Mencintai dan membela Nabi Muhammad ada banyak caranya. Salah satunya lewat mempelajari kepribadian Fatimah, putri Rasulullah yang menjaga garis keturunan dari Rasulullah.
Pada tahun 1890 di Iran ada seorang perempuan bernama Zainab Pasha yang memimpin gerakan melawan Shah Iran karena menandatangani perjanjian monopoli tembakau dengan Inggris. Saat itu Zainab Pasha menyerukan kepada para lelaki dengan tegas jika mereka tidak berani melawan kaum penjajah, maka pakailah kerudung dan pulang ke rumah. Biar kaum kaum perempuan yang menggantikan kalian untuk berjuang.
Seturut dengan perempuan Iran, Khosrokhavar (2007) menjelaskan gerakan perempuan Iran masuk dalam tiga kompenen gerakan sosial penting Iran. Bersanding dengan gerakan pemuda dan gerakan intelektual. Tiga elemen ini memiliki peran penting dalam modernisasi masyarakat Iran dan menjadi faktor pendorong Revolusi Islam.
Bangkitnya perempuan Iran ini tidak terlalu mengagetkan jika kita mempelajari kultur masyarakat Iran yang begitu mencintai Nabi Muhammad dan keluarganya. Mereka menjadikan sosok Muhammad beserta keluarganya sebagai inspirasi. Bagi orang tua, mereka meniru gaya Rasullullah mendidik Fatimah.
Kisah kehidupan Fatimah di Indonesia umumnya hanya dijadikan penyempurna kenabian Muhammad. Efeknya, banyak sekali orang tua memiliki kegamangan dalam mendidik anak perempuannya. Ini tidak berlaku di mayoritas masyarakat Iran, kisah kehidupan Fatimah secara turun temurun dibacakan, ditafsirkan, dan dikonstruksi ulang sehingga dapat dimaknai secara lebih mendalam dan kontesktual.
Fatimah lahir dari rahim Khadijah dan Muhammad, keduanya dihormati seluruh umat Muslim. Fatimah melambangkan seorang perempuan dengan kepribadian mengagumkan. Kehidupannya dibaktikan kepada keluarganya. Ia begitu dicintai dan dihormati bukan karena apa yang telah diperbuatnya untuk diri sendiri, tapi lantaran usahanya untuk memelihara iman orang-orang di sekelilingnya.
Kehadiran Fatimah dalam kehidupan Rasulullah menimbulkan banyak efek hukum bagi umat Islam. Saat itu, tradisi Arab jahiliah adalah mengubur dan membunuh anak perempuannya. Agar tidak menanggung malu di masa depan. Memiliki anak perempuan diyakini juga memutuskan rantai keturunan. Rasulullah sempat diremehkan orang Mekkah karena tidak memiliki keturunan pria.
Rasulullah dengan akhlaknya mencontohkan cara mencintai anak perempuannya. Nabi tidak melawan hinaan itu lewat hinaan baru. Kecintaan pada sang putri ditunjukkan lewat ucapan dan tindakkan. Semisal, Muhammad berdiri sebagai bentuk penghormatan saat putrinya datang. Begitu pula saat hendak bepergian, Rasulullah datang ke Fatimah untuk berpamitan. Ketika kembali, rumah Fatimah kembali dikunjungi. Nabi Muhammad bersabda, “Fatimah adalah bagian dariku, cahaya mataku, buah hatiku, dan nyawa yang selalu menyertaiku. Dia adalah bidadari berwujud manusia.”
Meskipun begitu, Rasullullah tidak begitu saja memanjakan Fatimah. Sejak kecil, sang putri diberlakukan dengan umumnya masyarakat Mekkah. Ikut kelaparan saat ada embargo ekonomi dan diajarkan mendahulukan kepentingan umum. Istri Saidina Ali ini juga terbiasa menggiling gandum hingga tangannya melepuh. Keistimewaan pasangan suami-isteri ini diabadikan Allah dalam al-Qur’an surat al-Insan ayat 7-10. Sikap kemandirian diajarkan oleh nabi lewat kehidupan sehari-hari. Fatimah juga memiliki kecintaan luar biasa kepada ilmu. Acap kali ia menyuruh Saidina Hasan mendatangi majelis ilmu sang ayah dan meminta putranya tersebut menceritakan kembali pelajaran yang disampaikan Nabi Muhammad SAW.
