tebuireng.co – Meneladani Dzulkarnain sebagai pemimpin adalah hal baik. Karena Iskandar Dzulkarnain merupakan salah satu sosok yang disebutkan dalam Al-Qur’an, tepatnya pada Surah Al-Kahfi.
Dia merupakan pemimpin 2/3 dunia pada masanya. Al-Qur’an menceritakan tentang dirinya untuk menggambarkan bagaimana mestinya seorang pemimpin bertindak.
Hal ini disampaikan oleh Dr KH A Mustain Syafi’ie (Kiai Tain) dalam acara “Seminar Ekonomi dan Peradaban Umat Perspektif KH M Hasyim Asy’ari dan Pelantikan Pengurus Wilayah (PW) I IKAPETE Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tanggal 16 Januari 2023. Acara ini dapat ditonton kembali di kanal Youtube Tebuireng Official.
Surah Al-Kahfi
Pakar tafsir Al-Qur’an tersebut mengungkapkan bahwa Surah Al-Kahfi merupakan surah favorit Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari.
“Hadratussyekh itu hobi sekali dengan Al-Kahfi. Bahkan, kata Gus Dur password makam hadratussyekh itu Al-Kahfi,” jelas Kiai Tain.
Surah Al-Kahfi mengangkat setidaknya 4 tokoh luar biasa, yakni Ashabul Kahfi (sekelompok pemuda yang ditidurkan selama 3 abad dalam gua), Nabi Musa, Nabi Khidr, dan yang terakhir adalah Iskandar Dzulkarnain.
“Dalam Surah Al-Kahfi, tokoh pejabat (pemimpin) diperankan oleh Iskandar Dzulkarnain,” ungkapnya.
Sebagai seorang pemimpin, beberapa tindak lampah Dzulkarnain ini dapat kita ambil pelajaran untuk menjadikan kita pribadi yang lebih baik lagi, khususnya dalam segi kepemimpinan. Berikut beberapa hal yang dapat kita teladani dari seorang Dzulkarnain sebagai seorang pemimpin.
Mengayomi Rakyat Sesuai Kemampuan
Menurut Kiai Tain, Dzulkarnain merupakan pemimpin yang sangat peduli pada rakyatnya, hingga dia dapat menemui rakyatnya sendiri, yang hari ini disebut dengan blusukan, bahkan pada rakyat yang sulit untuk ditemui sekalipun.
“Sebagai pemimpin, dia (Dzulkarnain) dapat hadir (blusukan) pada rakyatnya, bahkan rakyat yang لَّا يَكَادُوۡنَ يَفۡقَهُوۡنَ قَوۡلًا (rakyat yang hampir tidak memahami pembicaraan),” tutur ahli tafsir Pondok Pesantren Tebuireng tersebut.
Kemudian, ketika Dzulkarnain bertemu dengan rakyatnya ini (rakyat yang hampir tidak memahami pembicaraan), diceritakan orang-orang tersebut meminta satu permintaan kepadanya, sebagaimana yang tertera dalam ayat 94 Surah Al-Kahfi.
قَالُوا۟ يَٰذَا ٱلْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِى ٱلْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَىٰٓ أَن تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا
Artinya: Mereka berkata, “Wahai Dzulkarnain! Sungguh, Yakjuj dan Makjuj itu (makhluk yang) berbuat kerusakan di bumi, maka bolehkah kami membayarmu imbalan agar engkau membuatkan tembok penghalang antara kami dan mereka?”
Ayat ini mengatakan bahwa rakyat Dzulkarnain memohon padanya untuk dibangunkan tembok penghalang yang menjadi sekat antara mereka dengan Ya’juj dan Ma’juj, sedangkan biaya pembangunan tembok itu sendiri, mereka yang akan menanggungnya. Sebagaimana penjelasan Kiai Tain tentang ayat ini.
“Maksud mereka (rakyat Dzulkarnain) adalah meminta Dzulkarnain mengurus pembangunan tembok, sedangkan untuk biaya pembangunannya biar mereka yang urus”, jelasnya.
