Dulu ketika kecil sering mendengar kalau istilah ‘madiri’ merupakan akronim dari ‘mandi sendiri’ sepintas memang tidak salah karena mandiri itu diartikan sebagai “keadaan berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain” oleh KBBI.
Dalam konteks ini berarti mandinya sudah dilakukan sendiri tanpa harus melibatkan orang lain seperti orang tua maupun saudaranya, sehingga bisa mengurangi beban orang tua dan saudaranya.
Mandiri menurut para ahli adalah tidak tergantung pada orang lain, sedangkan kemandirian adalah keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain.
Ada juga yang menyatakan bahwa kemandiran berkaitan dengan perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Intinya antara mandiri dan kemandiran sama-sama terbebasnya ketergantungan kepada orang lain.
Dan ini harus dibedakan manusia sebagai makhluk sosial karena dalam konteks manusia sebagai makhluk sosial ia butuh kepada orang lain, ingat hanya sebatas butuh bukan tergantung. Lantas apa bedanya butuh dengan tergantung? Jelas beda. Kalau butuh lebih kepada hubungan simbiosis mutualisme sedangkan kalau tergantung lebih kepada nempel alias tidak bisa hidup sendiri apa-apa butuh dilayani yakni bermental raja.
Sikap bergantung kepada orang lain merupakan sikap yang kurang baik dalam sebuah hubungan sosial karena disana tidak terjadi hubungan dialogis take and give tapi lebih kepada take and take.
Selanjutnya, dalam kajian yang tidak sederhana mandiri banyak cakupannya salah satunya adalah mandiri dalam hal finansial sebuah kondisi dimana seseorang memiliki kekayaan yang cukup untuk dapat hidup dengan baik, tanpa perlu bekerja.
Ketika kita kurang sejahtera dalam hal keuangan misalnya pasti yang kita kejar adalah bagaimana untuk mendapatkan sebuah kesuksesan finansial tapi kalau dalam finansial sudah mencukupi baru kemudian mencari sebuah kebahagiaan.
Ini bedanya antara orang-orang Indonesia dengan orang Barat kata pak Fakhruddin Faiz;
“kalau orang-orang Indonesia yang dikejar-kejar adalah kesuksesan sementara orang Barat yang dicari adalah kebahagiaan.” Tapi rumus kesuksesan dan kebahagiaan ini sangat berbeda dengan mereka yang menjalani laku zuhud dalam dunia tasawuf, meskipun zuhud dalam konteks tawasuf masih menimbulkan banyak interpretasi.
Terakhir mandiri yang paling penting dan urgen adalah kemandirain berfikir, dengan adanya kemandirian berpikir, kita bisa tumbuh menjadi sosok yang kritis dan pemberani. Kita akan terbentuk sebagai sosok individu yang mampu menyelesaikan permasalahan dengan atau tanpa bantuan orang lain.
*Oleh: Umar Faruk Fazhay, CEO-Co Founder Ashufa Institute
Baca juga: Frugal Living, Gaya Hidup Bikin Kaya?