Saya sengaja mengulas meneladani Nabi Muhammad SAW lewat Fatimah. Sejarah kehidupan Fatimah bersama Nabi Muhammad layak diulas lebih banyak. Besar harapan saya, kedepan para ayah di Indonesia bisa terinspirasi dari cara nabi dalam mendidik anak-anaknya. Begitu juga sebaliknya, anak perempuan punya idola dalam menghormati sosok ayah. Dengan begitu, tidak ada lagi wanita Indonesia yang kehilangan sosok ayah di rumah lalu melampiaskan dengan mencari sosok ayah di luar. Akhirnya terjebak dalam hubungan tak terbatas dengan pria di luar nikah. Hanya karena merasa ada pria yang mencintainya, melindungi dan menjaganya. Pun begitu, saat ayah memiliki pikiran ingin menyakiti anak perempuannya maka ia ingat bagaimana Rasulullah mencintai anaknya.
Bila ditarik ke kehidupan perempuan dan penghinaan terhadap nabi. Maka peran perempuan Indonesia sangat sentral. Karena mayoritas perempuan Indonesia menghabiskan waktu cukup banyak bersama anak-anaknya di usia emas. Bisa dikatakan, perempuan-perempuan Indonesia adalah penentu karakteristik dari keturunannya. Jika saat hamil hingga mendidik anaknya ala Rasulullah, besar kemungkinan si anak juga akan memiliki kepribadian sesuai ajaran nabi. Inilah pentingnya memulai mencintai Nabi Muhammad lewat kaum perempuan dengan mencontoh Fatimah. Sosok Fatimah yang dekat dengan nabi jadi alasan kuat kenapa memulainya dari Fatimah.
Salah satu peristiwa besar Fatimah membela Nabi Muhammad terjadi saat ayahnya dilempari orang-orang dengan kotoran ketika bersujud di Ka’bah. Fatimah lalu membersihkan kotoran-kotoran dari badan Nabi Muhammad dan berteriak murka kepada para pengganggu itu. Namun, ia tidak melempar kembali kotoran itu ke pengganggu.
Konteks kekinian, ada seorang remaja Prancis membunuh seorang guru karena dianggap menghina nabi. Fatalnya, anggapan itu ternyata hoax dan merugikan umat Islam. Dari sini, kita perlu hati-hati dan berpikir jernih saat ada yang menghina nabi. Dikhawatirkan itu adalah jebakan untuk memancing kerusakan lebih besar yang dijadikan alasan menyerang umat Islam. Hal ini bukan berarti kita tidak boleh menunjukkan sifat marah saat itu berkaitan dengan Nabi Muhammad. Namun, karena Muhammad adalah manusia mulia maka cara membelanya juga harus elegan dan terhormat pula. Begitu menyikapi adanya majalah yang membuat kartun Nabi Muhammad. Kita perlu curiga jangan-jangan itu adalah media propoganda sebelum membuat kebijakan baru yang menekan umat Islam. Dengan adanya emosi yang berlebihan maka mereka punya kesempatan menjelekkan ajaran Rasulullah. Bisa juga majalah Prancis yang menistakan Nabi Muhammad adalah strategi mencari kue iklan. Dengan jadi sorotan media internasional, mereka punya daya jual lebih.
Membela Nabi Muhammad ala Fatimah adalah bersikap tegas dan terukur. Untuk mengimbangi narasi jelek tentang Nabi Muhammad, Fatimah sering membagikan makanan kepada orang Mekkah. Ia menegaskan, tindakan itu adalah hal yang diajarkan sang ayah. Dari sini ada dua tawaran solusi terkait cara mencintai Nabi Muhammad dan menyikapi penghinaan kepadanya.
Pertama, mengkaji ulang model membela Nabi Muhammad dengan acara terhormat. Menjadi kan sejarah kisah hidup orang terdekat Rasullullah dalam menunjukkan rasa cinta kepada nabi. Salah satunya menjadikan Fatimah Az-Zahra sebagai role model dengan tetap menuntut ilmu di sela-sela kesibukan rumah tangga.
Kedua, perempuan Indonesia perlu menyadari bahwa ia punya tanggungan perjuangan memperbaiki umat lewat mendidik anak turunnya sesuai ajaran Rasulullah. Pendidikan akhlak anak sedemikian penting dan berat, sehingga tidak bisa lagi semata-mata diserahkan kepada sekolah atau madrasah. Dengan begitu, nanti sang anak bisa menjadi iklan berjalan di atas bumi sebagai umat Muhammad SAW. Berjalan, berpikir dan bertindak sesuai tuntunan Rasulullah. Dengan begitu, keagungan nama Muhammad SAW tetap terjaga.
Tulisan ini, mencoba dengan sederhana mengembalikan ingatan tentang Rasulullah. Umumnya cerita kepahlawanan dan keteladanan betapapun sederhananya bisa menjadi batu pijakan dalam bersikap. Rasulullah Saw diutus untuk menyempurnakan akhlak, sehingga akan terjadi kontrakdiktif bila membela nabi dengan cara bar-bar dan tidak terukur.
Semoga Allah meridhoi.
Syarif Abdurrahman