Nafsu merupakan salah satu bagian yang ada dalam diri manusia yang memiliki tingkatan.
Secara garis besar, setiap manusia memiliki dua sisi yakni sisi jasmani dan rohani. Sisi jasmani adalah segala yang berbentuk fisik, bisa diraba dan dilihat oleh mata. Sedangkan sisi rohani adalah kebalikannya.
Dalam islam, rohani manusia terdiri dari empat unsur yaitu akal, hati, nafsu dan roh. Keempat unsur tersebut berada dalam diri manusia, namun tidak bisa dilihat oleh mata.
Nafsu merupakan bagian dalam diri manusia yang biasa disebut sebagai jiwa. Nafsu ini terbagi menjadi tiga tingkatan. Yang pertama adalah nafsu ammarah, yakni jiwa yang umumnya mengajak manusia pada hal negatif dengan motif memenuhi hasrat dan keinginan tanpa melihat dan mempertimbangkan koridor hukum yang berlaku.
Para ulama mendefinisikan nafsu ammarah sebagai jiwa yang tersesat. Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur an
وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
“Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Yusuf : 53)
Kedua adalah nafsu lawwamah. Tingkatan ini adalah jiwa yang penuh penyesalan dan kecaman terhadap keburukan atau kejahatan yang dilakukan. Nafsu lawwamah adalah tingkatan tengah-tengah antara baik dan buruk. Jiwanya mulai menyadari akan perbuatan yang baik dan buruk. Dengan nafsu ini terkadang manusia masih melakukan keburukan namun disertai dengan kesadaran akan konsekuensi yang didapat dari norma dan aturan Tuhan yang berlaku.
Itulah mengapa ia disebut sebagai nafsu yang menyesal. Karena tidak bisa menahan diri dari perlakuan yang buruk. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur an
وَلَآ اُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ
“Dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri),” (QS. Al-Qiyamah: 2)
Ketiga adalah nafsu mutmainnah. nafsu inilah yang menjadikan jiwa manusia tenang dan tenteram karena dengannya manusia mampu menyadari dan mengikuti segala tuntunan kebaikan yang disyariatkan.
Nafsu mutmainnah ini digolongkan sebagai tingkatan nafsu yang diridhoi Allah. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur an surah Al-Fajr
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ . ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً . فَادْخُلِي فِي عِبَادِي . وَادْخُلِي جَنَّتِي
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama´ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku,” (QS. Al-Fajr 27 – 30).
Baca juga:Manusia Makhluk Apakah?