Macam-macam najis dan cara menyucikannya dijelaskan oleh para ulama dalam kitab-kitab fikh. Dalam kitab Safinatunnajah, najis dibagi menjadi tiga macam. Yakni najis mughalladhah (najis berat), najis mutawassitah (najis sedang) dan najis mukhaffafah (najis ringan).
Seperti yang dijelaskan dalam redaksi kitabnya sebagai berikut:
النجاسات ثلاث: مغلظة ومخففة ومتوسطة. المغلظة نجاسة الكلب والخنزير وفرع احدهما والمخففة بول الصبي الذي لم يطعم غير اللبن ولم يبلغ الحولين والمتوسطة سائر النجاسات
“Najis dibagi menjadi tiga macam yaitu mughalladhah, mukhaffafah, dan mutawassithah. Najis mughalladhah adalah najisnya anjing dan babi beserta anak salah satu dari keduanya. Najis mukhaffafah adalah najis air kencingnya bayi laki-laki yang belum makan selain air susu ibu dan belum sampai usia dua tahun. Sedangkan najis mutawassithah adalah najis-najis lainnya.”
Sedangkan, dalam kitab Fathul Qarib, Syaikh Ibnu Qasim Al-Ghazi menjelaskan bahwa najis dibagi menjadi empat macam yakni najis mughalladhah (najis berat), najis mutawassitah (najis sedang), najis mukhaffafah (najis ringan) dan najis ma’fu ( najis yang dimaafkan) berupa darah atau nanah yang sedikit apabila terkena badan, pakaian atau tempat sholat, serta bangkai binatang yang tidak memiliki darah mengalir seperti lalat dan semut.
Adapun cara menyucikan najis mughalladhah yakni dengan membersihkan najis tersebut hingga hilang wujudnya dengan tujuh kali basuhan air yang salah satu diantara yang tujuh dicampur dengan debu. Menurut Syaikh Ibnu Qasim Al-Ghazi, apabila wujud najis tersebut tidak hilang bahkan meski dibasuh sampai 6 kali basuhan. Maka 6 kali basuhan tersebut hanya terhitung satu kali basuhan.
وَإِذَا لَمْ تَزُلْ عَيْنُ النَّجَاسَةِ الْكَلْبِيَّةِ إِلَّا بسِتٌ غَسَلَاتٍ مَثَلًا حُسِبَتْ كُلُّهَا غَسْلَةً وَاحِدَةً
“Ketika benda najis dari anjing tersebut belum hilang kecuali dengan enam basuhan semisal, maka seluruh basuhan dianggap satu kali basuhan”.
Sementara, cara menyucikan najis mukhaffah (najis ringan berupa air kecing bayi laki-laki yang belum berumur 2 tahun dan belum mengonsumsi apapun selain asi) adalah dengan memercikkan air secara menyeluruh kepada wujud najisnya.
Sedangkan untuk menyucikan najis mutawassitah yang tergolong najis sedang atau pertengahan dibagi menjadi dua. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Safinatunnajah
وَالْمُتَوَسَّطَةُ تَنْقَسِمُ إِلَى قِسْمَيْنِ : عَيْنِيَّةٌ وَحُكْمِيَّةٌ الْعَيْنِيَّةُ الَّتِي لَهَا لَوْنُ وَرِيْحٌ وَطَعْمُ فَلَا بُدَّ مِنْ إِزَالَةِ لَوْنِهَا وَرِيحِهَا وَطَعْمِهَا وَالْحُكْمِيَّةُ الَّتِي لَآ لَوْنَ وَلَا رِيْحَ وَلَا طَعْمَ لَهَا يَكْفِيكَ جَرْيُ الْمَاءِ عَلَيْهَا
“Najis mutawassithah dibagi dua, yaitu ainiyah dan hukmiyah. Najis ainiyah adalah najis yang memiliki warna, aroma, dan rasa sehingga cara mensucikannya harus menghilangkan tiga kategori tersebut baik warna, aroma, dan rasanya. sementara, najis hukmiyah adalah najis yang tidak memiliki warna, aroma, dan rasa sehingga cara mensucikannya cukup dengan mengalirkan air di atasnya.
Demikian penjelasan mengenai macam-macam najis dan cara menyucikannya. Wallahua’lam.
Baca juga: LBMNU Jatim Tegaskan Karmin E-120 sebagai Pewarna Najis