tebuireng.co – Kiai Usman adalah pendiri Pesantren Nggedang, Jombang. Lokasinya berada sekitar dua kilometer kota Jombang. Beliau merupakan leluhur Hadratussyaikh KH M. Hasyim Asy’ari, tokoh pendiri Pesantren Tebuireng dan NU. Beliau juga masih memiliki hubungan kekerabatan dengan pendiri Pesantren Tambakberas. Menurut Akarkhanaf (nama pena dari putra Hadratussyaikh KH M. Hasyim Asy’ari), beliau merupakan seorang ulama yang sangat alim dan berpengaruh. Pondoknya sangat masyhur pada permulaan abad XIX di Jawa Timur. Santri-santri berasal dari berbagai daerah, termasuk dari luar Pulau Jawa.
Kiai Usman dalam kehidupan keluarganya kurang beruntung di masa awal. Setiap memiliki putra selalu tidak pernah berusia panjang. Beliau tidak pernah putus harapan sehingga Allah SWT memberinya kembali keturunan. Pada tahun 1268 Hijriah/1851 Masehi, Kiai Usman memiliki seorang putri dan diberinya nama Winih (yang berarti benih). Dalam perjalanan hidupnya nama putrinya dirubah menjadi Halimah.
Setelah kelahiran Winih, Kiai Usman kemudian dikaruniai beberapa keturunan kembali, yaitu; Muhammad, Leler, Fadhil, Nyai Arif. Halimah dinikahkan dengan santri beliau yang bernama Asy’ari. Seorang santri Pesantren Nggedang yang sangat menonojol, beliau selain cerdas juga memiliki akhlak yang mulia. Dalam banyak kesempatan seringkali mewakili andalan kiainya. Sosok Kiai Asy’ari berhasil menarik simpatik Kiai Usman dan keluarganya.
Bermula, saat Kiai Usman jatuh sakit, beliau merasa badannya panas, gelisah, tidak enak makan, dan tidur. Semakin hari keadaannya tidak makin membaik. Anggota keluarga dan para santrinya pun ikut khawatir terhadap Kiai Usman dan masa depan pesantren. Lebih-lebih, putra-putrinya masih kecil. Keluarga Kiai Usman kemudian menggelar rapat bersama dan memutuskan untuk pertunangan Halimah dengan Asy’ari, dan beliau menyetujuinya. Jika kelak terjadi suatu hal yang tidak diharapkan’ maut menjemput kiai Usman’ maka keberlangsungan pesantren Nggedang terus berjalan. Sosok KH Asy’ari diharapkan kelak menjadi penerus perjuangan Kiai Usman.
Pernikahan KH Asy’ari dan Nyai Halimah benar-benar diberkati Allah SWT. Setelah KH Asy’ari menikah dengan Nyai Halimah, kemudian melahirkan beberapa keturunan, yang menonjol adalah KH M. Hasyim Asy’ari, ulama ahli hadis. KH M. Hasyim Asy’ari lahir di kompleks Pesantren Nggedang. Selama lima tahun beliau hidup bersama kakek dan neneknya. Barulah setelah usia 6 tahun, oleh orangtuanya diajak pindah ke Desa Keras pada tahun 1876.
Leluhur Hadratussyaikh KH M. Hasyim Asy’ari ini wafat dan dimakamkan di Nggedang, Jombang. Lokasinya berdekatan dengan Pesantren Tambakberas sekitar 200 meter. Jejak peninggalan beliau yang saat ini dapat kita lihat adalah mushala didekat makam. Makamnya sering menjadi tempat berziarah bagi para santri dan masyarakat umum. Gus Dur merupakan salah satu keturunan beliau yang sering berziarah ke makam kiai Usman. Bahkan, Gus Dur juga memiliki perhatian lebih terhadap makam leluhurnya dan juru kuncinya. Sebagaimana dibuktikan, mantan Presiden RI ke-4 itu, dimana pada tahun 2001 beliau membangun lokasi sekitar makam supaya para peziarah lebih nyaman. Di komplek makam juga selain sudah dikeramik dilengkapi dengan parkir dan MCK.
Sumber: Diolah dari berbagai sumber, di antaranya:
- Buku berjudul, Hadratussyaikh KH M. Hasyim Asy’ari Bapak Umat Islam, Akarhanaf, Pustaka Tebuireng, Jombang, 2018.
- Abubakart Atjeh, Sejarah Hidup KH Abd. Wahid Hasyim, Pustaka Tebuireng, Jombang, 2015.