tebuireng.co – Lima fakta tentang imlek dan Gus Dur dihadirkan tim redaksi website tebuireng.co untuk mempermudah pembaca.
Pertama: Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menerbitkan Ketetapan Presiden (Keppres) Nomor 6 Tahun 2000.
Keppres tersebut menjadi pintu awal umat Konghucu di Indonesia bisa memeroleh kebebasan untuk menganut agama, kepercayaan, serta adat istiadat mereka, termasuk upacara keagamaan seperti Imlek secara terbuka.
Kedua: Selama 30 tahun, yakni 1968-1999, orang Tionghoa Indonesia harus merayakan Tahun Baru Cina atau imlek secara tertutup.
Di bawah kekuasaan Pemerintah Orde Baru, belenggu rasisme harus dirasakan oleh orang Tionghoa mulai dari penutupan sekolah berbahasa Cina, pelarangan memutar lagu Mandarin dan penggunaan huruf Cina.
Puncaknya, ketika Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 14 tahun 1967 tentang larangan agama, kepercayaan, dan adat istiadat Cina diterbitkan oleh Pemerintah.
Ketiga: kisah Gus Dur dan China dicatat Hendra Kurniawan dalam buku Kepingan Narasi Tionghoa Indonesia: The Untold Histories (2020: hlm 58).
Lan fang dalam buku Imlek Tanpa Gusdur (2012: hlm 37), mengatakan sebagai orang keturunan Tionghoa, ia mengaku terkejut dengan perubahan kala Gus Dur menjadi presiden.
Empat: Gus Dur berbicara dalam peringatan Imlek 2.552 yang dilaksanakan oleh Majelis Tinggi Agama Kong Hu Chu Indonesia di Senayan, Minggu, 28 Januari 2001.
Gus Dur tidak setuju dengan perlakuan diskriminatif seperti yang dilakukan pemerintah Orde Baru terhadap keturunan Tionghoa di Indonesia.
Baca Juga: Sembilan Fakta Makam Gus Dur
Gus Dur mengaku bahwa leluhurnya adalah keturunan Tam Kim Han dari Cina. Selain itu, Gus Dur juga mengatakan bahwa warga Tionghoa sudah bisa bebas menggunakan nama asli mereka, yang pada zaman Orde Baru sempat dilarang.
Kelima: di batu nisan makam Gus Dur ada tulisan China yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berbunyi “di sini berbaring seorang pejuang kemanusiaan.”
Yang membuat terjemahan tersebut adalah Jona Widagdo Putri, lulusan BLCU (Beijing Language and Cultural University) sebuah lembaga pendidikan tinggi pengajaran bahasa China terbaik di dunia.
Jona adalah penerjemah resmi kepresidenan RI sejak era Susilo Bambang Yudhoyono dan sebagai staf pengajar di Universitas Indonesia.
Jona terlibat beberapa kali dalam pertemuan puncak kenegaraan baik di China maupun Indonesia bersama Presiden Jokowi dan Presiden Xi Jinping maupun PM Li Keqiang di Istana Bogor.
Demikian lima fakta tentang imlek dan Gus Dur semoga bermanfaat.