KH Ismail Amin Kholil atau yang akrab disapa Lora Ismail Al-Khalili dalam ceramahnya menjelaskan bahwa perayaan Maulid Nabi seperti yang biasa dilaksanakan oleh masyarakat muslim khususnya pada bulan Rabiul Awwal merupakan sebuah tradisi yang berpahala.
Menurutnya perayaan Maulid Nabi adalah sebuah tradisi sebagai ungkapan cinta dari para umat kanjeng nabi yang mana tradisi tersebut menjadi salah satu tradisi yang baik selama isi atau konten di dalamnya tidak menyimpang dari syariat agama.
Bahkan, meski disebut sebagai sebuah tradisi, hal tersebut bukan berarti tidak bisa mendatangkan pahala. Sebab tradisi perayaan Maulid Nabi adalah tradisi yang didalam nya terdapat niat yang mulia serta di dasari oleh rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW.
Seperti yang disampaikan oleh keturunan Syaikhona Kholil ini, bahwa meski perayaan maulid Nabi dianggap sebagai sebuah tradisi, namun juga bukan berarti tidak ada dalil yang mendukung akan adanya pahala bagi yang melaksanakannya.
Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh salah seorang ulama hadis yakni Al-imam Al-Hafidz ibnu Hajar Al-Asqalani bahwa ketika Nabi hijrah ke Madinah lalu menjumpai orang yahudi melaksanakan puasa pada tanggal 10 muharram (hari Asyura) atas dasar menyukuri nikmat yang telah diberikan Allah berupa kemenangan terhadap Nabi Musa dan tenggelamnya Fir’un serta pasukannya, Maka Nabi pun mengatakan bahwa Nabi dan umatnya lebih berhak berpuasa untuk menyukuri nikmat tersebut.
Sehingga mulai saat itu Nabi memerintahkan kepada umatnya untuk berpuasa pada hari asyura bahkan menjadi puasa wajib sebelum datangnya perintah berpuasa di bulan Ramadhan. Dari hadis tersebut kemudian di simpulkan oleh para ulama bahwa dianjurkan bagi umat islam untuk mengekspresikan setiap rasa gembira atas nikmat yang telah diberikan Allah sebagai ungkapan syukur kepada-Nya.
Dan lahirnya Nabi Muhammad SAW menurut ibnu Hajar Al-Asqalani adalah nikmat terbesar yang sangat patut dan layak untuk disyukuri.
menurut Lora Ismail, hari lahirnya Nabi Muhammd menjadi nikmat yang besar karena tanpa adanya Nabi, maka Allah tidak akan menciptakan dunia dan seisinya. Seperti yang disebutkan dalam hadis qudsi dalam riwayat Imam Hakim dan Baihaqi
من قول الله تعالى لآدم لما سأله بحق محمد أن يغفر له ما اقترفه من صورة الخطيئة وكان رأى على قوائم العرش مكتوبا لا إله إلا الله محمد رسول الله سألتني بحقه أن أغفر لك ولولاه ما خلقتك فوجود آدم عليه السلام متوقف على وجوده صلى الله عليه وسلم
“Allah SWT berkata kepada Nabi Adam AS ketika ia meminta dengan nama Nabi Muhammad SAW ampunan terkait kekeliruannya. Nabi Adam AS seketika itu melihat catatan ‘Lâ ilâha illallâh, Muhammadur Rasûlullâh’ pada tiang-tiang Arasy. Allah menjawab, ‘Kau meminta dengan namanya (Nabi Muhammad SAW) agar Aku mengampunimu. Sungguh, kalau bukan karenanya, Aku tidak akan menciptakanmu.’ sehingga,wujud Nabi Adam AS bergantung pada wujud Nabi Muhammad SAW,”
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muhajirun tersebut juga mengungkapkan bahwa semua nikmat yang kita rasakan detik ini, kemarin dan yang akan datang semuanya bermuara pada satu nikmat yaitu nikmat kelahiran kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Bersyukur atas nikmat yang Allah berikan adalah kunci bagi umat muslim selalu dan senantiasa diberi tambahan nikmat dan kebaikan-Nya. Seperti yang disebutkan dalam Al-Quran.
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS.Ibrahim:7)
Menurutnya, rasa syukur bisa diungkapkan melalui tiga hal yakni diantaranya melalui lisan dengan cara mengucapkan hamdalah dan melalui hati dengan cara menerima dengan lapang dada, dan tidak mengeluh atas setiap pemberian Allah SWT.
Baca juga: Mengenal Lora Ismail, Giat Dakwah dengan Berbagai Media