tebuireng.co- Definisi manusia sebagai makhluk sempurna yang diciptakan Tuhan sudah banyak dipaparkan. Namun meski begitu, permasalahan manusia dan segala yang berkaitan dengannya tidak pernah surut dan semakin beragam sehingga menimbulkan sebuah pertanyaan apakah manusia belum sampai pada esensi yang diharapkan dari kata sempurna?
Hal tersebut membuat beberapa ilmuan mulai mencoba untuk menggali dan mendefinisikan siapa manusia untuk menjawab persoalan yang ada dalam diri manusia. Salah satunya adalah KH Abdurrahman Wahid ( Gus Dur), seorang tokoh yang disebut sebagai guru bangsa dan dikenal sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan prularisme.
Sebagaimana definisi yang menyebutkan manusia adalah makhluk sempurna, Gus Dur pun demikian. Menurutnya manusia sempurna adalah ia yang bebas untuk mengekspresikan dirinya tanpa mengganggu hak orang lain. Manusia yang dibekali dengan akal, perasaan dan kreativitas juga merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan sehingga juga butuh saling menghormati dan mengakui adanya hak yang sama antara satu individu dengan yang lainnya.
Hal tersebut karena setiap manusia yang terlahir ke dunia pastilah disertai dengan apa yang disebut sebagai hak dan dimensi dasar manusia. Hak dasar dalam diri manusia yaitu suatu nilai kemanusiaan dan segala aspeknya sudah melekat dan ada di dalam diri manusia sejak ia lahir sehingga setiap mereka memiliki hak dan dimensi dasar yang sama.
Dalam hal ini, pengertian Gus Dur mengenai definisi dan esensi manusia menjadi sebuah kepuasan tersendiri karena tidak adanya perbedaan antara manusia satu dengan lainnya. Berbeda dengan sebuah pengertian yang ditawarkan oleh kaum Nazi dan Fasis ketika melakukan kolonialisme dan imperialisme yang menyebutkan bahwa ‘manusia adalah yang seperti mereka dan selainnya bukanlah manusia’. Sebuah pernyataan yang jauh sekali dari sikap saling menghormati antar manusia dari berbagai belahan dunia.
Menurut Gus Dur, hak dan dimensi dasar yang dimiliki manusia adalah sebagai bekal mereka dalam menjalankan tugasnya yakni sebagai pemimpin (wakil Tuhan) di dunia. Sehingga mampu mengantarkannya menjadi manusia sempurna. Yakni memanfaatkan potensi dasar yang mereka miliki untuk bisa menyejahterakan manusia lainnya. Sejauh mana mereka mampu untuk bisa memanusiakan manusia maka mereka pantas disebut sebagai manusia yang sempurna.
Baca juga: Musik yang Digemari Gus Dur
Baca juga: Soal Piala Dunia, Gus Dur Pernah Prediksi Argentina-Prancis