Makna kemenangan dalam hari raya Idul Fitri ini dijelaskan oleh Prof Quraish Shihab seperti dikutip dalam kanal YouTube pribadinya, Kamis, 27 April 2023.
Hari raya Idul Fitri menjadi momen paling ditunggu karena merupakan titik final dalam berpuasa di bulan Ramadan. Hal inilah yang kerap kali menjadikan umat muslim mengungkapkan bahwa hari raya Idul Fitri adalah hari kemenangan.
Dalam pandangan Prof Quraish Shihab, makna kemenangan yang biasa terdengar ketika hari raya Idul Fitri dengan ungkapan “minal faizin” patut untuk dikaji kembali. Hal tersebut karena sebagian umat muslim sering kali keliru dalam memahami maknanya sehingga luput dari kehendak yang sebenarnya.
Prof Quraish Shihab menjelasan, bahwa dalam Al-Qur’an kata tersebut banyak diartikan dengan pengampunan dosa yang berarti ungkapan “minal faizin” ketika hari raya adalah doa agar termasuk orang yang diampuni dosanya.
Sehingga, bukanlah hal yang tepat untuk mengatakan hari raya Idul Fitri dengan ungkapan “minal faizin” sebagai hari kemenangan. Karena memaknai hari raya Idul Fitri sebagai hari kemenangan ini banyak yang salah mengartikan.
Kebanyakan diartikan dengan menang melawan hawa nafsu ataupun menang melawan godaan setan selama bulan Ramadan. Hal ini akan menjadikan umat muslim lebih dekat untuk merasa bangga yang pada akhirnya menjadikan lalai dan cenderung berleha-leha.
Jika demikian, hal tersebut sebenarnya adalah godaan setan yang sangat halus. Bagi Prof Quraish Shihab, tidak ada kata menang dalam melawan hawa nafsu dan godaan setan.
Bulan-bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan Ramadan pun umat muslim tetap harus berjuang melawan keduanya karena setan tak akan pernah berhenti untuk selalu menggoda manusia.
Selain itu, Prof Quraish Shihab mengungkapkan bahwa hari raya Idul Fitri sebagai hari kemenangan merupakan salah satu sikap yang terlalu yakin bahwa amal ibadah yang dilakukan selama bulan Ramadan diterima oleh Allah SWT.
Padahal, seharusnya yang lebih tepat adalah berharap dengan berdoa agar amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT. Sebagaimana doa yang biasa diucapkan oleh para sahabat ketika hari raya seperti yang dijelaslan dalam riwayat Jubair bin Nufair:
عن جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ : كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك
“Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah SAW berjumpa dengan hari id (Idul Fitri atau Idul Adha), satu sama lain saling mengucapkan, ‘Taqobbalallahu minna wa minka’ (semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).”
Selain menjadi harapan dan doa agar amal maupun ibadah diterima oleh Allah, ucapan tersebut yang menggunakan dlomir nahnu menurut Prof Quraish Shihab adalah simbol bahwa Islam identik dalam kebersamaan dan saling merangkul dalam kebaikan.
Baca Juga: Ciri Diterimanya Amal dan Ibadah di Bulan Ramadan