tebuireng.co – Mengatasi masalah anak jadi beban pikiran banyak orang tua. Nyai Farida Salahuddin memberikan saran melindungi anak dari berbagai masalah melalui komunikasi yang intens di tengah kesibukan orang tua.
Istri dari KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah ini menjelaskan bahwa dalam mengatasi masalah anak dan melindungi anak dari berbagai masalah harus ada didikan dalam rumah, baik penjagaaan dari segi fisik maupun pengajaran terkait ilmu pengetahuan.
Keduanya merupakan suatu kewajiban yang harus diterapkan oleh orang tua terlebih keluarga sebagai sekolah pertama bagi seorang anak. Oleh karena, orang tua harus pandai membagi waktu untuk tetap menjalani komunikasi intensif dalam keluarga.
“Salah satu diantara cara melindungi anak yaitu dengan komunikasi, dengan komunikasi juga bisa dijadikan solusi menghindari anak dari kejahatan,” jelasnya, Ahad (19/03/2023).
Tokoh Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) ini meminta agar orang tua pandai membangun komunikasi, mengakrab layaknya sahabat dengan mengajak berbicara, menanyakan permasalahan yang dialami, memberikan masukan, memberikan pengertian sebab dan akibat ketika melarang anak melakukan tersebut.
Dikatakannya, melindungi anak dari berbagai kejahatan maupun kekerasan merupakan suatu kewajiban bagi orang tua, apalagi diera yang cukup keras saat ini.
Hal tersebut terbukti dari data sejak tahun 2020 akan maraknya kasus kekerasan sebanyak 8.259 dan sekitar 1.433 melibatkan anak sebagai korban kejahatan seksual.
Di tahun 2022, berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) semakin melonjak, terdapat 11.266 kasus kekerasan terhadap perempuan dan 16.106 kasus kekerasan terhadap anak yang telah terjadi di Indonesia.
“Mari kita sebagai orang tua untuk menjaga komunikasi dan mendidik anak dengan benar,” imbuhnya.
Nyai Farida menambahkan, mengatasi masalah anak juga bisa disiapkan sejak dini dengan memberikan pendidikan budi pekerti sejak dini.
Setelah tauhid, pendidikan akhlak harus diajarkan kepada anak agar tidak terjadi degrasi moral pada anak. Sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi terkait penanaman norma-norma etika dan moral sebagai pembekalan terbaik untuk anak:
عن أَيُّوبَ بْنِ مُوسَى عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدًا خَيْرًا لَهُ مِنْ أَدَبٍ حَسَن
Artinya: “Dari Ayyub bin Musa, dari bapaknya, dari kakeknya, Rasulullah SAW bersabda; ‘Tiada pemberian orang tua terhadap anaknya yang lebih baik dari adab yang baik,” (HR At-Tirmidzi).
Selain itu juga terdapat dalam hadis riwayat Ibnu Majah, Rasulullah SAW memerintahkan kepada para orang tua untuk menanamkan etika dan moral sekaligus memulikan anak-anaknya karena mereka merupakan amanah dari allah SWT :
عن ابن عباس عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال أَكْرِمُوْا أَوْلَادَكُمْ وَأَحْسِنُوْا آدَابَهُمْ رواه ابن ماجه
Artinya: “Dari sahabat Abdullah bin Abbas ra, dari Rasulullah saw bersabda, ‘Muliakanlah anak-anakmu, perbaikilah adab mereka,’” (HR Ibnu Majah)
“Dahulu pada zaman Sekolah Rakyat (SR), ada pelajaran khusus untuk moralitas anak-anak, diajarkan adab, sopan santun, tawadhu dan berperilaku kepada orang yang lebih tua,” imbuhnya.
Nyai Farida, menceritakan di keluarganya menjalankan kegiatan komunikasi melalui kepandaian dalam memanage waktu, seperti halnya memilih waktu makan malam sehabis salat maghrib dan waktu ngaji untuk komunikasi dan sharing bersama anak-anak.
Dengan hal tersebut, Nyai Farida bisa mengatasi masalah anak, sehingga tidak mengganggu tumbuh kembang anak dan proses belajarnya.
Anak-anaknya dilatih untuk jujur dari sejak kecil sehingga jika ada keperluan, kebutuhan ataupun permasalahan anak-anak bisa dengan mudah terbuka (komunikasi) dengan orang tua.
Hal tersebut berlaku ketika hidup di Jakarta di tengah kesibukan nyata Gus Sholah dan Nyai Farida yaitu bekerja. Hidup di Jakarta banyak sekali kebutuhan sehingga perlu adanya kerja keras dalam memenuhi perekonomian rumah tangga.
“Hal ini tidak lantas menjadi alasan bagi kita untuk tidak mengayomi anak-anaknya,” ujarnya.
Nyai Farida, menjelaskan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi seperti tayangan televisi atau media sosial dengan adegan-adegan kurang pantas seperti membantah orang tua memberikan dampak pada anak.
Terkadang konten media sosial memberikan contoh bagaimana sikap berani kepada orang tua. Hal ini penurunan yang sangat perlu diperhatikan. Maka dari itu komunikasi merupakan salah satu solusi dalam mengawasi dan memberikan masukan positif untuk anak, tentunya melalui komunikasi yang baik.
“Sesibuk-sibuknya orang tua pasti ada waktu. Di sanalah kesempatan berkomunikasi dimaksimalkan,” tandasnya.
Oleh : Syofiatul Hasanah