tebuireng.co – Lima dasar jadi konten kreator selain kreatifitas dalam memproduksi kontennya adalah keberanian. Konten kreator merupakan sebutan bagi orang yang bekerja menciptakan konten atau media untuk dibagikan secara online
Hal tersebut disampaikan oleh Imaduddin dalam kegiatan Sekolah Media yang diselenggarakan oleh Tebuireng Initiatives di Museum Islam Indonesia Hasyim Asy’ari, Jombang, Jumat (16/09/2022).
“Kita ini kadang punya banyak keinginan, tapi tidak punya keberanian untuk memulai. Ini terkait sudut pandang dalam melihat sesuatu,” jelasnya.
Ia mengatakan, dasar ketiga bahwa orang yang memiliki keinginan jadi konten kreator harus berpola pikir positif terhadap dirinya sendiri. Seorang konten kreator tidak perlu risau dengan keadaan fisik yang dimilikinya.
Sebab, lanjut Imaduddin, setiap orang memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Sebagian individu memandang bahwa dirinya tidak memiliki kemampuan khusus pada dirinya sebagaimana orang lain miliki. Sifat minder ini harus dihilangkan.
“Setiap orang punya kelebihan dan keunikan tersenidri. Ini yang akan menarik orang lain untuk menikmati konten yang disajikan,” ujar pria asal Bali ini.
Imadudin menambahkan, dasar keempat bagi konten kreator yaitu pentingnya penguasaan artikulasi yang baik setiap karya dari konten kreator. Sebab, para penikmat konten akan merasa nyaman dan kembali mengunjungi media bersangkutan karena sajian kontennya yang mudah dipahami.
Ia juga memandang bahwa peluang dakwah di media sosial sangat besar. Selain itu, tantangan berdakwah di media sosial juga tidak kalah besarnya. Sehingga dasar kelima jadi konten kreator yaitu mental yang kuat.
“Mental kuat penting dimiliki oleh konten kreator yang menjadikan media sosial sebagai sarana dakwah, untuk tetap konsisten dalam menyampaikan pesan-pesan kebaikan,” imbuhnya
Di awal-awal memulai jadi konten kreator, Imaduddin mengaku sangat banyak orang yang menghujatnya dengan beragam alasan.
Penghujat berpikir menggunakan media sosial sebagai sarana dakwah. Salah satunya, mereka mengatakan bahwa media sosial adalah tempat bersenang-senang dan mencari hiburan bukan tempat belajar.
“Konten kreator harus berani memulai. Tidak berani memulai merupakan kegagalan yang mutlak. Berani mencoba, gagal, bangkit dan berusaha mencoba lagi. Kalian punya modal bagus, coba saja,” tandasnya.
Oleh: A Fikri