Wahabi menjadi salah satu kelompok Islam yang paling membahayakan. Paham ajarannya bertentangan dengan kaum Muslimin yang berpaham Ahlus Sunah Wal Jamaah. Untuk mengelabuhi umat Islam non-Wahabi juga menggunakan kedok Salafi.
Muhammad bin Abdul Wahab, seorang pendiri Wahabi, menolak Rasionalitas, tradisi, dan beragam khazanah Islam lainnya. Kelompok Kristen, Syiah, tasawuf, dan lainnya menjadi target utamannya dalam berpolemik. Mula-mula dalam berdakwah menggunakan dialog dan kata-kata. Karena kurang memuaskan, dengan jalan aksi pun dilakukan. Dan di era modern seperti sekarang ini, mereka mulai merambah di berbagai dunia media.
Muhammad Bin Abdul Wahab lahir pada tahun 1115 H. Di kota Uyainah, 70 km di sebelah barat daya Riyadh, Ibukota Kerajaan Saudi Arabia. Ayahnya adalah Syaikh Abdul Wahab bin Sulaiman. Sejak muda pendiri Wahabi ini tergolong kaum terpelajar. Beliau berguru kepada para ulama Madinah. Gurunya bernama Abdullah bin Ibrahim bin Sa’id Nadji dan Muhammad Hayat Sindhi. Selain itu, juga pernah belajar di Iraq dan Basrah.
Semasa hidupnya, ia gencar mendakwahkan ajaran Wahabi kepada umat Islam, dan menolak apa yang menurutnya tak sesuai dengan pemahaman yang ia ketahui. Misalnya, melarang tawasul kepada orang shaleh yang sudah wafat, menuduh peziarah makam Nabi dan Wali sebagai penyembah kubur, mengkafirkan orang yang bertawasul kepada Syaikh Abdul Qadir Jailani dan Syaikh Ahmad al-Badawi, mengharamkan adat dan amaliah kaum muslimin yang sudah berlangsung turun-temurun dari ulama hadis, ahli fiqh, ahli tauhid, ahli tasawuf di kalangan orang awam.
Memperburuk Citra Islam
“Kembali pada Al Quran dan Sunnah”, “Tidak ada tempat meminta kecuali hanya kepada Allah”, “Tidak ada pertolongan kecuali dari Allah”. Menjadi salah satu slogan dakwah Muhammad bin Abdul Wahab. Pemahaman kelompok Wahabi hanya berdasarkan pada pemaknaan al-Qur’an dan as Sunnah secara harfiah semata. Di luar itu mereka menolaknya. Bahkan, tak segan-segan meberi label kafir dan murtad jika tidak mengikuti paham wahabi. Besarnya pengaruh Wahabi di dataran Arab menjadikan kelompok wahabi bersikap semena-mena.
Tak pelak, banyak dari para ulama yang bersumpah dan tunduk di atas todongan senjata kelompok Wahabi. Kekejaman lainnya, yakni adanya pembantaian dan pemaksakan ajaran Wahabi di kalangan umat Islam. Misalnya, yang dialami oleh penduduk Haramain. Mereka dilarang merayakan, Maulid Nabi, pembacaan puisi atau barzanji, pembacaan ceramah dengan hadis mauidah khazanah sebelum khutbah, pembakaran buku-buku selain Al-Qur’an dan As Sunnah, dan penghancuran makam-makam dan penghancuran bangunan bersejarah. Terbukti pada tahun 1920 di Jazirah Arab, lebih dari 400 ribu umat Islam dibantai, di eksekusi di hadapan publik. Bahkan, anak-anak dan kaum perempuan juga ikut menjadi korbannya.
Gubernur Mesir, Ali Pasha atas perintah Sultan Usmani pernah melakukan serangan kepada kaum Wahabi. Ali Pasha berhasil menyelamatkan Makkah dan Madinah dari cengkraman kelompok Wahabi. Karena merasa terdesak, mereka lantas lari ke kota Najd. Pasukan Ali Pasha tidak tinggal diam, mereka mengejar sampai ke kota Najd dan membantai Wahabi di sana.
Gerakan Wahabi semakin menguat seiring dengan keberhasilannya meraih dukungan politik dari Ibn Saud, (Amir Muhammad Ibn Saud penguasa Dariyyah). Muncul kembali pada tahun 1832/1248 dan kembali menguasai Makkah dan Madinah. Kali ini juga bantuan datang dari pihak Inggris. Sultan Usmani pun takluk dan wajib membayar upeti. Dakwah kultural Wahabi semakin gencar. Kelompok Wahabi dengan segala kekuatannya mampu menaklukan Jazirah Arab dengan beragam aksi kekerasan. Dengan menyatukan kekuatan politik dan militer menjadikan wahabi kuat. Siapapun yang tidak seideologi akan menjadi korbannya.
