tebuireng.co- Lora Ismail Amin Kholil atau yang lebih akrab disapa Lora Ismail Al-Kholili merupakan ulama muda asal Bangkalan, Madura yang kini populer di kalangan masyarakat. Putra Almarhum KH Amin Kholil Yasin ini terkenal dengan dakwahnya yang ramah baik di dunia maya ataupun di dunia nyata.
Lahir di Bangkalan,17 November 1992 dan merupakan keturunan ke-lima dari Syaikhona Muhammad Kholil, sosok ulama masyhur dari kota Bangkalan, Madura.
Pengalamannya dalam menuntut ilmu dan menjadi santri dimulai dari Pondok Pesantren asuhan KH Taufiqul Hakim yakni Pondok Pesantren Darul Falah, Jepara Jawa Tengah. Kemudian Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang Jawa Tengah Asuhan KH Maimoen Zubair dan Pondok Pesantren Darul Mustafa, Tarim Hadramaut Yaman, asuhan Al-Habib Umar bin Hafidz.
Setelah menamatkan belajarnya di Pondok Pesantren Darul Mustafa, Ia kembali ke Indonesia untuk berdakwah dan mengurus santri disana menggantikan posisi abahnya almarhum KH Amin Yasin Kholil sebagai pengasuh Pondok Pesantren Al-Muhajirun As-Salafi Al-Kholili yang terletak di dusun Barat Gunung. Kecamatan, Geger. Kabupaten, Bangkalan, Madura.
Dalam kesibukannya mengurus santri, Lora Ismail berusaha memaksimalkan dakwahnya dengan mengisi ceramah ke berbagai pelosok daerah dan menjadi pemateri dalam berbagai acara seminar antar kota. Tak hanya itu ia juga memaksimalkan dakwahnya secara online dengan memanfaatkan media sosial.
Menurutnya, manusia yang sudah dibekali akal oleh Allah SWT harus berusaha menggerakkan pikirannya untuk berdakwah kepada manusia lainnya dengan berbagai metode yang ada. Salah satunya media sosial yang kini banyak diminati masyarakat dalam berbagai usia.
Lora Ismail aktif berdakwah di media sosial utamanya di akun instagram pribadinya untuk berbagi ilmu, pengalaman, motivasi bahkan tak jarang mengadakan siaran live bersama ulama muda lainnya untuk menjawab beberapa pertanyaan yang dikirim di media.
Tidak sampai disitu, ulama muda asal Madura ini juga menerbitkan karya sebagai salah media dalam dakwahhnya. Sebab sudah menjadi tradisi para ulama terdahulu dalam menyebarkan dan mengabadikan ilmunya dalam bentuk karya agar tidak mudah lupa bisa dibaca kapan saja. Dalam perjalanannya, tercatat sudah ada tiga buku karangan lora Ismail yang terbit dan nyaris tersebar di berbagai wilayah Indonesia.