatim yang biasa dilaksanakan di gedung Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus. Santunan tersebut berasal dari sedekah masyarakat yang dialokasikan untuk dibagikan kepada anak yatim berupa uang, tas sekolah, dan lain-lain.
Pada tanggal 10 Muharram terdapat acara pembacaan qasidah Al-Barzanji serta pembagian bubur Asyuro. Kemudian dilanjut pada malam tanggal 10 Muharram terdapat acara pengajian umum yang dinamakan pengajian 10 sura. Pengajian tersebut biasanya dihadiri oleh masyarakat dari berbagai daerah di Kudus dan sekitarnya.
Pada tanggal 10 Muharram juga terdapat acara pembagian berkat salinan. Sebuah momen dimana panitia menyediakan berkat salinan untuk dibagikan pada warga sekitar menara serta para pengunjung yang datang.
Dalam tradisi buka luwur juga terdapat acara pembagian berkat umum yang mana hal tersebut menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh para masyarakat. Pembagian berkat umum merupakan pembagian nasi yang dibungkus dengan daun jati yang didalamnya diberikan lauk potongan daging kerbau. Masyarakat disana biasa menyebut nasi tersebut dengan istilah nasi jangkrik.
Pada tanggal 10 Muharram sekita jam 07.00 terdapat upacara pemasangan luwur baru, merupakan acara puncak dalam tradisi buka luwur. Acara tersebut dilaksanakan di halaman Pendopo Tajug yang dihadiri para kiai dan tokoh ulama kota Kudus.
Setiap acara yang dilaksanakan dalam memeriahkan tradisi buka luwur akan dikoordinasi langsung oleh Yayasan Masjid Sunan Kudus. Menurut masyarakat setempat, ikut serta dalam setiap rangkaian acara buka luwur adalah sebuah kesempatan untuk bisa mendapatkan banyak keberkahan.
Demikian penjelasan mengenai tradisi buka luwur yang dilaksanakan masyarakat kudus setiap tahun pada hari Asyuro.
Penulis: Thowiroh
Editor: Zainuddin Sugendal
Baca juga: Mengenal Tradisi Masyarakat Indonesia di Bulan Muharram