tebuireng.co – Ketua Lembaga Kajian Strategis Pemikiran Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari dan Kebangsaan, Prof HM Nur Kholis Setiawan menjelaskan lima perspektif KH Hasyim Asy’ari. Lima hal ini adalah sumbangsihnya Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari pada bangsa ini.
Lima perspektif KH Hasyim Asy’ari itu adalah pendidikan, pemberdayaan masyarakat, kajian keislaman, politik kebangsaan dan internasional. Nur Kholis menjelaskan antara perspektif satu dengan yang lain ada irisan-irisan yang saling menyambung.
Dengan ketokohannya, Mbah Hasyim lewat Pesantren Tebuireng mencetak kiai-kiai besar dan berpengaruh seperti KH A Wahab Hasbulah dan KH Bisri Syansuri.
“Kalau kita bedah dari perspektif pendidikan, Tebuireng adalah pencetak kiai-kiai berpengaruh yang melakukan pemberdayaan kepada masyarakat. Ini tentu saling tersambung, dengan perspektif lain,”jelasnya saat diskusi alumni Tebuireng, Jogyakarta, (5/8/2022).
Lima hal tersebut adalah sebagian kecil dari buah pemikiran KH M Hasyim Asy’ari yang bisa dicatat dan dikaji. Masih banyak rekam jejak dan pemikiran Hadratussyaikh Kiai Haji Hasyim Asy’ari yang harus digali. Untuk kemudian dikaji dan didokumentasikan sebagai bagian dari literasi sejarah.
Kajian keislaman dari Kiai Hasyim bisa dilihat dari rutinnya mengaji kitab Sahih Bukhari dan Muslim di Pesantren Tebuireng.
Politik kebangsaan dari KH Hasyim Asy’ari bisa dilihat dari salah satu sumbangsih Mbah Hasyim pada bangsa ini berupa resolusi jihad. Sehingga melahirkan peristiwa pertempuran 10 Nopember 1945 yang fenomenal.
“Lewat momentum 10 Nopember ini eksistensi Indonesia diakui oleh dunia internasional hingga hari ini,” kata Presidium Nasional Ikatan Alumni Pesantren Tebuireng (IKAPETE) ini.
Tidak hanya diakui pribumi, kesaktian KH M Hasyim Asy’ari juga diamini pihak Belanda pada masa kolonial saat itu.
Ada banyak keramat KH Hasyim Asy’ari pendiri Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, salah satu yang sering diceritakan adalah kemampuannya membekali para santri sebelum berangkat perang melawan Belanda.
Alkisah pada waktu terjadi perang kemerdekaan, semua orang yang akan pergi perang dikumpulkan oleh KH Hasyim Asy’ari di Tebuireng.
Mereka diberi minum air sambil membaca “Ya Allah ya Hafiz, Ya Allah Ya Muhit Faanshurna ‘Ala Qoumil Kaafirin”
KH Hasyim Asy’ari memberi beberapa pantangan yang tidak boleh mereka langgar selama berperang. Siapa saja yang melanggar pantangan tersebut pasti terkena tembakan musuh.
“Ada sejumlah pejuang yang dikaruniai umur panjang oleh Allah SWT, selalu menceritakan kisah ini salah satunya Pak Siin. Menurut dia, Mbah Hasyim Asy’ari mengetahui kejadian di tempat yang jauh,” tandasnya.