Kekuatan Wahabi dapat terbaca dari dua orang. Pertama, Muhammad Abdul Wahab dan Muhammad Ibn Saud. Kuat secara agama, politis, sosial. Wahabi pun kemudian mampu mengembangkan ideologinya umat Islam yang ada di berbagai negara lain. Pasca Mohammad Abdul Wahab wafat pada tahun 1206 H(tahun 1972 Masehi). Ajaran Wahabi didakwahkan oleh keturunan, santri, dan pengikutnya. Anaknya yang bernama, Abdullah bin Muhammad, Husain bin Muhammad, Ali bin Muhammad, Ibrahim bin Muhammad. Kemudian, muridnya bernama Hamd bin Nasir. Di antara karya-karyanya: Kitab at-Tauhid, al-Kabir, Kasyf asy Syubhat, Mukhtasar Sirat ar Rasul, Masa’il al-Jahiliyah, Usul al/man, Fada’il al-Qur’an, Fadai’il al Islam, Majmu’ al-Hadits, Mukhtasar al-Insaf wa asy-Syarh al-Kabir, al Usul ats-Tsalatsah, dan Adab alMasyi ila ash-Shalah, dll.
Sesungguhnya, dalam sejarah Islam, tindakan saling mengkafirkan sudah ada sejak era Sayyidina Ali bin Abi Talib terkait masalah tahkim dalam perang Shiffin. Pihak pihak yang tidak sepaham(khawarij) baik kepada Ali maupun Muawiyah lantas membunuh pihak-pihak yang mereka labeli kata kafir. Kaum Khawarij yang amat sempit dalam memahami ajaran agama Islam, yakni hanya dari segi harfiahnya Al-Qur’an dan As Sunnah semata. Warisan yang semacam itu selanjutnya diikuti oleh Kaum Wahabi yang baru muncul pada abad 18.
Wahabi Dakwah Via Media
Jika kelompok Wahabi-Wahabiyah di masa awalnya hanya berada di dataran negara-negara Arab. Kini, sudah mampu menjangkau ke berbagai negara, terutama Indonesia. Di negara yang bermayoritaskan Islam Sunni seperti Indonesia. Justru mampu menyusupi dengan lihai. Wajar, jika banyak orang Islam Indonesia yang ikut gerakan Wahabi. Di tengah kondisi kehidupan modern, dimana dunia tekhnologi dan informasi semakin canggih seperti sekarang ini, Wahabi juga memainkan dakwah di dunia Media.
Misalnya,
- http://firanda.com. Ini adalah blog atau web page ataupun salah satu contoh yang paling bagus ruang maya yang di inisiasi oleh kaum Salafi Indonesia. Selanjutnya,
- http://muslim.or.id,
- http://assunah-qatar.com,
- http://www.salafy.or.id,
- dan masih banyak lainnya.
Kaum Salafi-Wahhabi Indonesia juga membangun Stasiun TV. Seperti, Dakwah TV,
- Sarana Sunnah TV,
- Ahsana TV Indonesia,
- http://ahsanatv, dll.
Radio Rodja. (http://www.radiorodja.com). Radio Dakwah ini, menjadi bagian penting bagi propaganda Salafi Wahhabi di ruang maya. Radio Rodja sudah melebarkan sayapnya ke daerah-daerah lain seperti Radiio Rodja Beray (95.1 FM), Radio Rodja Lampung (91.1 FM), Radio Rodja dan Radio Rodja Pontianak (101.4 FM) dan juga Tannung Pinang (96 FM). Selain lewat Radio, akhirnya siaran-siaran tentang paham agama versi Salafi-Wahabi juga bisa dinikmati lewat TV Rodja. Mereka yang memiliki smartphone bisa menikmati baik siaran Radio maupun TV Rodja darimana saja. Kelompok salafi dan sejenisnya kini memiliki media online yang cukup lumayan sistematis dan up to date seperti,
http://www.voa-islam.com/, dll.
Dengan demikian, kelompok Wahabi memanfaatkan berbagai layanan media sosial. Mereka secara terbuka dan terang-terangan menyebarkan ajaran wahabi. Sekiranya, menggugah kita bersama untuk mewasapadai dan membentengi diri, keluarga, dan masyarakat kita yang sebagian besar berpaham Ahlussunnah Wal Jamaah. NU sebagai organisasi kemasyarakatan yang di dalamnya banyak kalangan dari para ulama pesantren mampu memberikan pencerahan kepada pengikutnya. Mengingat, kebencian dan sikap merasa paling benar sendiri acapkali menghantarkan seseorang maupun kelompok bertindak anarkis.
(Redaksi: Disarikan dari beberapa Sumber.)