Ketua Dewan Ekonomi Nasional Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan mengaku bahwa dirinya adalah sosok yang setia ke Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dalam keadaan apapun.
Meskipun memiliki latar belakang suku dan agama yang berbeda, keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu mengabdi untuk Indonesia.
Kesaksian Luhut tentang sosok Gus Dur bukan sekedar pemanis dalam dialog, karena ia merupakan seseorang yang bergaul dan berkomunikasi dengan Gus Dur secara langsung.
Khususnya tahun 2000, setelah ia menjadi salah satu menteri pada pemerintahan Gus Dur. Sejak itu, hingga Gus Dur wafat, ia selalu mendampingi Gus Dur dengan setia.
Luhut pun mengakui, ketika pemerintahan Gus Dur jatuh, Luhut tetap setia memilih bersama Gus Dur hingga akhir. Meskipun ada banyak godaan yang meminta Luhut pergi meninggalkan Gus Dur.
“Ada tawaran meninggalkan Gus Dur, tapi saya sadar bahwa yang mengangkat saya kan Gus Dur. Yang naikkan pangkat saya Gus Dur. Yang memberikan kesempatan saya jadi terhormat kan Gus Dur,”jelasnya seperti dikutip dari akun youtube Mahfud MD Official, Selasa (19/11/2024).
Pria asal Toba Samosir ini dengan tegas menuliskan dalam bukunya bahwa ia tidak akan menghianati Gus Dur. Buku tersebut berjudul ‘LUHUT’. Buku ini membahas perjalanan dan kiprah Luhut untuk negara Indonesia.
Kedekatan hubungan Luhut dan Gus Dur tetap berlanjut meskipun presiden Republik Indonesia silih berganti.
“Saya tulis di buku saya, masak ketika Gus Dur susah saya pergi. Jadi saya tidak akan meninggalkan Gus Dur dalam keadaan apapun. Biar sama-sama karam tidak apa-apa. Saya prajurit kopassus,” ucapnya.
Selain karena kebaikan Gus Dur, alasan Luhut tetap setia dengan Gus Dur karena ia tidak ingin anak cucunya mengenang sosok dirinya sebagai orang yang tidak tahu terimakasih. Ia ingin mengajarkan kepada anak turunnya tentang pentingnya memiliki karakter baik, dalam hidup.
“Kalau saya pergi dari Gus Dur. Nanti orang bilang apa sama anak cucu saya, kakeknya itu tidak tahu budi. Penghianat. Tahunya mau enak saja,” tegasnya lagi.
Ia pun meyakini bahwa Gus Dur ketika diturunkan dari posisi presiden dalam keadaan tidak salah. Meskipun banyak isu yang berseliweran terhadap Gus Dur, tapi sebagai orang yang terus bersama Gus Dur, ia yakin tidak ada korupsi dan pelanggaran yang dilakukan oleh Gus Dur.
Baginya, proses penurunan Gus Dur, lebih tepat karena lawan politiknya tidak merasa puas dengan kebijakannya.
“Saya pernah bilang ke Pak Mahfud MD, luruskan sejarah penurunan Gus Dur. Tidak benar itu. Menurut saya tidak ada pelanggaran konstitusi dan korupsi yang dilakukan. Ini pelanggaran apa. Gus Dur ini orang konsisten. Saya pernah minta agar damai dan lalu konsolidasi dengan lawan politik. Gus Dur bilang, saya lawan, saya benar kok,” tambah Luhut.
Luhut Anggap Gus Dur Sosok yang Cerdas.
Menteri Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Kabinet Indonesia Maju 2019-2024 ini memiliki pandangan bahwa sosok Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah sosok yang cerdas dan kuat ingatannya.
“Menurut saya beliau (Gus Dur) itu sangat cerdas daya ingatnya, sangat humanis dan baik. Kalau ada orang yang melecehkan Gus Dur, itu tidak benar,” ujarnya.
Luhut menceritakan, saat ia menjabat Menteri Perindustrian dan Perdagangan di era pemerintahan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid, ia mendampingi Gus Dur dalam pertemuan Presiden RI dengan Presiden Korea Selatan
Sebelum pertemuan, Luhut Binsar menjelaskan beberapa poin-poin tentang Korea Selatan, tentang ekonomi. Namun, tak kalah pentingnya, Luhut memastikan nama presiden Korea Selatan tidak salah sebut. Saat itu Korea Selatan dipimpin Kim Dae Jung (1998-2003).
“Saya baru tahu betul kalau Gus Dur sangat tajam ingatannya saat pertemuan dengan Presiden Korea Selatan. Apa yang saya sampaikan sebelum sambutan hingga nama presidennya hafal. Bahkan ia tambahkan sejarah ekonominya. Setelah selesai saya tanya, kok tadi hafal Gus? Itu mudah, di sini namanya ada Park, Kim atau Lee,” imbuhnya.
Selain itu, saat menjabat Presiden RI, Gus Dur pernah meminta Luhut Binsar Pandjaitan memanggilnya dengan Gus Dur saja, tidak dipanggil presiden. Namun, Luhut merasa tidak enak bila tidak menggunakan kata presiden.
“Jangan panggil saya presiden, panggil Gus Dur saja. Namun, Gus Dur tidak pernah marah lama-lama. Saya belajar banyak dengan Gus Dur,” tutupnya.
Penulis: Syarif Abdurrahman
Editor: Thowiroh
Baca juga: Kisah Luhut Binsar Pandjaitan Ditawari Menteri Gus Dur Sebelum Jabat Presiden