Membela atau mengkritik Ustaz Arrazy Hasyim bukan ranah saya, karena saya tidak mengenalnya dan juga tidak tertarik dengan ikut perdebatan seperti ini. Saya takut karena saya tidak bisa mmbedakan istidlal ilmi dan istidlal nafsu (riya).
Namun, terkadang masing-masing pembacaan, musyahada, istifadah, pencarian ilmu dan hikmah bagi para pelajar agama itu berbeda dan menghasilkan natijah yang brbeda, kita pun tidak akan bisa memaksakan sseorang untuk sama persepsi dengan kita.
Semisal Mulla sadra, ketika menggabungkan metode Isyraq Suhrawardi dan Masyyai Ibnu Sina dkk menjadi Sadra Mutaahilin, itu mndapatkan kritik dari para filsuf dan Irfani.
Pun Imam Abul Hasan Asya’ari mnggabungkan metode Ahl Hadis dan Ahl Ta’wil (Mu’tazila) pun juga tetap mendapatkan kritik. Bahkan lebih hebatnya lagi Imam Ghazali dan Fakhr Ar-Razi, menggabungkan Filsafat dan metode ilmu kalam menjadi sebuah metode dan ini berbeda dengan metode kalam Baqillani, Ibnu Furaq, Isfarayni, dan Abul Hasan Asyaari yang cenderung murni.
Bahkan dalam Asas Maturidiyah (terbagi atas sekte Samarqand dan sekte Bukhara) perdebatan hebat juga terjadi dengn kaum Asyaariyah, seperti keterangan Kitab Tabsiratul Adillah An-Nasafi.
Al-Hallaj juga berbeda dengan Abu Yazid Busthomi, Ibnu Arabi, dan Al-Haraqani juga berbeda di dalam hasil musyahada mereka terhadap tasawuf. Terakhir, Syaikh Siti Jenar juga berbeda dengan Sunan Kalijaga.
Baca Juga: Salafi Tantang Debat Buya Arrazy Hasyim
Bahkan kata Prof Kiai Said Aqil Siraj, jika seandainya Sunan Kalijaga menjadi hakim Syaikh Siti jenar maka Syaikh Siti Jenar pasti bebas, tapi sayangnya Sunan Kudus dan Sunan Giri yang menjadi hakim pada saat itu.
Mari ke depankan dan dudukan perbedaan ini dengan hati yang dingin dan musyawarah. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menyerang siapa pun dan membela siapapun.
Karena saya pribadi, se-sesat apapun pandangan di dalam musyadah Ulama manapun bahkan bagi ulama yang mengkritik dan ulama yg membela pun tetap saya akan hargai (dan hak saya menerima atau tidak menerima).
Berkacalah dengan Imam Ghazali ketika mngkritik Ibnu Sina, walau kritik Imam Ghazali kepada Ibnu Sina tajam, tapi tetap menjadikan Ibnu Sina sebagai guru-nya dan membuka cakrawala berpikirnya.
Ketika Ibnu Rusyd mengkritik Imam Ghazali pun, Ibnu Rusyd juga menjadikan Imam Ghazali inspirasi dan gurunya.Wallahu a’lam
Subhanallah.. Setuju mas.. Sedih mas melihat ulama saling serang, apalagi yg di serang ulama yg satu perahu.. Asli sedih liatnya..
Semoga Allah paring rahmat
Keren tulisannya Bang👍👍👍 saya dulu juga mantan AJI bang…semoga AJI selalu independen dalam mengulas berita