Lopis raksasa tradisi Syawalan di Pekalongan dilakukan pada hari ketujuh bulan Syawal, tradisi ini sudah berjalan turun temurun dari para leluhur.
Tradisi Syawalan juga di sebut sebagai hari lebaran kedua, hal ini dilatar belakangi dahulu para ulama di Pekalongan selalu berpuasa 6 hari setelah lebaran mengamalkan hadis fadillah berpuasa 6 hari setelah Idul Fitri
عَنْ ثَوْبَانَ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ { مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا } H.R Ibnu Majah
“Dari Rasulullah ﷺ, Bahwasanya beliau bersabda, “Barang siapa berpuasa enam hari setelah Idulfitri, maka seakan ia berpuasa setahun secara sempurna. Dan barang siapa berbuat satu kebaikan maka ia akan mendapat sepuluh pahala yang semisal.”
Kebiasaan para ulama terdahulu tersebut kemudian diikuti oleh masyarakat, kemudian untuk merayakan hari setelah berpuasa 6 hari tersebut muncul tradisi syawalan.
Syawalan di Pekalongan identik dengan keramaian hampir di setiap sudut tempat sampai tempat wisata ramai di kunjungi warga yang sejenak berlibur bersama keluarga sebelum esoknya sudah beraktivitas seperti sedia kala.
Di antara tradisi syawalan di Pekalongan adalah Lopis Raksasa, Balon Udara, dan Riyayan.
Lopis Raksasa
Lopis raksasa adalah tradisi yang diadakan oleh warga Desa Krapyak di daerah pesisir utara Kota Pekalongan.
Uniknya lopis tersebut dibuat ukurannya sangat besar dengan panjang 2 meter, diameter 1,5 meter dengan bobot hampir 250 kg.
Dengan ukuran super jumbo lopis ini memerlukan waktu pembuatan 3-4 hari dan diangkat menggunakan katrol.
Setelah doa bersama lopis raksasa ini nantinya akan dibagikan kepada warga Pekalongan yang mengikuti acara tersebut. Tak hanya lopis raksasa warga Krapyak juga menggelar jajan gratis bagi para pengunjung.
Filosofi lopis menggambarkan kehidupan masyarakat, lopis yang terbuat dari ketan yang identik raket atau pliket ini menunjukkan bahwa dalam bermasyarakat kita harus raket (rukun) antar sesama terutama mereka yang tinggal di sekitar kita sebagaimana Nabi Muhammad menyuruh kita untuk selalu berbuat baik kepada tetangga wujud dari Iman kita kepada Allah dan Rasul-Nya
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
” Dari Abu Hurairah dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengucapkan perkataan yang baik atau diam. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tetangganya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya,” H.R Imam Muslim
Selalu menjaga kerukunan dalam bermasyarakat dan bersyukur atas limpahan rahmat rezeki dari Tuhan yang Maha Esa merupakan tujuan dari tradisi Syawalan di Pekalongan maupun tradisi syawalan di kota lain.
Oleh karenanya, menjaga tradisi leluhur bagi generasi muda sekarang adalah suatu keharusan terhadap tradisi yang baik al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah, yakni memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik.
Oleh: Badar Alam Najib