tebuireng.co – Pakar tafsir Al-Qur’an Prof Quraish Shihab menjelaskan makna lailatul qadar saat diwawancarai Najwa Sihab dalam acara Shihab Shihab.
“Laila berarti malam, sedangkan Qadar memiliki tiga arti yang berbeda dari segi bahasa. Ketiga arti ini sama-sama bisa menggambarkan lailatul qadar,” jelasnya seperti dikutip dari youtube Najwa Shihab, Ahad (24/4/22).
Menurutnya, bulan Ramadan merupakan bulan yang istimewa bagi kaum muslim. Selain amal ibadah yang catatan pahalanya dilipat gandakan dalam bulan ini, Al-Qur’an pertama kali diturunkan oleh Allah SWT.
Yang kemudian waktu tersebut kita kenal dengan lailatul qadar berdasarkan pada ayat pertama dari Al-Quran surah al-Qadar.
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِي لَيۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ
“Qadar memiliki arti penentuan. Bahwa pada malam tersebut, Allah SWT. menentukan banyak hal. Mulai dari ditetapkannya awal turunnya Al-Qur’an hingga segala hal,” katanya.
Quraish Shihab menambahkan, qadar juga berarti mulia. Bahwa malam tersebut adalah malam yang penuh dengan kemuliaan.
Mulianya lailatul qadar tidak lepas dari peristiwa agung yang telah disebutkan di atas, yakni pertama kalinya Al-Quran diturunkan ialah pada satu malam tersebut.
Makna lailatul qadar menurut Quraish Shihab selanjutnya terkait arti lain kata Qadar. Qadar juga bearti sempit. Malam mulia ini adalah malam yang sempit.
“Mengapa sempit? Karena terlalu banyak malaikat yang turun ke bumi” papar ulama yang akrab dipanggil Abi Quraish ini.
Selain itu, penulis kitab tafsir Al-Misbah tersebut juga menyebutkan dua tanda bagi orang yang menerima kesempatan berjumpa dengan malam lailatul qadar.
Baca Juga: Lailatul Qadar versi Imam Ghozali
Pertama, bertambahnya kebaikan. Kebaikan yang dimaksud adalah kebaikan yang menyeluruh.
Baik dari perkataan, sikap, hingga perbuatan. Quraish Shihab menyandarkan paparannya pada ayat yang menceritakan bahwa pada malam tersebut malaikat turun ke bumi.
Salah satu fungsi malaikat adalah meyakinkan jiwa manusia untuk melaksanakan amal kebaikan.
Kedua, berdasar pada ayat terakhir dari Al-Qur’an surah al-Qadar
سَلَٰمٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطۡلَعِ ٱلۡفَجۡرِ
“Pada malam itu, kedamaian dirasakan oleh orang yang beruntung menjumpai malam lailatul qadar hingga terbitnya fajar. Atau keesokan harinya,” imbuhnya.
Quraish Shihab juga mengatakan bahwa mayoritas ulama mengartikan kedamaian yang dimaksud sifatnya berkelanjutan.
Selain itu, kalimat Mathla’il Fajri (terbitnya fajar) juga diartikan sebagai terbitnya kehidupan baru bagi manusia setelah mengalami kematian.
Dalam kitab Al-Shiyam, dikatakan bahwa malam lailatul qadar ada di antara sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan. Ketetapan itu berdasar pada hadis Bukhari yang diriwayatkan oleh Aisyah.
Ada beberapa kesunahan yang bisa dilakukan umat Islam dalam mengisi sepuluh malam terakhir sembari menunggu lailatul Qadar. Seperti memperbanyak salat sunah, berdoa, membaca wirid dan hal lain yang bersifat ibadah.
Adapun wirid atau doa khusus yang dianjurkan nabi Saw. dan diriwayatkan oleh ‘Aisyah adalah:
اللهم إنك عفو كريم تحب العفو فاعف عني.
“Apa bila setelah mati manusia mendapatkan balasan surga, berarti ia mendapatkan kedamaian,” pungkasnya.
Ahmad Fikri/Abdurrahman