tebuireng.co- Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menjelaskan makna Manusia sebagai Khalifah di bumi seperti disebut dalam Surah Al-Baqarah ayat 30
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui ” (Q.S Al Baqarah :30)
Menurut Kiai Miftachul Akhyar, makna manusia sebagai khalifah di bumi terbagi menjadi tiga. Yakni imaratul ardl (pengisi bumi) , i’tha-u kulla dzi haqqin haqqahu (menyampaikan setiap hak-hak siapapun dengan sebenar-benarnya) dan Ubudiyah lillah ( beribadah kepada Allah). Hal tersebut sebagaimana disampaikan dalam acara Halal Bihalal PBNU di Kampus UIN Walisongo, Semarang, Ahad (14/5/2023).
” Allah SWT sengaja menciptakan alam ini untuk manusia dan diatur sendiri oleh manusia, karena ini makna khalifah terbagi menjadi tiga,” terangnya.
Pertama, imaratul ardl berarti manusia sebagai pengisi dan pengelola bumi untuk menjadikannya makmur, sejahtera dan berkeadilan secara merata, termasuk pemenuhan sandang dan pangan.
” Sampai-sampai fiqih mengatakan, kalau tidak ada satu pun orang Islam yang memproduksi satu jarum yang digunakan untuk menjahit pakaian penutup aurat manusia, maka semua umat Islam akan berdosa. Hanya satu jarum,” jelasnya.
Mengenai pentingnya peran manusia sebagai imaratul ‘ardl, Rais ‘Aam PBNU tersebut mengutip hadis yang berbunyi
إن قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا تَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا
“Jika terjadi hari kiamat sementara di tangan salah seorang dari kalian ada sebuah tunas, maka jika ia mampu sebelum terjadi hari kiamat untuk menanamnya maka tanamlah.” (HR. Bukhari & Ahmad).
Makna manusia sebagai Khalifah di bumi yang kedua menurut Kiai Miftachul Akhyar adalah i’tha-u kulli dzi haqqin haqqahu yakni berperan sebagai penyalur (yang menyampaikan) setiap hak siapapun dengan sebenar-benarnya tanpa memandang latar belakang.
Dalam hal ini, rasa sosialisme dan toleransi sangat penting untuk mencapai makna kedua dari penyebutan manusia sebagai khalifah.
Ketiga, makna manusia sebagai khalifah di bumi menurut KH Miftahul Akhyar adalah Ubudiyah lillah yakni beribadah hanya kepada Allah. Seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an surah Az Zariyat : 56
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
” Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. “(Az Zariyat :56)
Menurutnya, tidak hanya salat dan beberapa ibadah lainnya, namun setiap amaliah yang dilaksanakan dalam Nahdlatul Ulama (NU) harus bernilai ibadah kepada Allah.
” Semua gerakan kita, amaliah kita dalam organisasi jamiyah yang tercinta ini, harus bernilai ibadah,” tandasnya.
Baca juga: Niat Hadiri Bahtsul Masail, Rais Syuriah PBNU Alami Kecelakaan