Namun, bukannya men-iyakan sesuai permintaan mereka, Dzulkarnain justru menawarkan hal yang lebih baik untuk rakyatnya. Dalam ayat 95:
قَالَ مَا مَكَّنِّىۡ فِيۡهِ رَبِّىۡ خَيۡرٌ فَاَعِيۡنُوۡنِىۡ بِقُوَّةٍ اَجۡعَلۡ بَيۡنَكُمۡ وَبَيۡنَهُمۡ رَدۡمًا
Artinya: Dia (Dzulkarnain) berkata, “Apa yang telah dianugerahkan Tuhan kepadaku lebih baik (daripada imbalanmu), maka bantulah aku dengan kekuatan, agar aku dapat membuatkan tembok penghalang yang kokoh antara kamu dan mereka”.
Dengan pemaknaan yang lebih sederhana, Dzulkarnain tidak menginginkan rakyatnya terbebani dengan biaya, Dzulkarnain sebagai seorang pemimpin hanya meminta jasa mereka untuk membangun tembok penghalang tersebut secara bersama-sama.
“Itu artinya seorang pemimpin yang hebat, yang mana di surah ini diperankan oleh Dzulkarnain, dapat melihat potensi rakyatnya dengan tepat. Orang desa (seperti dalam surah ini) tenaganya kuat tapi uangnya sedikit, maka dia ( Dzulkarnain) hanya meminta tenaga (jasa) mereka saja (untuk pembangunan tembok),” tambah Kiai Tain.
Oleh karena itu, tindakan Dzulkarnain ini dapat kita jadikan pelajaran bagaimana seorang pemimpin mengayomi rakyat.
Sepatutnya pemimpin itu dapat mengayomi rakyatnya sesuai kadar kemampuan mereka, tidak ada paksaan, justru menawarkan jalan keluar yang lebih baik untuk kemaslahatan khalayak umum, seperti yang dilakukan oleh Dzulkarnain tadi.
Memberikan yang Terbaik untuk Rakyat
Kiai Tain juga menambahkan pelajaran berharga yang dipetik dari kepemimpinan Dzulkarnain.
“Dalam ayat ini juga (ayat 94 Surah Al-Kahfi), yang diminta mereka (rakyat Dzulkarnain) pada Dzulkarnain adalah Sadda اَنۡ تَجۡعَلَ بَيۡنَـنَا وَبَيۡنَهُمۡ سَدًّا . Namun, Dzulkarnain malah mendirikan Rodmaa اَجۡعَلۡ بَيۡنَكُمۡ وَبَيۡنَهُمۡ رَدۡمًا,” ungkapnya.
Apa maksudnya? Pancing Kiai Tain
Meskipun Saddaa dan Rodmaa sama-sama bermakna tembok dalam kamus, tapi jika diteliti lebih lanjut maka kedua kata ini memiliki makna yang berbeda. Seperti apa yang dijelaskan Kiai Tain.
“Sadmaa dan Rodmaa di sini jangan diartikan dengan tembok yang sama begitu saja. Makna yang benar adalah, Sadmaa itu ‘tembok biasa حَاجِزًا’ sedangkan Rodmaa adalah ‘tembok yang lebih kokoh daripada Sadmaa حَاجِزًا حَصِينًا, pada intinya Rodmaa adalah tembok yang lebih baik daripada Sadmaa,” bebernya.
Melalui ayat ini, kata Kiai Tain dapat melihat bagaimana bijaksananya Dzulkarnain sebagai pemimpin. Ketika rakyatnya meminta suatu hal yang dibutuhkan (dalam ayat ini adalah Sadmaa [tembok biasa).
Namun, Dzulkarnain justru memberikan bantuan yang jauh lebih baik daripada apa yang mereka pinta (dalam ayat ini adalah Rodmaa, tembok yang lebih kokoh atau lebih bagus daripada Sadmaa).
Pemimpin harus meneladani Dzulkarnain sebagai pemimpin ketika ingin dicintai rakyatnya hingga akhir hayat.
“Jadi, kalo menjadi pejabat (pemimpin) itu seperti Dzulkarnain, diminta Sadda, tapi kucuran dana yang datang malah Rodmaa (bantuan yang datang lebih baik daripada apa yang rakyat minta). Namun, sayangnya rata-rata sekarang terbalik,” pungkas Ketua Dewan Masyayikh Tebuireng ini.
Oleh : Ach Syifa’ Qolby