tebuireng.co– Malcolm X adalah seorang tokoh pejuang Hak Asasi Manusia. Pria yang dikenal memiliki nama lengkap, Macolm El-Shabazz atau Malik El-Shabazz ini berdarah Afrika Amerika. Ia merupakan salah seorang tokoh paling berpengaruh dalam sejarah. Malcolm Little lahir pada tanggal 19 Mei 1925 di Omaha, Nebraska, Amerika Serikat.
Malcolm terlahir dari pasangan Louise Litte dan Earl Little. Ketika Malcolm Little berusia 6 tahun, ayahnya ditabrak trem hingga tewas, ada juga yang menyebut bahwa ayahnya telah didorong seseorang ke trem. Polisi setempat mengklaim bahwa Earl Little meninggal karena tergelincir.
Setelah peristiwa yang memilukan tersebut, kehidupan keluarga ini masih berlanjut. Louise Little menyewakan sebagian kebunnya guna memenuhi kebutuhan sehari- hari, dan ke tujuh anaknya mencari pertandingan berhadiah untuk mendapatkan uang. Perusahaan asuransi mengklaim bahwa suaminya meninggal karena bunuh diri sehingga mereka menolak atas pembayaran asuransinya.
Akhir tahun 1938, ibu dengan tujuh orang anak ini mengalami gangguan saraf dan dikirim ke rumah sakit di daerah Kalamazoo. Perempuan itu menghabiskan hidupnya sampai 24 tahun kemudian, sedangkan anak- anaknya terpencar dan dikirim ke panti asuhan yang berbeda.
Malcolm Little tercatat sebagai siswa yang unggul di sekolahnya, namun keluar setelah salah satu dari gurunya yang berkulit putih yang mengatakan kepadanya bahwa cita-cita besarnya untuk menjadi pengacara bukanlah tujuan yang realistis untuk orang Negro.
Peristiwa ini membuat Malcolm berpendapat bahwa orang-orang kulit putih tidak memberi tempat untuk orang kulit hitam, terlepas mereka berbakat atau tidak. Setelah kehilangan sang ayah dan berpindah- pindah dari satu panti asuhan ke panti asuhan lain, Malcolm lalu tinggal bersama kakak tirinya, Ela Little Collins. Mulai saat itulah dia bersentuhan dengan kehidupan jalanan, kehidupan antar gang, narkotika, miras, perjudian, dan pelacuran.
Saat usia 20 tahun dia ditahan atas kasus pencurian hingga dia menginjak usia 27 tahun di penjara Chalestown State. Di dalam penjara, Malcolm dikenal suka menyendiri di balik kamar tahanannya. Kemudian Malcolm juga sering surat menyurat dengan saudaranya, Philbert. Saudara kandungnya, Hilda juga sering mengunjunginya di penjara.
Berawal dari komunikasi dengan kedua saudaranya inilah Malcolm mengenal NOI (Nation of Islam) dan masuk Islam. Dari dalam penjara ia juga sering surat menyurat dengan Elijah Muhammad, sang pemimpin NOI yang juga dianggap utusan Tuhan oleh para pengikutnya.
Dari sinilah Malcolm X memahami ketertindasan dan perlakuan tidak adil yang menimpa ras kulit hitam selama ini. Pada tahun 1950, Malcolm Little mulai menggunakan nama “Malcolm X”. “X”, nama yang diberikan orang yang membuatnya masuk Islam. Suatu cara untuk mengidentifikasikan dirinya dengan budak- budak hitam Afrika yang diangkut ke Amerika. Ketika abad ke 19, bahkan budak- budak kulit hitam itu oleh para pedagang budak hanya disebut sebagai ”X”.
Di hari pembebasannya Malcolm pergi ke Detroit dan bergabung dengan kegiatan – kegiatan yang dilakukan NOI. Setelah bergabungnya Malcolm, NOI berkembang menjadi organisasi berskala nasional dan Malcolm sendiri menjadi figur yang dikenal dunia.
Malcolm X telah dikenal secara luas sebagai pemimpin berpengaruh kedua di NOI. Suami dari Betty Sanders ini sebagai pemicu peningkatan jumlah anggota yang signifikan dari 1200 menjadi 50.000. Dia menginspirasi petinju Cassius Clay (yang juga dikenal dengan nama Muhammad Ali) untuk bergabung dengan NOI.
Kepopulerannya menanjak karena kata- katanya yang sangat tegas dan kritis tentang diskriminasi, dan kekerasan yang dilakukan ras kulit putih terhadap ras kulit hitam.
Namanya sering muncul di berbagai media massa dan menjadi pembicara di beberapa universitas. NOI mempunyai pandangan yang cenderung rasis, bahkan menolak bantuan apapun dari orang kulit putih yang juga mendukung gerakan anti diskriminasi.
Tercatat selama 12 tahun, Malcolm mendakwahkan bahwa Elijah Muhamad adalah utusan Allah dan Ras kulit putih adalah iblis. Bahkan Malcolm sering menerima teguran dari kalangan Muslim Afrika Utara.
Selain karena ada masalah di internal NOI, pandangan rasis yang diajarkan organisasi tersebut mulai disadari oleh Malcolm sebagai ajaran yang tidak rahmatal il alamin. Dalam agama Islam tidak mengenal adanya pengunggulan antara satu ras dibanding dengan ras lain, terlebih lagi tidak ada utusan Allah setelah nabi Muhammad SAW.
Setelah menyadari hal tersebut, pada 8 Maret 1964 Malcom X menyatakan diri keluar dari NOI. Setelah Malcolm keluar dari NOI, dia kerap menerima ancaman. Beberapa ancaman dikirim secara anonim empat hari setelah meninggalkan organisasi yang membesarkan nama dirinya, bapak dari enam anak tersebut pada tanggal 12 Maret 1964 mendirikan Muslim Mosque, sebuah organisasi keagamaan. Ia juga mendirikan Organisasi Persatuan Afro- Amerika, sebuah kelompok sekuler yang menganjurkan persatuan Afrika.
Kemudian ada beberapa Muslim sunni yang mendorongnya untuk belajar tentang Islam, segera saja ia memutuskan untuk memeluk Islam Sunni dan mulai berpikir untuk berhaji. Pada April 1964, Malcolm yang berusia 39 tahun menunaikan ibadah haji.
Ketika beribadah ke tanah suci Makkah, dia mendapatkan pencerahan yang sangat berbeda dengan apa yang ia yakini sebelumnya. Para jemaah haji yang datang dari berbagai ras, suku, dan warna kulit semua melakukan ibadah tanpa saling membedakan satu dengan yang lain.
Pada bulan Juni 1964, NOI menuntut tempat tinggal Malcolm X di Queens, New York sebagai hak mereka. Pada akhirnya gugatan itu berhasil dan memaksa Malcolm mengosongkan rumahnya. Pada tanggal 14 Februari 1965, malam sebelum sidang untuk menunda tanggal penggusuran, rumah tersebut terbakar. Namun Malcolm X dan keluarganya selamat.
Saat Malcolm X menjadi pembicara dalam sebuah acara yang diselenggarakan Organisasi Persatuan Afro- Amerika di Audubon Ballroom, Manhattan, keributan pecah diantara para audiens. Saat pengawalnya berpindah tempat untuk menenangkan keributan, Malcolm lalu di tembak oleh 3 orang. Dia dinyatakan meninggal pada puku 3:30 sore.
Malcolm X dimakamkan di pemakaman Ferncliff di Hartsdale, New York. Kisahnya dirilis menjadi sebuah film yang diadaptasi dari buku The Autobiography of Malcolm X.
Majalah Time menilai buku ini adalah salah satu dari 10 buku non fiksi yang paling berpengaruh abad ke-20. Akhir tahun 1960, beberapa aktivis membangun beberapa pergerakan yang terinspirasi dari perjuangannya. Selama tahun 1980 dan awal 1990, banyak anak muda yang terinspirasi dengan perjuangannya sehingga menggunakan Malcom X sebagai icon kelompok musik hip- hop. (MT)
*Disarikan dari berbagai Sumber
Baca juga: Rekam Jejak Fao dalam Perang Suriah